Advertisement

Usung Tema Kota, Arsip, dan Teks yang Terpinggirkan, Linimasa #7 TBY Tampilkan 6 Kelompok

Media Digital
Selasa, 15 Oktober 2024 - 19:27 WIB
Arief Junianto
Usung Tema Kota, Arsip, dan Teks yang Terpinggirkan, Linimasa #7 TBY Tampilkan 6 Kelompok Kepala TBY Purwiati (kiri) memberikan paparan pada gelaran jumpa pers Linimasa 7 di Ruang Seminar TBY, Selasa (15/10/2024). - Alfi Annissa Karin

Advertisement

JOGJA—Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menggelar pagelaran parade teater bertajuk Linimasa #7. Kegiatan ini akan digelar secara gratis pada 16-18 Oktober 2024 pukul 19.00 WIB.

Dalam Linimasa #7 yang mengusung tema Kota, Arsip, dan Teks yang Terpinggirkan, total ada 6 kelompok teater yang akan tampil. Seluruhnya berasal dari komunitas teater kampung, pelajar, kampus, dan sanggar atau kelompok teater non-profesional.

Advertisement

Kurator Linimasa #7, Elyandra Widharta menjelaskan tema Kota, Arsip, dan Teks yang Terpinggirkan dipilih untuk menggambarkan Kota Jogja dengan segala percepatan di dalamnya.

Menurutnya, teater bisa menjadi bahasa lain untuk menangkap berbagai fenomena yang ada di Kota Jogja yang kerap kali fenomena itu terabaikan.

Dia menuturkan setidaknya ada 26 kelompok teater di DIY yang mendaftarkan diri untuk bisa tampil pada gelaran Linimasa #7. Setelah dikurasi, akhirnya diputuskan untuk meloloskan 6 kelompok.

Keenam kelompok yang lolos adalah Teater Sanggar Anak Alam, Studi Seni Ngathabagama, Teater Mlati, Kinemime Nusantara, Young Artisy From Yogyakarta, dan Komunitas Manah Ati.

Dia mengaku ada berbagai aspek yang menjadi penilaiannya. “Tidak hanya terkait dengan capaian estetika, tetapi kami melihat track record mereka lewat sosial media, apakah produktif dalam menggelar pertunjukan, sebanyak 26 kelompok itu kami tracking,” ujar Elyandra saat jumpa pers di Ruang Seminar TBY, Selasa (15/10/2024).

Dia menambahkan, masing-masing kelompok teater mengusung isu yang berbeda-beda. Misalnya, ada kelompok yang membawakan isu dampak jalan lingkar selatan yang dikaitkan dengan mitologi.

Ada juga kelompok teater yang membawakan isu klise soal Pasar Kembang dan terdapat pula kelompok yang menampilkan pertunjukan pantomim yang membicarakan tentang tata Kota Jogja.

“Tahun ini barangkali kami menilik kembali Jogja, di satu sisi ada hal yang cepat, ada hal yang lambat, dan ada hal yang diabaikan,” ujar dia.

Perwakilan Teater Mlati, Efa Rohmana menjelaskan dia bersama timnya akan membawakan penampilan berjudul Kota Sampah. Ini merupakan respon bagaimana Teater Mlati menangkap fenomena persoalan sampah yang ada di Jogja.

Dia menambahkan, konsep penampilan yang akan dibawakan sedikit berbeda dengan konsep teater kebanyakan yang berkomunikasi dengan bahasa verbal.

“Kali ini konsepnya lain, akan lebih banyak gerakan tubuh. Konsepnya memang tidak banyak menggunakan bahasa lisan,” jelas Efa.

Efa menuturkan, lewat penampilan teater “Kota Sampah” ini pihaknya ingin memberikan pesan kepada masyarakat tentang dampak buruk jika abai terhadap sampah. Sampah yang tak dibuang dengan baik atau tak dikelola dengan bijak maka akan mendatangkan berbagai macam bahaya dan bencana.

Dia mengaku sempat melakukan riset tentang tema ini. Efa juga merasa terkesan bisa ikut tampil pada gelaran Linimasa #7 yang digelar oleh TBY ini. “Ada peluang untuk kami tampil di panggung yang besar. Biasanya hanya tampil dari kampung ke kampung dan kami melihat temanya menarik,” tuturnya.

Sementara, Perwakilan Teater Sanggar Anak Alam, Khasanah Rahmawati menuturkan penampil yang dia gandeng merupakan anak-anak berusia 4-12 tahun. Dia tertarik untuk mengangkat isu tempat bermain anak yang mulai menipis di Kota Jogja.

Sebelumnya, Rahma sempat membuat semacam survei kecil-kecilan kepada anak-anak. Mereka diminta untuk menyampaikan terhadap keberadaan ruang ramah anak dan ruang bermain anak di Kota Jogja.

“Kami ingin menunjukkan fenomena anak-anak yang menginginkan taman bermain di tengah kota. Kami juga mengajak untuk bisa mendengarkan suara anak dan apa yang diinginkan mereka,” ungkapnya.

Kepala TBY Purwiati mengatakan Linimasa tahun ini menjadi gelaran yang ke-7 kalinya. Dia mengatakan kegiatan ini didukung penuh oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Dana Keistimewaan, TBY, dan 12 Tahun Keistimewaan Yogyakarta.

Menurutnya, Linimasa #7 ini bisa menjadi wadah mengekspresikan ide dan gagasan di luar teater konvensional.

“Diharapkan menjadi program pengembangan seni teater TBY khususnya basis penciptaan teater bagi kelompok teater di Yogyakarta,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ini Daftar Calon Menteri Tim Ekonomi di Kabinet Prabowo-Gibran

News
| Selasa, 15 Oktober 2024, 21:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Tempat Wisata Paling Populer di Thailand, Cek Daftarnya

Wisata
| Sabtu, 12 Oktober 2024, 13:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement