Advertisement
9 Daerah di Bantul Ini Sudah Tidak Diguyur Hujan Lebih dari Sebulan

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul mencatat berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY terdapat sembilan kapanewon di Bumi Projotamansari yang tidak diguyur hujan lebih dari satu bulan.
Kesembilan kapanewon tersebut adalah Imogiri, Dlingo, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Bantul, Pandak, Kasihan, dan Sedayu. Kesembilan kapanewon itu masuk dalam status siaga kekeringan. Meski demikian, BPBD mengaku sampai saat ini belum ada laporan warga mengajukan dropping atau suplai air bersih.
Advertisement
“Sejauh ini belum ada yang mengajukan dropping air ke BPBD Bantul,” kata Manajer Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) BPBD Bantul, Aka Luk Luk Firmansyah, Sabtu (24/6/2023).
Dia menduga karena ketersediaan air masih cukup mulai jaringan PDAM dan air sumur.
BACA JUGA: BPBD Sleman Siapkan 145.000 Liter Air untuk Hadapi Kekeringan Tahun Ini
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta mengatakan dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengumpulkan sejumlah stakeholder untuk mengantisipasi kekurangan air di lokasi-lokasi terdampak kekeringan.
Dari hasil rapat tersebut kemungkinan BPBD akan mengajukan status siaga darurat kekeringan kepada Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih. Dengan ada status siaga darurat bisa disusul dengan status tanggap darurat. Dengan demikian penanganan kekeringan bisa dilakukan oleh sejumlah pihak. “Termasuk pendanaannya nanti kan bisa menggunakan dana tidak terduga dari Pemkab kalau sudah ada status tanggap darurat,” katanya.
Agus mengatakan meski belum ada warga yang mengajukan suplai air bersih, namun pihaknya tetap memantau perkembangan dinamika iklim dan informasi dari BMKG DIY. Rilis BMKG akan menjadi acuan untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan dan menyampaikannya kepada masyarakat.
Menurutnya berdasarkan prakiraan BMKG DIY tahun ini diprediksi lebih kering dan lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bakan sembilan kapanewon sudah mengalami ari tanpa hujan lebi dari satu bulan.
Tidak adanya hujan dalam waktu lama diakui Agus akan mempengarui ketersediaan air tanah dan meningkatknya potensi kebakaran hutan. Karena itu ia mengimbau masyarakat untuk menghemat pemanfaatan air. “Hendaknya masyarakat bijaksana dalam menggunakan air. Kemudian masyarakat jangan membakar sampah apalagi dekat dengan bahan atau bangunan yang mudah terbakar,” ujarnya.
Lebih lanjut Agus mengatakan meski belum ada warga mengajukan suplai air bersih namun ia mengaku sudah menyiapkan anggaran untuk suplai air bersih ke lokasi-lokasi yang rawan kekeringan. Anggaran suplai air bersih sekitar Rp22 juta atau setara dengan 76 tangki air yang setiap tangkinya kapasitas 5.000 liter. Sampai saat ini dana tersebut belum terpakai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

LKPP: Kementerian Lembaga Wajib Gunakan Produk Lokal TKDN 40 Persen
Advertisement

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam
Advertisement
Berita Populer
- Angkat Konsep TerraDam, Mahasiswa UGM Raih Juara 2 Kompetisi Riset Aktuaria Internasional 2025
- Bencana Hidrometeorologi: Ada 36 Titik Lokasi Terdampak di Sleman, 3 Orang Luka
- Ini Jadwal SPMB 2025 SMA/SMK Negeri DIY, Ada Pendaftaran Gelombang 1 dan Gelombang 2
- Dimas Diajeng Sleman 2025, Mahasiswa UNY dan UGM Jadi Pemenang
- Gudang CV Keiros di Bantul Terbakar, Kerugian Capai Rp4,5 Miliar
Advertisement