Advertisement

Srimi, Ini Dia Mi Berbahan Tepung Mocaf Karya Warga Sriharjo Imogiri

Jumali
Kamis, 18 Januari 2024 - 17:17 WIB
Arief Junianto
Srimi, Ini Dia Mi Berbahan Tepung Mocaf Karya Warga Sriharjo Imogiri Warga Sriharjo saat memproduksi Srimi di rumah produksi, Sriharjo, Imogiri, Bantul, Kamis (18/1/2024) - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Warga Mojohuro, Kalurahan Sriharjo, Imogiri berinovasi dengan memproduksi mi instan dan mi cup berbahan baku tepung mocaf (modifikasi dari tepung singkong yang proses pembuatannya dilakukan dengan metode fermentasi).

Langkah itu bertujuan untuk tidak hanya menyadarkan pentingnya kesehatan, akan tetapi juga sebagai upaya peningkatan perekonomian warga sekitar.

Advertisement

Lurah Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah memaparkan berawal dari adanya bantuan dari Pemda DIY melalui Dana Keistimewaan (Danais) untuk pemberdayaan masyarakat.

Warga di Mojohuro pun memilih menggunakan Danais tersebut untuk membuat memproduksi mi instan dan mi cup berbahan baku tepung mocaf. Alasannya, bahan baku mocaf yang berasal dari singkong mudah didapatkan warga di sekitarnya.

"Setelah itu mereka mendapatkan pelatihan pada 2022 lalu. Setelah berdiri rumah produksi, akhirnya kami memberanikan diri me-launching produksi Srimi [Sriharjo Mi] pada akhir Desember 2023 lalu," kata Titik ditemui di rumah produksi Srimi, Kamis (18/1/2024).

Dia menjelaskan bahwa ide pembuatan mi instan mokaf berawal saat Pemda DIY menggelontorkan Danais pada 2022. Hal itu berlanjut dengan pelatihan terhadap ibu-ibu di Sriharjo.

"Dengan dukungan Danais, kami didorong untuk mewujudkan ide dan saya pilih pakai mocaf untuk bahan baku membuat mi instan. Lalu pelatihan pada 2022, membuat rumah produksi di 2023 dan akhir Desember launching produk bernama Srimi," katanya.

Di tahap awal, kata Titik, ada lima warga yang dilibatkan dalam proses produksi. Kelima warga tersebut adalah ibu-ibu yang tergabung dalam PKK Kalurahan Sriharjo.

Kelima ibu-ibu tersebut bertugas untuk produksi mi, mulai dari mengubah singkong menjadi adonan dengan campuran (mocaf), terigu dan tapioka. Setelah itu adonan digiling menggunakan mesin hingga menghasilkan potongan mi. Potongan mi tersebut kemudian dikukus dan dikeringkan.

"Setelah itu baru tahap pengemasan. Ada tiga produk kemasan yang kami produksi, yakni mi instan, cup dan ekonomi," terang Titik.

Untuk harga yang ditawarkan, Titik menyebut ada tiga varian harga. Untuk Srimi dalam bentuk mi instan dibanderol Rp7.000 per pcs, Rp8.000 untuk kemasan cup, dan Rp6.000 untuk kemasan ekonomi. Adapun rasa yang ditawarkan ada baso dan ayam bawang.

"Khusus untuk varian ekonomi, tidak ada bumbunya. Hanya mi saja. Memang mahal, tapikan ini kami menjual nilai kesehatannya. Kita tahu manfaat dari tepung mocaf ini kan bagus untuk diet," jelas Titik.

Selain itu, Titik juga berharap ke depan, warga Sriharjo bisa mengoptimalkan Srimi sebagai bahan yang dibawa masyarakat saat acara kematian (takziah). Sebab, warga Sriharjo punya budaya membawa mi instan saat melayat.

"Jadi nanti bisa kami modifikasi bahannya. Karena jika full memakai tepung mokaf tentu harganya mahal jika dibandingkan mi instan yang saat ini beredar," kata Titik.

"Harapannya, harga untuk Srimi yang ditawarkan bagi warga yang ingin membawa mi ke takziah bisa lebih terjangkau," imbuh Titik.

Menurut Titik, karena baru dalam tahap awal, maka produksi dari Srimi masih terbatas. Sejauh ini jumlah Srimi diproduksi sesuai dengan pesanan. Ke depan, pihaknya akan memproduksi secara massal dan menjualnya melalui offline maupun online. "Kami sudah merancangnya. Untuk penjualan online, kami ada toko online lewat tokosrirejeki.com. Sedangkan untuk offline kami optimalkan gerai di rumah produksi ini," ucap Titik.

BACA JUGA: Mi Instan Naik 3 Kali Lipat, Mi Mocaf Bisa Jadi Pilihan

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Bantul Agus Sulistyana mengaku mengapresiasi langkah dari warga Sriharjo memproduksi mi.

Pasalnya, langkah tersebut tidak hanya bentuk pemberdayaan masyarakat dan upaya peningkatan perekonomian, akan tetapi juga wujud upaya ketahanan pangan. "Apalagi bahan baku yang ada cukup banyak dan mudah ditemukan di Bantul," terang Agus.

Untuk mendukung keberadaan produksi Srimi, Agus mengaku pihaknya siap untuk melakukan pendampingan. Utamanya perihal standardisasi produksi dan juga kepengurusan lisensi seperti dari BPOM dan Kemenag terkait dengan label Halal.

"Kami juga berharap warga sekitar mendukung keberadaan usaha ini. Ekosistem masyarakat juga harus tercipta agar usaha ini mampu berjalan optimal," ucap Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Cegah Tawuran, Polisi Bubarkan Pemuda Nongkrong

News
| Minggu, 28 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement