Seorang Pria Tewas Kesetrum Saat Perbaiki Atap di Banguntapan, Pria Lain Tewas Tersetrum di Sewon
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Seorang pria tewas tersengat listrik saat memperbaiki genteng yang bocor di Banguntapan, Bantul, Kamis (1/2/2014) sekitar pukul 10.00 WIB. Pria lain tewas kesetrum saat memperbaiki kabel di Sewon.
Pria itu berinisial DW, berumur 28 tahun, dan beralamat di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Dia meninggal dunia akibat kesetrum saat memperbaiki genteng yang bocor. Sehari sebelumnya atau pada Rabu (31/1/2024) pukul 15.30 WIB, pria berinisial AY, 54, warga kalurahan Timbulharjo, Kapanewon Sewon, Bantul meninggal dunia karena tersengat listrik di tempat kerja.
Advertisement
Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana, mengatakan DW tewas saat memperbaiki atap yang bocor. Sementara, AY tewas saat bekerja di sebuah perusahaan di Jalan Parangtritis Km. 9, Balong, Timbulharjo, Sewon, Bantul.
“Saat itu korban bermaksud membetulkan lampu yang mati. Pada saat akan membetulkan sambungan listrik yang rusak, korban sudah diingatkan oleh teman kerjanya, kalau masih hujan lain waktu saja. Namun korban tetap membetulkan aliran listrik ke lampu yang mati tersebut,” katanya Kamis (1/2/2024).
AY naik ke atas meja yang terbuat dari besi. AY juga tidak mengenakan alas kaki saat membetulkan aliran listrik tersebut. Kemudian, rekan kerjanya berteriak saat AY kesetrum. Di lokasi kejadian, korban masih berdiri memegang lampu dengan kabel yang baru diperbaikinya.
BACA JUGA: Kronologi Warga Bantul Meninggal Dunia karena Kesetrum Saat Bekerja
Saat itu, ada karyawan yang berusaha menurunkan tubuh AY, tetapi ternyata tubuh AY masih dialiri listrik. Kemudian, salah satu karyawan perusahaan menyabet kabel tersebut dengan kayu hingga lepas sehingga aliran aliran listriknya terputus dari tubuh AY. Lantas AY segera dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Bantul untuk dilakukan pemeriksaan medis.
“Oleh dokter yang memeriksa, korban dinyatakan telah meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit dan pada saat diperiksa tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan,” imbuhnya.
Jeffry menyampaikan keluarga telah menerima kejadian tersebut. Keluarga korban juga meminta polisi tidak mengautopsi jenazah. Insiden dua hari beruntun itu menambah kecelakaan maut akibat sengatan listrik.
BACA JUGA: Alasan Pemkab Gunungkidul Minta Batas Kelok 18 Dipertegas untuk Mudahkan Investasi
Pada 29 Januari 2024 lalu, warga Jetis, Bantul, berinisial AB meninggal dunia tersengat listrik saat sedang bekerja di Jalan Pleret Km 2.5 Jambidan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. Dia kesetrum saat mengecek instalasi air di atap bangunan tersebut. Sementara, pada 21 Januari 2024, pria berusia 40 tahun berinisial S meninggal dunia kesetrum saat menebang bambu di tepi sungai di Kalurahan Gadingsari, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul.
Ketika gerimis turun, S tiba-tiba terpeleset dan berpegangan pada sebatang bambu. Namun, dia tidak sadar bambu tersebut menyentuh kabel listrik. S pun tersengat listrik dan meninggal dunia.
Meninggalnya empat orang akibat sengatan listrik di awal 2024 membuat Polres Bantul mengimbau warga masyarakat mengutamakan keselamatan dengan berhati-hati saat memperbaiki atau memasang instalasi listrik.
“Hal ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan yang diakibatkan oleh hubungan aliran listrik,” ujar Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana.
Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak membangun rumah atau bangunan lainnya dalam jarak yang kurang dari 3 meter dari jaringan listrik jaringan tegangan menengah 20 KV yang memiliki induksi listrik besar. Warga juga diimbau tidak menebang pohon, bambu, atau tanaman lainnya yang dekat dengan jaringan listrik maupun mendirikan tiang antena TV, tiang telepon, parabola, pemancar alat telekomunikasi lainnya yang berdekatan dengan jaringan listrik.
"Jangan membakar sampah di bawah jaringan listrik. Jangan bermain layang-layang, menerbangkan drone, melempar atau menyentuhkan benda ke sekitar jaringan listrik," imbaunya.
BACA JUGA: 24 Titik di Gunungkidul Terdampak Bencana Hidrometeorologi
Hal yang harus dihindari lainnya adalah memasang reklame, spanduk, baliho yang berjarak kurang dari 3 meter dengan jaringan listrik atau pada tiang lisrik. "Apabila ingin menggali tanah, hati-hati, pastikan situasi lingkungan sekitar aman dari kabel listrik, karena bisa jadi terdapat beberapa kabel listrik yang dipendam di tanah," tukasnya.
Jeffry juga mengingatkan seluruh masyarakat selalu waspada bahaya lisrik saat musim hujan. "Kenapa kita harus waspada? Karena sifat air yang konduktor, mampu mengantarkan listrik, maka sangat rentan menimbulkan kecelakaan akibat tersengat listrik. Oleh karena itu, sebelum musim hujan, pastikan seluruh kabel di instalasi listrik kita tidak ada yang terbuka," ujarnya.
"Hindari juga berteduh di dekat instalasi listrik, seperti tiang, gardu, panel penerangan jalan umum dan lainnya. Apabila akan melewati genangan air, gunakan sepatu boot yang kedap air agar terhindar dari resiko bahaya tegangan listrik yang bocor. Dalam kondisi basah gunakan sarung tangan karet bila ingin menyentuh instalasi kelistrikan. Kalau menjumpai instalasi kelistrikan yang berpotensi bahaya, beri tanda bahaya dan laporan ke contact center PLN 123. Apabila warga hendak memperbaiki atau memasang instalasi listrik, serahkan kepada ahli kelistrikan. Jangan dikerjakan sendiri, serahkan kepada ahlinya jika ingin memperbaiki atau memasang instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 5 Hari Penuh, Puluhan Pelajar Kulonprogo Jadi Nelayan
- Pengusaha Muda, Giffari Naufal Arisma Putra, Berkunjung ke Yogyakarta
- Warga Garan Denokan Gelar Selawat dan Doa Bersama untuk Kemenangan Harda-Danang
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
Advertisement
Advertisement