Kisah Merawat Sungai Code, Pernah Dijuluki Toilet Terpanjang di Dunia
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Merusak sungai, sama saja dengan merusak bagian dari ibu pertiwi. Tinggal menunggu waktu, kerusakan sungai akan berdampak pada rusaknya peradaban.
Kenangan masa kecil seringkali mampir di pikiran. Ada yang kemudian menjadikannya sebatas bumbu ingatan, ada yang bertekad mengembalikan keadaan. Harris Syarif Usman tipe yang kedua, terutama dalam upaya mengembalikan kenangan akan sungai yang bersih dan jernih di Jogja. Puluhan tahun kemudian, dengan Komunitas Sekolah Sungai, dia menebarkan benih-benih pemahaman cinta pada sungai.
Advertisement
Semasa Harris sekolah dasar, sungai-sungai di Jogja masih jernih. Tipe yang bisa kita lihat dasar sungai dan semua biota airnya. Tidak ada keraguan untuk berenang atau menikmati tangkapan berupa ikan. Puluhan tahun berlalu, semua berubah. Saat Harris menempuh studi di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, dia mulai membuat gerakan cinta sungai.
BACA JUGA : Susur Sungai dengan Ramahnya Bentangan Alam Cokrodiningratan
Dengan bolak-balik Surabaya-Jogja, Harris membentuk Komunitas Gerakan Cinta Code pada tahun 2000. “Komunitas atau gerakan cinta sungai seperti ini belum ada di Indonesia,” kata Harris, Sabtu (16/9/2023). “Setelah itu komunitas atau gerakan cinta sungai di DIY semakin banyak di tahun-tahun berikutnya.”
Anggota awal-awal komunitas ini berasal dari teman sekampung. Dengan mengajak pihak-pihak lain, kegiatan awal berupa menebar benih ikan di sungai. Lambat laun, banyak masyarakat yang tahu apabila di Kali Code ada ikannya. Mereka kemudian memancing. Di situlah edukasi menemukan ruangnya. Dengan cara berbincang santai ala obrolan sesama warga, Harris dan anggota Gerakan Cinta Code mengedukasi untuk tidak membuang sampah di sungai. Dampak konkretnya, apabila sungai banyak sampah, maka ikan-ikan itu bisa mati, dan nanti tidak bisa menjadi tempat memancing lagi.
Gerakan ini berjalan cukup lama. Namun ada sebuah ruang yang mulai membuat Harris khawatir. Dia dan teman-teman di Gerakan Cinta Code bisa saja berjuang mati-matian, tapi apabila hanya internal mereka yang bergerak, maka suatu saat bisa berhenti. Agar tongkat pemeliharaan Kali Code ini tetap berjalan, langkah selanjutnya dengan membentuk Komunitas Sekolah Sungai.
Berdiri sejak 2015, Sekolah Sungai menjadi wadah masyarakat dari anak SD sampai mahasiswa, komunitas, serta organisasi pemerintah untuk belajar semua hal tentang sungai. Harris sebagai inisiator dan edukator mengajak masyarakat mengenal sungai dengan segala seluk beluknya. Mulai dari manfaat sampai potensi mitigasinya.
Komunitas Sekolah Sungai pula yang membuat Badan Nasional Penanggulangan Bencana kepincut mereplikasi program ini ke daerah-daerah lain. Dengan penyempurnaan kurikulum mitigasi sungai, Harris menjadi fasilitator nasional Sekolah Sungai. Dia banyak berkunjung ke sungai-sungai di Indonesia untuk menularkan semangat merawat alam, termasuk di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sumatera, dan lainnya.
“Banyak anak-anak sekolah yang kemudian belajar di Sekolah Sungai ini. Bahkan kini mahasiswa dari luar negeri datang juga,” katanya.
Tidak ada agenda rutin sepekan atau sebulan sekali. Apabila ada kelompok orang yang membutuhkan edukasi sampai wisata dengan nuansa yang berbeda, Harris dan anggota Sekolah Sungai akan memfasilitasinya. Dalam sekali kegiatan, anggota bisa belasan sampai ratusan orang. Sejauh ini, sudah dari berbagai kalangan yang menjadi bagian dari Sekolah Sungai. Tempat berkumpul Sekolah Sungai bisa di berbagai titik, di sepanjang Kali Code. Salah satunya di Jetisharjo, Jetis, Kota Jogja.
Agar materi Sekolah Sungai tepat sasaran, maka isinya disesuaikan dengan tingkatan peserta. Untuk anak SD misalnya, cukup pengenalan sungai dan yang hidup di dalamnya. Untuk mahasiswa, sudah mulai mengkaji dan menganalisis. Untuk perangkat pemerintah lebih kepada perspektif kebijakan. “Materi lebih kepada yang memungkinkan untuk diterapkan oleh peserta, langsung go action,” kata Harris, yang saat ini berusia 56 tahun.
BACA JUGA : Ini Biang Kerok Pencemaran Sungai dan Embung di Jogja
Tidak terbatas pada sungai sebagai ruang fisik, materi dari Sekolah Sungai juga menyasar dalam ranah budaya, sejarah, sampai sosial. Sebagai contoh, kaitannya sungai-sungai dengan Sumbu Filosofi atau tata letak kota yang menjadi dasar pembangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dalam pembangunan Kraton, sungai mendapat ruang penting, menjadi sumber penghidupan warga.
Sehingga perlakuan masyarakat pada sungai juga tidak sembarangan. Berbagai acara atau adat tradisi syukur di sungai sebagai cara masyarakat merawat sungai. Merawat sungai dilakukan dengan berbagai cara, baik yang akademis maupun mistis.
Dalam hal mistis misalnya, ada sebuah mitos apabila Kali Code menjadi jalur Nyi Roro Kidul dari Pantai Selatan, apabila hendak menuju ke Gunung Merapi. “Kalau ada gemericik di sungai secara terus-menerus dan lenguhan kuda, artinya Nyi Roro Kidul sedang melintas. Kadang ada yang mengaku melihat bayangan ratu dengan rambut panjang dan para pengawalnya,” kata Harris.
Meski ini sebatas cerita turun-temurun, ada nilai apabila sungai menjadi ruang keramat. Ruang keramat biasanya menjadi tempat yang penting untuk dijaga kelestariannya. Terlepas dari sungai menjadi jalur Nyi Roro Kidul atau bukan, menjaga sungai menjadi tugas seluruh umat manusia.
Toilet Terpanjang
Sekitar tahun 1970-an, masih banyak ikan yang bernaung di Kali Code dengan tenang. Mereka bisa tumbuh dewasa tanpa banyak gangguan. Harris tidak jarang berenang dan menangkap ikan di Kali Code. Hasil tangkapan bisa untuk lauk makan seharian. Tidak hanya ikan, ada pula sidat, tawes, wader, mujahir, cethol, udang, kepiting, tombro, lele lokal, sampai belut.
BACA JUGA : Siap-siap! Bakal Ada Wisata Jalur Rempah Tersembunyi di Pinggiran Sungai Code
Namun memasuki tahun 1990-an, Kali Code punya julukan baru, yaitu toilet terpanjang di dunia beserta atraksi tari payungnya. “Kali Code menjadi tempat orang buang hajat. Saat buang hajat mereka menutupi prosesnya menggunakan payung. Saat ada orang lewat, payung itu diarahkan ke orang tersebut, agak tidak kelihatan. Seperti tari payung,” kata Harris.
Air sungai yang jernih berubah menjadi keruh dan bahkan beracun. Di samping menjadi toilet, berbagai jenis limbah juga tercampur di sungai. Belum lagi banyak permukiman yang kemudian banyak bertebaran di pinggiran sungai.
Dengan berbagai upaya, sedikit demi sedikit air sungai Kali Code mulai membaik, meski masih tergolong tidak aman. Dengan Komunitas Sekolah Sungai, Harris dan anggota lainnya berupaya menjernihkan kembali Kali Code. Mungkin tidak seperti awal tahun 1970-an, tapi setidaknya aman untuk makhluk hidup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ini Daftar Wilayah yang Nihil Permohonan Sengketa Pilkada di MK Termasuk DIY
Advertisement
Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku
Advertisement
Berita Populer
- Polres Kulonprogo Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Wisata Selama Libur Natal dan Tahun Baru
- TPS3R Caturharjo Jadi Satu-satunya Tempat Pengolahan Sampah di Bantul yang Fokus pada Sampah Plastik
- Kembangkan Komersialisasi Seni, ISI Jogja Jajaki Kolaborasi dengan Korea Selatan
- Sedayu General Hospital Segera Buka Pelayanan, Punya Cathlab dan Hyperbaric Center
- KPU Segera Tetapkan Bupati dan Wakil Bupati Sleman Terpilih, Ini Jadwalnya
Advertisement
Advertisement