Sendratari Anak Tari Klasik Gaya Jogja Dipentaskan di Ndalem Mangkubumen
Advertisement
JOGJA—Sanggar Ettecanthropus berkolaborasi dengan Yayasan Siswa Among Bekso menampilkan sendratari anak gaya Jogja sebagai langkah mengenalkan seni budaya khususnya tarian khas dari wilayah setempat. Selama ini yang banyak dikenal dan ditampilkan biasanya adalah gaya Surakarta, sehingga perlu mengangkat gaya khas wilayah sendiri untuk dikenalkan kepada publik.
Ketua Sanggar Ettecanthropus Catur Agung mengatakan, sendratari anak yang sudah ada dan banyak dikenal adalah gaya Surakarta, sehingga pihaknya mencoba mencetuskan gaya Jogja serta mengajak anak-anak untuk berproses. "Kurang lebih proses persiapannya selama satu bulan dan kami pentaskan 20 November lalu," kata Catur, Jumat (8/12/2023).
Advertisement
Total ada 25 anak yang bergabung dengan menampilkan berbagai tarian kreasi baru. Mulai dari tarian yang dinamakan kuda-kuda. Sementara sendratari anak tersebut dinamakan dengan tarian song mijil binarung dan sendratari gatotkoco lahir. "Usia anak 17 tahun ke bawah. Memang di awal kita sedikit kesulitan tetapi pas tampil secara keseluruhan berjalan dengan lancar," jelasnya.
Menurut Catur, ada perbedaan yang mendasar antara sendratari anak gaya Jogja dengan gaya Surakarta. Di antaranya terdapat pada gerakan, ragam dan juga teknik. "Untuk teknik itu secara sabetan Jogja itu bisa satu kali delapan kalau Surakarta dua kali delapan. Ragam Jogja itu juga beda," ujarnya.
Total penampilan sendratari dibawakan selama 30 menit dengan durasi keseluruhan tarian satu jam 20 menit. "Ke depan kami ingin melanjutkan apa yang sudah kita mulai karena sebelum anak-anak semakin dewasa setidaknya mereka kan sudah tahu dulu, kita kenalkan dulu sedikit demi sedikit nanti dikasih tahu dan jangan sampai keliru. Saya jelaskan pakem-pakemmya bagaimana," ujarnya.
Proses Kelahiran
Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Siswa Among Bekso Acun Kuncoro Dewo menjelaskan perbedaan lain antara tarian Surakarta dan Jogja terdapat pada proses kelahirannya. Tarian Jogja lahir dari istana dan kemudian berkembang ke luar. Sementara Surakarta sebaliknya, awalnya berkembang di luar kemudian dibawa masuk ke dalam istana.
"Yang paling mendasar perbedaannya juga pada karakteristik pertunjukan. Kalau di Solo itu lebih komunikatif dan Jogja sedikit lebih kaku," katanya.
Menurut Acun, gaya Surakarta sedikit lebih luwes dan bebas lantaran tidak terbelenggu dengan aturan istana. Beda dengan Jogja yang sejak kelahiran tarian berawal dari aktivitas istana. "Unsur, motif dan ragam Jogja itu agak sedikit lebih kaku. Misalnya saja raksasa di Surakarta itu geraknya ya seperti raksasa. Namun kalau di Jogja itu ya tetap menari seperti yang lain, sama," kata dia.
Dalam penampilan sendratari anak gaya Jogja itu pihaknya lebih membawakan tarian dengan sedikit bebas. Namun tetap secara gerak mengacu pada tarian gaya Jogja. "Anak-anak diajak menarikan gaya Jogja meskipun lebih sulit karena ada teknik khusus. Yang kita pentaskan kemarin kan pencampuran makanya sedikit lebih luwes dan secara pertunjukan lebih modern, tidak pakai karawitan tetapi dengan musik," urai dia. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Ketahanan Pangan, Polda DIY Produktifkan Lahan Kadar Keasaman Tinggi di Galur
- Jadwal dan Lokasi Keberangkatan Bus DAMRI di Jogja
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Kamis 21 November 2024
- Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jogja dan Sekitarnya, BMKG: Masih Didera Hujan
- Jelang Pilkada Sleman, Harda-Danang Gelar Silaturahmi dengan Ponpes Wahid Hasyim
Advertisement
Advertisement