Advertisement

Biennale Jogja ke-17 Tahun 2023, Kolaborasikan Seniman dengan Masyarakat Desa

Media Digital
Sabtu, 07 Oktober 2023 - 18:07 WIB
Maya Herawati
Biennale Jogja ke-17 Tahun 2023, Kolaborasikan Seniman dengan Masyarakat Desa Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi menyampaikan sambutan dalam pembukaan Biennale Jogja ke-17 tahun 2023 di Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Jumat (6/10/2023). Harian Jogja - Stefani Yulindriani

Advertisement

BANTUL—Biennale Jogja ke-17 dengan mengangkat tema Titen: Pengetahuan Menubuh, Pijakan Berubah telah dibuka pada Jumat (6/10/2023). Dalam penyelenggaraannya kali ini, para seniman berkolaborasi dengan masyarakat desa setempat untuk menghasilkan karya dengan nilai lokal.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan desa menjadi salah satu prioritas penting di dalam Pemda DIY. Menurutnya desa merupakan pusat pertumbuhan, tidak hanya secara kesejahteraan materiil, tetapi juga tata nilai dan juga kesejahteraan immaterial menjadi hal penting.

Advertisement

Dengan kolaborasi antara seniman dan masyarakat desa, menurutnya membuktikan kebudayaan menjadi satu peradaban besar, yang tidak hanya dimaknai oleh seniman atau budayawan semata, tetapi masyarakat menjadi lebur satu di dalamnya.

“Ini adalah kerja seni yang kolaboratif yang harus kita hargai bersama. Semoga ini menjadi suatu konsep yang semakin maju, semakin berkembang,” katanya di Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Jumat (6/10/2023).

Selain itu menurutnya berbagai nilai yang muncul dalam Biennale ke-17 Tahun 2023 menjadi bukti dari wujud implementasi Jogja sebagai wilayah yang dirancang dengan Hamemayu Hayuning Bawono. Menurutnya dalam nilai tersebut dimaknai adanya keselarasan hidup antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alamnya.

Menurutnya nilai tersebut pun selaras dengan keberadaan salah satu bagian dari sumbu filosofi di DIY, yakni Panggung Krapyak yang ditetapkan sebagai warisan budaya oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco).

“Ini adalah proses yang panjang, dan ada nilai universal luar biasa yang dipahami, dimengerti, diyakini dan diakui internasional. Ini adalah wujud dan bukti tersebut,” katanya.

Selain nilai dalam Hamemayu Hayuning Bawono, menurutnya masih ada berbagai nilai lain yang ada dalam gelaran Biennale ke 17 tahun 2023, antara lain nilai niten atau niteni yang menjadi tema gelaran kali ini.

BACA JUGA: Konsolidasi Nasional Relawan Alap-Alap, Jokowi: Saya Senang

“Niten atau niteni bagaimana manusia secara beriring dalam kebudayaan dan peradabannya saling memberikan ruang pembelajaran bersama,” katanya.

Menurutnya kolaborasi yang partisipatif yang telah dilakukan dalam gelaran Biennale ke-17 tahun 2023 menunjukkan filosofi manunggaling kawula gusti terjadi dengan sangat indah dan manis.

“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya mengucapkan selamat atas gelaran Biennale ke-17 tahun 2023 saat ini,” katanya.

Sementara Paniradya Pati Kaistimewan DIY Aris Eko Nugroho membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Dalam sambutan tersebut, Aris menyampaikan dalam Jogja ekuator putaran pertama telah dibuktikan pentingnya menjaga kepercayaan dan kearifan lokal.

“Keahlian yang dibangun di atas falsafah alam dan kehidupan, serta kedaulatan masyarakat adat,” katanya.

Temuan tersebut, menurutnya secara nyata menjadi fondasi bagi arah Jogja Ekuator putaran kedua dengan tema besar trans-lokalitas dan trans-historisitas yang esensinya dapat dimaknai sebagai upaya dialog mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang menjadi karakteristik global selatan. 

“Adapun proses dan hasil temuannya diharapkan menjadi bahan pembelajaran, menawarkan solusi alternatif sekaligus menjadi modal bagi sub-sub kooperatif untuk mewujudkan impian bersama, tanpa mengorbankan lokalitas atau menafikan realitas histori, yang entah suka atau tidak suka telah menjadi bagian dari siapa kita saat ini,” katanya.

Menurutnya saat ini juga merupakan saat untuk penerimaan jati diri. Sehingga yang selama ini dipandang sebagai kelemahan dan kekurangan dapat direkonstruksi atau dimaknai ulang sebagai sebuah kekuatan. Selain itu, dia pun mengapresiasi adanya upaya untuk merangkul desa yang saat ini dilakukan.

“Desa sebagai sang cikal bakal tidak terbantahkan lagi, namun di sisi lain saat ini masih cenderung termarjinalisasi dalam banyak hal. Berangkat dari hal tersebut adalah harapan kita bersama bahwa Biennale Jogja ke 17 tahun 2023 yang mengambil tema Titen: Pengetahuan Menubuh, Pijakan Berubah dapat sukses menjalankan perannya sebagai pembuka jalan,” katanya.

Sementara Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta, Alia Swastika menyampaikan gelaran Biennale Jogja ke 17 tahun 2023 merupakan gelaran dengan melibatkan seniman dan kolaborator terbesar dalam sepuluh tahun terakhir.

“Dalam perhelatan ini kita bertemu seniman dari 70 negara. Dalam konteks Yayasan Biennale Yogyakarta ini perhelatan yang terbesar dalam 10 tahun, karena biasanya kami mengundang sekitar 40-45 seniman, tetapi sekarang lebih dari 70 [seniman] kalau kita menghitung kolaboratornya,” katanya.

Para seniman pun berasal dari 14 negara dari Kawasan Eropa Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara dan dari berbagai tempat di Nusantara.  Selain itu menurut dia jangkauan ruang dari Biennale Yogyakarta kali ini juga lebih luas dari pada gelaran sebelumnya.

“Pada perhelatan kali ini mengikuti konsep trans lokalitas dan trans historisitas kami mengubahnya menjadi ruang yang lebih terbuka dari beberapa desa di DIY, yang kali ini di Panggungharjo dan Bangunjiwo,” katanya.

Kali ini 70 seniman dari berbagai belahan dunia yang terlibat dalam Biennale ke-17 tahun 2023. Sementara venue yang digunakan tersebar dalam beberapa lokasi yakni Taman Budaya Yogyakarta, Area Pabrik Gula Madukismo, Area Panggungharjo dan Area Bangunjiwo. Biennale Jogja ke-17 tahun 2023 tersebut diselenggarakan pada 6 Oktober-25 November 2023. (BC

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Aturan Baru Haji, Pemerintah Arab Saudi Larang Semua Orang Masuk Makkah Tanpa Izin, Termasuk Penduduk Setempat

News
| Minggu, 05 Mei 2024, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement