Advertisement
Mengenal Apa Itu Labuhan Merapi, Macam Uba Rampe, dan Tanggal Ritualnya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar event tahunan mereka kali ini, yakni Upacara Labuhan Merapi.
Upacara Labuhan Merapi sejatinya merupakan rangkaian peringatan tingalan Dalem Jumeneng atau bertahtanya Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X
Advertisement
Sesuai penanggalan Jawa, pelaksanaan tingalan Dalem Jumeneng Sri Sultan HB X ini digelar setiap 30 Rejeb. Adapun, pada tahun ini, Hajad Dalem Labuhan Merapi dilaksanakan selama dua hari, yakni mulai Minggu-Senin (11-12/2/2024).
Dengan mengambil tajuk Rahayuning Bawana Gumantung Pakartining Janma, Labuhan Merapi tahun ini digelar sama dengan ritual tahun-tahun sebelumnya.
Dikutip dari laman resmi Pemda DIY, rangkaian Labuhan Merapi dimulai dari Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman, dengan mengarak gunungan dan uborampe dari Kantor Kapanewon Cangkringan menuju petilasan rumah Mbah Maridjan.
Kemudian, gunungan dan uborampe tersebut secara seremonial diserahkan oleh Panewu Cangkringan dan diterima oleh Juru Kunci Merapi.
Adapun, ubarampe tersebut terdiri dari selembar kain cangkring, kain kawung kemplong, semekan bangun tulak, semekan gadhung, kampoh poleng, dhestar daramuluk, peningset udaraga, sebungkus rokok wangen, kemenyan, ratus minyak koyoh, amplop berisikan uang tindhik, dan dua biji apem mustaka.
Setelah diadakan kenduri wilujengan, ubarampe itu pun diarak menuju ke atas Gunung Merapi melewati jalur Kinahrejo keesokan paginya. Ubarampe yang telah dimasukan dalam peti akan di tandu menuju tempat acara.
BACA JUGA: Labuhan Merapi Digelar Sesuai Protokol Kesehatan
Para pengusung beserta segenap peserta kemudian akan naik, menuju Sri Manganti. Di tempat tersebut, rombongan akan melakukan prosesi di atas sela dhampit (batu berhimpit).
Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi ritual dan doa. Yang terakhir ditutup dengan pembagian nasi berkat kepada masyarakat.
Labuhan Merapi merupakan salah satu upacara adat yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam pada abad XVII.
Upacara ini dimaksudkan agar negara dan rakyatnya senantiasa dalam keadaan selamat, tentram dan sejahtera.
Meskipun penyelenggara upacara ini adalah pihak Kraton, tetapi dalam pelaksanaannya upacara adat ini juga melibatkan pihak masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Top 7 News Harianjogja.com Sabtu 27 April 2024: Tol Jogja-Bawen hingga Vietnam Gagal Melaju ke Semifinal Piala Asia
- Simak! Jalur Trans Jogja Lengkap, ke UGM, UNY, Rumah Sakit dan Tempat Wisata
- Potensi Wisata Offroad Mulai Diminati Segmen Komunitas dan Keluarga di Jogja
- Sastrawan Joko Pinurbo Wafat di Usia 61 Tahun
- Pengusaha Bakpia Ramaikan Bursa Pilkada Jogja 2024
Advertisement
Advertisement