Advertisement
Budidaya Tembakau di Gunungkidul Masih Belum Maksimal, Ini Datanya

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Budidaya tembakau di Gunungkidul masih belum masif. Hal ini terlihat dari luasan tanam di setiap tahunnya.
Data dari Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, total luas lahan yang ditanami tembakau hanya di kisaran 157,4 hektare. Kapanewon Purwosari menjadi wilayah terluas untuk budidaya karena lahan yang ditanamn mencapai 83,2 hektare.
Advertisement
Setelah Purwosari ada Kapanewon Panggang seluas 32 hektare, Ngawen 15 hektare, Wonosari 9,4 hektare, Ponjong delapan hektare. Sedangkan untuk Kapanewon Semin seluas lima hektare, Nglipar seluas satu hektare dan Nglipar ada sati hektare yang ditanam tembakau.
BACA JUGA : Bea Cukai Yogyakarta Pantau Harga Transaksi Pasar Hasil Tembakau di 4 Kabupaten/Kota
Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Adinoto mengatakan, tembakau banyak ditanam saat musim kemarau. Meski demikian, secara budidaya belum banyak karena tidak ditanam di seluruh wilayah.
“Berdasarkan data kami yang ada budidaya tembakau hanya di delapan kapanewon. Purwosari, Panggang dan Ngawen menjadi kapanewon dengan area tanam paling banyak,” kata Adinoto, Jumat (15/9/2023).
Selain itu, penanaman juga sangat dipengaruh oleh factor cuaca. Apabila cuaca tidak mendukung, maka petani enggan menanam dan memilih untuk menanam tanaman pangan.
“Memang masih sebatas komoditas sementara alias lahan biar tidak nganggur saat kemarau,” katanya.
Meski demikian, Adinoto mengakui upaya pendampingan tetap dilakukan. Salah satunya rutin menerjunkan petugas lapangan untuk menyambangi lokasi budidaya dengan tujuan hasil panen tetap dapat dioptimalkan.
“Pendampingan terus dilakukan, sama seperti pada saat penanaman tanaman pangan,” katanya.
Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mendukung penuh upaya budidaya tembakau. Menurut dia, sentra tembakau ada seperti di Kapanewon Purwosari, tapi juga ada di kapanewon lain seperti Semin, Ngawen hingga Panggang.
Menurut dia, potensi tembakau sangat luar biasa sehingga butuh pendampingan secara berkelanjutan agar para petani bisa mendapatkan hasil yang maksimal. “Potensinya bagus. Ini terlihat dari harga jual. Jadi, agar bisa lebih dimaksimalkan, maka dibutuhkan pendampingan secara berkelanjutan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

CR450, Kereta Tercepat China, Pacu 453 km/jam & Pecahkan Rekor!
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Kelurahan Cokrodiningratan Pakai Aplikasi Digital untuk Kelola Sampah
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Ini, 21 Oktober 2025
- PAD Wisata Gunungkidul 2025 Diprediksi Turun, Ini Penyebabnya
- Pemkab Sleman Dorong Investasi Berbasis Tata Ruang Berkelanjutan
- Wabup Kulonprogo Imbau Pelaku UMKM Kurangi Penggunaan Bahan Pengawet
Advertisement
Advertisement