Advertisement

Kisah Pengelola Toko Buku Menara Kudus: Merawat Gudang Ilmu Para Muslim

Sirojul Khafid
Senin, 01 April 2024 - 09:17 WIB
Sunartono
Kisah Pengelola Toko Buku Menara Kudus: Merawat Gudang Ilmu Para Muslim Pemilik dan pengelolanya Andito Perwira Fatoni. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Melalui produk-produknya, Toko Buku Menara Kudus berusaha memfasilitasi masyarakat muslim belajar dan beribadah. Menjadi generasi ketiga dari usaha keluarga ini, Andito Perwira Fatoni mencoba tetap merelevansikan toko kitab dengan perkembangan zaman.

Tujuh tahun setelah Indonesia merdeka, Toko Buku Menara Kudus lahir. Di sebuah bangunan kecil, Zjainuri Noor menjual berbagai kitab Islam dan Al-Quran sejak tahun 1952. Perkembangan toko membuat lini bisnis melebar. Dari yang hanya toko penjualan buku, Menara Kudus merambah ke ranah penerbitan dan percetakan. Penerbitan khusus untuk buku Islam. Sementara percetakan menerima pesanan untuk produk umum.

Advertisement

Usaha keluarga ini kemudian mengikutsertakan anak-anaknya untuk terlibat. Pendiri Menara Kudus, Zjainuri Noor, memiliki sepuluh anak. Hampir semuanya terpencar, ada yang kuliah dan nyantri di Jakarta, Surabaya, hingga Jogja. Sembari kuliah, generasi kedua keluarga tersebut membuka usaha di perantauannya masing-masing.

Menara Kudus Jogja berdiri sejak 1992. Kini pemilik dan pengelolanya Andito Perwira Fatoni, generasi ketiga atau cucu dari Zjainuri Noor. Berbeda dengan pusatnya di Kudus, toko cabang seperti di Jakarta, Surabaya, dan Jogja tidak memproduksi buku, hanya mendistribusikan. Membawa nama besar Menara Kudus yang sudah punya reputasi di dunia buku Islam punya keuntungan dan tantangan tersendiri, termasuk dalam membangun toko di Jogja.

“Dulu kompetitor di kalangan kitab dan Al-Qur’an enggak banyak di Jogja. Menara Kudus udah punya nama sebelum buka di Jogja, secara koneksi udah terbentuk,” kata Andito, saat ditemui di Toko Menara Kudus Jogja, Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Jogja, Senin (25/3/2024). “Beda sama sekarang, lebih banyak jemput bola, dengan banyaknya kompetitor dan inovasi, butuh perbaikan untuk sikapi pasar sekarang. Kadang ada beban karena nama sudah terlalu berat, gimana caranya mempertahankan.”

Selama 72 tahun berdiri, Menara Kudus punya terbitan legend yang sampai saat ini masih bertahan. Beberapanya seperti Al-Qur’an Pojok, Fasholatan karya KH. Asnawi, Al-Barzanji, Fathul Qorib, sampai Juz Amma. Bentuk Al-Qur’an Pojok yang kecil biasanya untuk orang yang hendak hafalan ayat-ayat suci umat Islam tersebut. Total terbitan Al-Quran dengan berbagai versi sudah mencapai 60 unit. Untuk kitab sudah mencapai 600 produk.

Meski pasar muslim cukup besar di Indonesia, namun pasar kitab produksi Menara Kudus cukup segmented di kalangan pondok pesantren dan sekolah Islam. Pasar yang lebih luas biasanya untuk Al-Quran dan kalender. Wilayah jangkauan Menara Kudus mencapai DIY, Jawa Tengah, serta sebagian Jawa Barat dan Jawa Timur. Dalam sebulan, penjualan satu jenis produk bisa mencapai puluhan ribu eksemplar. Harga produk termurah Rp2.000 (buku Yasin) sampai termahal mencapai Rp230.000.

Tidak Hanya Mengejar Profit

Tidak sekadar mengejar profit, Menara Kudus juga berusaha konsisten dalam berkontribusi di dunia ilmu dan syiar Islam. Misalnya bekerja sama dengan tokoh Islam dan pesantren dalam menerbitkan kitab tertentu. Tujuannya agar produk ilmu dari kitab Islam semakin banyak dan variatif. Sebagai contoh, kerja sama dengan Pesantren Krapyak, Bantul. Mereka menerbitkan Shorof Praktis Metode Krapyak sebagai penambah referensi belajar Bahasa Arab.

“Di kalangan konsumen santri, kami juga melebihkan diskon kitab. Diskon khusus santri bisa mencapai 20-30 persen. Ada beberapa santri dari pondok menengah ke atas, bawah, dan sebagainya, kami beri fasilitas pada santri. Kami enggak cuma cari untung, tapi juga bagikan ilmu untuk di-share ke konsumen yang membutuhkan,” kata Andito, laki-laki berusia 28 tahun ini.

Di samping itu, margin keuntungan yang tidak terlalu tinggi diterapkan pada produk Al-Qur’an. Menara Kudus juga akan memberikan perhitungan atau diskon khusus untuk proyek wakaf Al-Qur’an. Andito beranggapan semakin banyak Al-Qur’an yang tersebar dan terbaca, akan semakin baik untuk masyarakat dan Islam.

Menara Kudus juga menjamin kualitas produknya dengan memberikan fasilitas refund dalam jangka waktu tujuh hari. Selama memang berasal dari kesalahan cetakan, maka barang akan diganti baru. Bisa diganti dengan produk serupa atau yang lebih mahal. Syaratnya menunjukan nota dan tidak boleh lebih dari tujuh hari.

“Pernah ada yang beli kitab tahun 2018, dia bawa ke saya sekardus sekitar tahun 2019, rentangnya sekitar setahun. Katanya minta dituker yang baru, mungkin sudah selesai dibaca dan ingin ganti yang baru (buku jenis lain). Kami agak bingung, setelah itu ada aturannya,” kata Andito yang juga menjabat Direktur Operasional dan Percetakan Menara Kudus Pusat.

Itu satu dari sekian banyak kisah dalam menjalankan usaha yang sudah lebih dari setengah abad tersebut. Meski sudah punya nama di hati masyarakat, Andito merasa tetap perlu inovasi agar tidak tertinggal dengan perkembangan zaman. Salah satunya dengan memunculkan e-book kitab-kitab Islam.

“Di Indonesia belum familier [kitab Islam dalam bentuk e-book], paling enggak Menara Kudus jadi pioneer toko kitab secara digital,” katanya. “Semoga Menara Kudus semakin baik, lebih dikenal ke zaman dan era-era anak zaman sekarang, santri dan non-santri. Semoga terus memunculkan produk yang diminati masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement