Advertisement
Gelombang Tinggi, Nelayan Bantul Nekat Melaut

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait gelombang tinggi yang terjadi selama dua hari ke depan di perairan selatan Jawa termasuk DIY. Meski demikian masih ada nelayan di Bantul yang nekat melaut.
Tri Jarwanto, seorang nelayan Pantai Samas yang juga ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Bidang Penangkapan Ikan mengatakan ada sekitar 60 orang nelayan di Pantai Samas dengan jumlah 30 kapal motor tempel. Sebagian besar nelayan memilih tidak melaut untuk sementara waktu akibat gelombang tinggi dan kecepatan angin di laut juga tinggi sehingga membahayakan nelayan jika memaksakan diri melaut.
Advertisement
“Sebagian besar tidak melaut. Mereka ada yang memanfaatkan waktu untuk berladang, memperbaiki alat tangkap ikan. Ada juga yang menganggur,” katanya, saat dihubungi Selasa (15/8/2023).
Kendati demikian, Tri mengakui ada 2-3 kapal yang setiap kapalnya diisi 2-3 nelayan yang nekat melaut. Akan tetapi mereka juga memperhitungkan kondisi angin laut. Menurutnya angin laut kencang saat siang hari sehingga nelayan tersebut berangkat pagi-pagi untuk meletakkan jaring di tengah laut.
Baca juga: Kredit Macet Pinjol Rp1,73 Triliun Didominasi Kalangan Generasi Z dan Milenial
Kemudian kembali lagi ke daratan. Keesokan harinya nelayan tersebut kembali ke laut untuk melihat jaring. “Kalau ada ikannya diambil kemudian pulang lagi sebelum siang. Jadi mereka memanfaatkan waktu saat pagi hari yang anginnya belum terlalu kencang,” ucapnya.
Tri menyampaikan gelombang tinggi air laut di atas dua meter terjadi sejak Senin (14/8/2023) lalu dan dimungkinkan akan tejadi selama dua hari ke depan sesuai dengan prakiraan BMKG. Pihaknya sudah menyampaikan informasi tersebut kepada para nelayan.
Sebenarnya nelayan sudah mengetahui tingginya gelombang air laut karena ada angin kencang yang dirasakan. Namun mereka tetap nekat melaut karena saat ini sedang musim ikan kakap Cina yang harganya bisa mencapai Rp200.000 per kilogram. Sementara satu ekor biasanya berbobot 7-20 kilogram sehingga beberapa nelayan nekat melaut meski gelombang tinggi.
Ikan kakap Cina tinggi harganya karena gelembungnya yang mahal yang digunakan untuk benang jahit dan bahan kecantikan. Nelayan yang mendapatkan jenis ikan tersebut dijual ke pengepul. “Kemudian oleh pengepul diambil gelembungnya untuk dijual lagi ke luar negeri. Sementara dagingnya dijual kiloan,” papar Tri. Selain berburu ikan kakap Cina, saat ini musim ikan tongkol dan ikan gembung.
Sampai Enam Meter
Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Etik Setyaningrum mengatakan gelombang tinggi di perairan selatan DIY akan terjadi selama dua hari ke depan dengan tinggi gelombang kisaran 2,5 sampai enam meter.
Menurutnya potensi gelombang tinggi di perairan selatan DIY masih akan muncul apalagi pada bulan Agustus ini merupakan puncak musim kemarau. Penyebabnya karena adanya pergerakan angin timuran atau mooson Australia yang masih mendominasi atau menguat. “Kondisi ini menyebabkan gelombang tinggi di selatan Jawa kususnya DIY,” jelasnya.
Karena itu ia mengimbau masyarakat dan nelayan yang beraktivitas di pesisir selatan DIY untuk tetap waspada dan berhati-hati. Ia meminta masyarakat selalu mengperbaharui informasi BMKG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Tiket Gratis Masuk Ancol, Berlaku Bagi Pengunjung Tak Bawa Kendaraan Bermotor
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Pemadaman Listrik di Bantul dan Sleman Selasa 26 September 2023
- Rute Lengkap Trans Jogja! Jalur ke Prambanan, Bandara Adisutjipto Terminal Giwangan dan UGM
- Top 7 News Harianjogja.com Selasa 26September 2023
- Pengerjaan Konstruksi Tol Jogja-Solo Seksi 2 di Ringroad: Kendaraan dari Jombor dan Demak Ijo Dialihkan
- Digelar di JEC dan Datangkan Artis Nasional, MJE 2023 Bakal Lebih Meriah
Advertisement
Advertisement