Advertisement

Mengolah Sampah Harus Bisa Jadi Budaya, Bupati Bantul: Jangan Maknai Kebudayaan Secara Sempit

Hadid Husaini
Minggu, 27 Agustus 2023 - 22:37 WIB
Maya Herawati
Mengolah Sampah Harus Bisa Jadi Budaya, Bupati Bantul: Jangan Maknai Kebudayaan Secara Sempit Petugas memilah sampah plastik di BUMDes Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (Kupas) Panggungharjo, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (7/2/2023). Kelompok itu mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah plastik menjadi batako. Antara - Hendra Nurdiansyah

Advertisement

Harianjogja.com, Bantul–Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengharapkan Kebudayaan tidak diartikan dalam makna yang sempit. Kebudayaan menurutnya seharusnya juga bisa diimplementasikan dalam berbagai makna termasuk perilaku mengolah sampah.

“Kebudayaan tidak bisa hanya dilihat sempit seperti kebudayaan seperti  reog, jathilan, wayangan, keroncongan, ini memang kebudayaan, namun selain itu juga bagaimana kita membangun kebiasaan dalam mengelola masalah lingkungan, salah satunya sampah,” kata Halim dalam acara Gelar Budaya di Kapanewon Pundong, Minggu (27/8/2023).

Advertisement

“Kenapa sampah berserakan berserakan dibuang di sungai, irigasi, drainase sawah, selokan. Seperti kita ini bukan orang yang berbudaya, seperti bukan manusia yang diwarisi kabudayan adiluhung.”

Halim tidak lelah mengajak di berbagai kesempatan agar permasalahan sampah ini tidak bisa dianggap sebagai masalah yang remeh. Pembuatan jugangan yang sudah diterapkan oleh nenek moyang terdahulu menjadi salah satu implementasi budaya yang ingin dilestarikan lagi.

BACA JUGA: Tak Kunjung Dapat Lahan TPST, Pemkot Usul Pengadaan Alat Pembakar Sampah

Ia meminta padukuhan melalui Program P2BMP dengan dana sebesar Rp50 juta per pedukuhan bisa dipakai untuk mengatasi masalah sampah yang menurutnya bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Halim mengingatkan masyarakat untuk berpikir jangka panjang di saat kondisi lingkungan semakin memburuk akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik. Kondisi lingkungan saat ini menurutnya akan diwariskan kepada generasi masa depan.

 “Alam kita akan rusak, anak cucu akan menanggung nantinya karena bumi yang kita tiggali itu sebetulnya hanya pinjaman yang nanti akan kita kembalikan ke anak putu,” ujarnya. Ia berharap generasi mendatang diwarisi dengan kondisi alam yang semakin rusak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kini Sertifikat dan Notifikasi Imunisasi Dapat Diakses secara Digital

News
| Senin, 20 Mei 2024, 22:27 WIB

Advertisement

alt

Lokasi Kolam Air Panas di Jogja, Cocok untuk Meredakan Lelah

Wisata
| Senin, 20 Mei 2024, 07:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement