UMP Naik, Pekerja Sektor Non Formal Waswas Harga Kebutuhan Pokok Ikut Naik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Beberapa waktu lalu, Pemda DIY resmi mengumumkan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 7,27% atau Rp144.115,2.
Ada sebagian masyarakat, terutama buruh yang merasakan keuntungan dari kenaikan UMP ini. Namun, ada pula sebagian masyarakat lainnya yang tak ikut merasakan dampak kenaikan UMP, salah satunya sektor informal.
Advertisement
Seorang kusir andong Malioboro bernama Bagus Imam, salah satunya. Pria berusia 19 tahun ini mengaku tak masalah dengan kenaikan UMP.
Namun, sejauh ini tak ada perbedaan yang dia rasakan antara setelah dan sebelum naiknya UMP. Ini lantaran dia tak menerima gaji bulanan layaknya buruh. Bagus mengandalkan pemasukan yang ada setiap harinya.
Dia menyebut, belum ada kenaikan atau penurunan penumpang yang dia rasakan sejak dinaikkannya UMP DIY. Semuanya masih normal-normal saja. Biasanya dalam satu kali perjalanan Bagus mematok harga Rp 100.000-Rp150.000, tergantung jauh dan dekatnya rute yang dipilih. "Dalam satu hari bisa narik dua kali atau tiga kali saja sudah Alhamdulillah," kata Bagus sembari memarkirkan andongnya, Kamis (23/11/2023).
Kusir asal Bantul ini menyebut di satu sisi kenaikan UMP memanglah menjadi kabar baik.
Namun, di sisi lain dia khawatir. Biasanya, kenaikan UMP akan disertai dengan naiknya harga kebutuhan pokok.
Saat ini saja harga kebutuhan pokok menurutnya sudah melambung tinggi. Sementara, ini tak sebanding dengan pemasukan yang dia dapatkan setiap harinya. "Harapannya ya kalau UMP naik, kebutuhan lain-lainnya jangan ikut naik, gitu saja" ujar Alumni SMKN 5 Jogja ini.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Suyati, yang sehari-hari mengasong di Malioboro. Kenaikan UMP nyaris tak memberikan dampak apapun ke dirinya.
BACA JUGA: Bersiap Tetapkan UMK 2024, Disnaker Sleman Mulai Berkoordinasi
Pemasukannya dalam sehari, bergantung pada seberapa banyak minuman yang terjual pada hari itu. Jumlahnya pun bervariasi.
Jika ramai, dia mampu mengantongi Rp50.000 dalam satu hari. Namun, sesepi-sepinya, Suyati hanya membawa pulang Rp20.000. Itu pun belum dia kurangi untuk biasa biaya transportasi pulang pergi dari Condongcatur ke Malioboro. "Saya enggak punya gaji, ya tambah lebih berat. Kalau gaji naik, otomatis semua kebutuhan naik," kata ibu dua anak ini.
Suyati khawatir harga kebutuhan pokok di pasar turut naik seiring dengan naiknya UMP. Padahal, harga kebutuhan pokok di pasar saat ini pun sudah cukup membuatnya mengencangkan ikat pinggang. "Kalau UMP naik ya Alhamdulillah, tapi harapannya, kalau bisa harga di pasaran jangan ikut naik. Sekarang apa-apa sudah mahal. Beras mahal, cabai mahal," harapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kritisi Anggaran Pemkot Jogja Terkait Penanganan Sampah, Dewan : Terlalu Njagakke Pusat
- Empat Pelaku Penganiayaan di Jambusari Sleman Masih Diburu Polisi
- Kapanewon Gamping Sleman Bentuk Satgas Pengelolaan Sampah
- Santer Kabar Ratusan Kader Membelot, Begini Penjelasan DPD PAN Sleman
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
Advertisement
Advertisement