Advertisement

Dua Tokoh Ini Terima Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup dari Yayasan Biennale Yogyakarta

Media Digital
Senin, 27 November 2023 - 17:57 WIB
Arief Junianto
Dua Tokoh Ini Terima Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup dari Yayasan Biennale Yogyakarta Siti Adiyati dan Subroto Sm menerima Lifetime Achievement Award Biennale 17. - Istimewa

Advertisement

JOGJA—Dalam setiap perhelatan pameran seni dua tahunannya, Yayasan Biennale Yogyakarta secara konsisten mencermati pelaku-pelaku yang kontinu pada kerja-kerja kesenian.

Upaya ini dilakukan untuk melangsungkan dan meneruskan tradisi pemberian Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup (Lifetime Achievement Award/LAA) kepada sosok-sosok yang terpilih. Dalam menyongsong putaran kedua dari Biennale Equator tahun ini, Lifetime Achievement Award menunjuk figur dengan loyalitas, dedikasi, dan kontribusi pada dunia seni rupa di Jogja serta prestasi dalam lingkar seni rupa Indonesia.

Advertisement

Tokoh yang dianggap berhak atas penghargaan ini di antaranya, Siti Adiyati dan Subroto Sm. Penghargaan ini akan diserahkan pada malam penutupan Biennale Jogja #17 di Gudang Bibis pada 26 November 2023.

Siti Adiyati merupakan seniman rupa kelahiran 2 Oktober 1951. Belajar seni rupa di Akademi Seni Rupa Indonesia. Beliau telah aktif berkesenian sejak era 70-an.

Beliau juga menjadi salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI) pada 1975-1979. Selain berkarya, beliau secara aktif turut melakukan kerja-kerja menulis dan mengarsip di bidang seni rupa.

Siti Adiyati rutin menulis untuk koran, majalah, dan jurnal seni rupa di Indonesia. Salah satu jasanya adalah beliau menemukan kembali koleksi hasil pertukaran Jakarta-Paris 1959  setelah kepulangan dari perjalanannya ke Jepang dan Prancis.

Tidak berhenti di sana, Siti Adiyati menginisiasi kerja pendataan kembali, pengarsipan, konservasi, dan pameran koleksi ini kepada publik pada 1992.

Selain itu, Siti Adiyati juga memberi kontribusinya dalam bidang seni rupa sebagai salah satu dari penulis untuk jurnal DIALOG Seni Rupa (1990-1994).

Karya-karyanya telah menjadi bagian dari pembacaan sejarah ekonomi politik Indonesia, yang sekarang ini menjadi bagian dari koleksi Galeri Nasional Indonesia dan Galeri Nasional Singapura. 

Sementara Subroto Sm merupakan perupa dengan gaya formalis sekaligus akademisi di bidang kesenian yang lahir pada 23 Maret 1946.

Di samping konsistensinya membuat karya, beliau merupakan Ketua Jurusan Seni Lukis ISI Jogja pada 1984 dan menjadi dosen di institusi tersebut sejak 1969-2011.

Beliau melewati masa-masa perubahan pergerakan seni di kampus kesenian itu mulai dari masih bernama ASRI hingga telah menjadi ISI Jogja.

Perubahan-perubahan ini menunjukkan dedikasi yang kontinu Subroto Sm dalam akademik di bidang seni rupa.

Dalam tiga tahun terakhir, Subroto Sm masih aktif terlibat dalam pameran-pameran di banyak lokasi, bahkan di luar JOgja.

Sepanjang kariernya, Subroto Sm menekuni dan berkonsisten dengan kerja-kerja kesenian di Jogja hingga mancanegara.

Kedua seniman yang mendapatkan Lifetime Achievement Award Biennale Jogja 17 ini merupakan figur yang dianggap berkontribusi penting dalam pembentukan wacana seni dan pengembangan ekosistem seni di Jogja secara khusus, dan Indonesia secara umum.

Para penerima Lifetime Achievement Award Biennale Jogja 17 ini dinilai telah mendapatkan pengakuan di bidangnya di ranah umum.

Kerja Loyal

Melalui penghargaan ini, diharapkan Siti Adiyati dan Subroto Sm dapat menjadi figur yang terus merujuk pada kerja-kerja loyal terhadap seni rupa Yogyakarta dan seni rupa Indonesia.

Malam penghargaan ini juga menutup rangkaian pelaksanaan Biennale Jogja 17 yang sudah berlangsung sejak 6 oktober 2023.

Selain penyerahan penghargaan, malam penutupan ini juga dimeriahkan oleh penampilan dari Orkes Kembang Kempis ft. Nada Bicara.

Ada pula penampilan dari pemutaran piringan hitam yang bersifat nomaden juga dari penampil Orkes Dansa Keliling by Mantrino Records.

Biennale Jogja #17 2023 ditutup setelah melangsungkan pameran di 12 venue, yakni di kawasan Panggungharjo (Kawasan Budaya Karang Kitri, Kampoeng Mataraman, The Ratan, dan Pas Podjok), kawasan desa Bangunjiwo (Rumah Tua, Area Lohjinawi, Sekar Mataram, Njomblang Kemuning Joning Artspace, Gudang Bibis, dan Monumen Bibis), Pujasera Madukismo, dan Taman Budaya Yogyakarta.

Lebih dari 70 program telah terselenggara selama berlangsungnya pameran, meliputi aktivasi karya, forum diskusi, tur venue, pemutaran film, kunjungan sekolah dan universitas, pameran anak, lokakarya, dan pertunjukan.

BACA JUGA: Biennale Jogja ke-17 Tahun 2023, Kolaborasikan Seniman dengan Masyarakat Desa

Agenda-agenda tersebut secara dominan hadir di area-area yang turut melibatkan warga setempat dan mendapat atensi dari kalangan warga baik sebagai audiens maupun sebagai partisipan.

Program lainnya berupa pameran satelit dengan tajuk Tangga Teparo yang melibatkan kolaborasi bersama beberapa galeri-galeri seni di Jogja dan sekitarnya.

120.000 Audiens

Selama 51 hari, pameran Biennale Jogja #17 telah menyasar audiens sebanyak 120.000 jumlah pengunjung dalam 12 venue, 817.732 orang melalui media sosial, 2.000 kunjungan situs, dan 150 publikasi melalui media cetak maupun portal media baik nasional maupun internasional, daring. Informasi dari rangkaian program dan pameran turut menjadi asupan bagi masyarakat baik yang datang langsung ke lokasi, maupun kalangan publik dari wilayah yang jauh dari Jogja.

Percakapan Panjang

Biennale Jogja Equator II ini menjadi sebuah wajah baru dari upaya untuk mengusung praktik kesenian bersama lebih dari 70 seniman terlibat bersama dengan kolaboratornya yang lebih partisipatoris dengan melibatkan peran masyarakat.

Diselenggarakan di beberapa titik yang tersebar di pinggiran Yogyakarta untuk membuka percakapan jangka panjang dari ragam latar belakang budaya berbeda.

Biennale Jogja #17 menghimpun pengertian tentang desa sebagai ruang dinamis yang terus berubah dan bergeser, dan melihat bagaimana perhelatan seni juga dapat menjadi ruang untuk mencari solusi bersama.

Biennale Jogja #17 juga menjadi ruang untuk menimbang kembali politik pengetahuan dan keterlibatan sosial dalam perkembangan seni kontemporer, termasuk dalam wahana kebudayaan yang luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Viral Pengasuh Terpaksa Rawat Balita Tanpa Gaji Setelah Orang Tua Kabur Bawa Pinjaman

News
| Sabtu, 11 Mei 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Hanya 85 Meter, Ini Perbatasan Negara Terkecil di Dunia

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement