Advertisement
Diduga karena Korupsi Kementan, 19 Proyek Pembangunan Irigasi di Bantul Batal
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Sebanyak 19 pembangunan irigasi tersier di Bantul dari Kementerian Pertanian (Kementan) gagal direalisasikan tahun ini. Kasus korupsi yang menjerat eks Menteri Pertanian diduga menjadi salah satu penyebabnya.
Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Arifin Hartanto menjelaskan pembangunan saluran irigasi tersier dari Kementan gagal total. “Jadi kemaren uangnya ditarik, kami kemudian hanya melaksanakan beberapa kegiatan yang bukan irigasi,” ujarnya, Kamis (2/11/2023).
Advertisement
Info yang ia dapatkan, pembangunan irigasi ini sedianya akan dilaksanakan sendiri oleh pihak Kementan, namun ternyata tidak jadi. Diduga ini merupakan dampak dari kasus yang sedang menjerat eks Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL). “Mungkin ada imbas dari kasus SYL,” katanya.
Ke-19 lokasi yang dibatalkan tersebut padahal sudah dilakukan sosialisasi kepada Kelompok Pertanian di masing-masing lokasi. “Terlanjur kami sudah melakukan pemetaan, terlanjur sudah menghitung RAB [Rencana Anggaran Biaya],” ungkapnya.
Adapun alokasi yang diberikan untuk pembangunan irigasi ini, masing-masing lokasi dengan luas 50 hektare sebesar Rp75 juta. Jumlah ini lebih besar dibanding anggaran pembangunan irigasi dari Pemkab Bantul, yakni sekitar Rp50 juta.
Walau 19 lokasi gagal, namun tahun ini tetap ada pembangunan irigasi tersier, yakni dari anggaran Pemkab Bantul sendiri. Ada sebanyak 12 lokasi yang dibangun irigasi tersier, terutama di wilayah yang ada sumber irigasinya tetapi belum tercover irigasi tersier permanen.
BACA JUGA: Ubah Sawah Tadah Hujan Menjadi Sawah Irigasi, PLN Tingkatkan Produktivitas Pertanian Wonogiri
Dia menuturkan saat ini masih sangaat sedikit wilayah yang terkover irigasi tersier permanen, yakni yang sudah menggunakan tembok, tidak ada kebocoran dan ada pintunya. “Irigasi teknis itu yang bisa diatur dan diukur, harusnya ada pintu-pintunya itu yang masuk dari irigasi sekunder,” ungkapnya.
Meski demikian, bukan berarti wilayah yang belum terkover irigasi tersier permanen belum ada irigasinya. Untuk wilayah yang memang ada sumber irigasi utamanya, biasanya sudah ada irigasi tersier namun masih sederhana yakni masih dari tanah. “Ada juga yang membuat dengan swadaya,” katanya.
Sedangkan beberapa wilayah lainnya tidak memakai irigasi tersier karena memang tidak ada sumber airnya. Wilayah ini tersebar di perbukitan seperti Kapanewon Pajangan, Dlingo, sebagian Kasihan dan Piyungan. Di situ, para petani menggunakan sumur untuk pengairan lahan.
Anggota Komisi B DPRD Bantul, Mahmudin mengatakan DPRD Bantul terus mendorong Pemkab Bantul untuk meningkatkan infrastruktur di bidang pertanian, terutama jaringan irigasi tersier. “Ketika sudah terbangun semua di lahan persawahan, harapan kita produktivitas pertanian meningkat,” katanya.
Menurutnya, jaringan irigasi tersier masih belum maksimal di hampir seluruh wilayah di Bantul. “Biaya tertinggi pertanian itu kan di air. Ketika air jaringannya sudah tergarap dengan bagus, insyaalloh efisiensi petani semakin rendah operasionalnya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Stok dan Jadwal Donor Darah di Jogja Hari Ini, Sabtu 11 Mei 2024
- Survei Calon Wali Kota Jogja dari Kalangan Muda: Politikus Gerindra dan PKB Teratas
- Sempat Terlibat Keributan dengan Wisatawan Jogja, Debt Collector Akhirnya Minta Maaf
- Pembongkaran Pembatas Jalan Sepanjang Ringroad Jogja: Rencana Uji Coba Mulai Monjali hingga Condongcatur
- Wakil Ketua Kadin DIY Mendaftar Balon Wali Kota Jogja Lewat PDIP
Advertisement
Advertisement