Advertisement

Gunung Merapi Keluarkan Ratusan Awan Panas Guguran Sejak Masa Erupsi Efusif

Catur Dwi Janati
Selasa, 05 Maret 2024 - 16:27 WIB
Maya Herawati
Gunung Merapi Keluarkan Ratusan Awan Panas Guguran Sejak Masa Erupsi Efusif Foto pengamatan visual BPPTKG menunjukkan guguran awan panas di Gunung Merapi, Kamis (25/1/2024). - ist - BPPTKG

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Rentetan awan panas guguran (APG) yang terjadi awal pekan ini di Gunung Merapi tak terlepas dari suplai magma dan hujan deras di area puncak. Semenjak masa erupsi efusif beberapa tahun lalu, ratusan APG terus terlaporkan terjadi.

Kepala Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso mengungkapkan sejak tanggal 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi Tipe Merapi. Erupsi Tipe Merapi ini lanjut Agus dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak.

Advertisement

"Ketika kubah tidak stabil maka akan longsor atau gugur membentuk awan panas guguran. Saat ini Gunung Merapi memiliki dua kubah lava yang masih aktif yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah," jelas Agus pada Senin (4/3/2/2024) malam

Sejak memasuki masa erupsi efusif tiga tahun lalu, tercatat ada sebanyak 622 kejadian APG di Gunung Merapi. Jarak luncur maksimum awan panas guguran terjauh mencapai 5.000 meter atau lima kilometer ke arah Sungai Gendol yang terjadi pada tanggal 9-10 Maret 2022 lalu.

Agus melanjutkan jika aktivitas awan panas guguran cenderung lebih dominan terjadi di sisi barat daya atau Sungai Bebeng dan Krasak dengan total 502 kejadian. Disusul pada sisi tenggara yakni Sungai Gendol sebanyak 65 kejadian dan sisi selatan atau Sungai Boyong sebanyak 55 kejadian.

"Selama periode erupsi ini, telah terjadi 10 kali peningkatan intensitas erupsi termasuk yang terjadi pada hari ini tanggal 4 Maret 2024," katanya.

Rentetan APG yang terjadi awal pekan ini diawali dengan turunnya hujan di sekitar puncak dan lereng Gunung Merapi di sektor selatan-barat daya pukul 13.41 WIB. Stasiun Jurangjero yang berada di sisi barat daya merekam hujan hingga pukul 15.18 WIB dengan intensitas curah hujan 23 milimeter per jam dan total curah hujan 37,56 milimeter. Karenanya sejak pukul 14.26 WIB, informasi kejadian hujan dan kewaspadaan terhadap lahar dan awan panas guguran disampaikan kepada masyarakat dan stakeholder melalui media sosial dan grup WhatsApp.

"Pukul 16.03 WIB terjadi awan panas guguran yang terekam di seismogram dengan. amplitudo maksimum 45 milimeter, durasi 258 detik dan estimasi jarak luncur maksimal 2.600 meter ke barat daya, hulu Sungai Bebeng dan Krasak. Pada saat kejadian, arah angin ke timur laut-timur," jelas Agus.

Selanjutnya mulai dari pukul 16.18 WIB terekam rentetan awan panas guguran sebanyak enam kali yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 41-48 mm, durasi 115,44-232,48 detik dan estimasi jarak luncur maksimal 2.400 meter ke arah barat daya. Arah angin pada saat kejadian bertiup ke timur laut-timur. Dampaknya hujan abu vulkanik pun terjadi tak jauh dari puncak.

"Hujan abu vulkanik dampak erupsi terpantau di stasiun Pasarbubar yakni sisi utara dengan jarak 800 meter dari puncak, hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi di Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali," jelasnya.

Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada tingkat Siaga (Level III). Agus menjelaskan jika potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog. Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

BACA JUGA: Lima Ruas Tol Fungsional Dibuka saat Lebaran 2024, Termasuk Solo-Jogja dan Jogja-YIA

"Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

Di sisi lain, Agus menerangkan data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung. Hal ini dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Melihat kondisi terkini aktivitas Gunung Merapi, Agus merekomendasikan agar Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten untuk melakukan upaya-upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi. Seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement