Advertisement

Promo November

Becak Listrik di Jogja, Baterai Tahan Lama, Disukai karena Tak Berisik

Yosef Leon
Minggu, 21 April 2024 - 17:37 WIB
Maya Herawati
Becak Listrik di Jogja, Baterai Tahan Lama, Disukai karena Tak Berisik Petrus, seorang pebecak wisata Malioboro memarkirkan becak listriknya di dekat stasiun pengisian daya becak listrik di kawasan Ketandan, Malioboro, Rabu (17/4/2024). - Harian Jogja - Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pemda DIY sudah mengambil langkah awal untuk membuat kawasan Malioboro menjadi area rendah emisi dengan program becak listrik. Setelah diluncurkan beberapa waktu lalu, becak yang sudah dihibahkan kepada koperasi becak wisata itu mulai mengaspal pada libur Lebaran.

Petrus, 46, tengah ngetem di tempat khusus parkir (TKP) Ketandan yang tak jauh dari Malioboro di tengah siang bolong yang menyengat itu, Rabu (17/4/2024). Matanya awas mengamati calon penumpang yang baru memarkirkan kendaraannya di tempat tersebut.
Jika ada yang keluar berjalan kaki selepas memarkirkan kendaraan roda empatnya, dia langsung setengah berteriak mengajukan penawaran. "Becak?" katanya, singkat. Jika calon penumpang menggelengkan kepalanya, garis wajah Petrus terlihat kecewa.

Advertisement

Namun ketika ada yang terlihat ragu-ragu atau tengah menimbang-nimbang penawaran lelaki paruh baya itu, dia langsung berlari kecil mengajukan tawar menawar harga. Begitulah hari-hari Petrus, seorang pebecak wisata yang beroperasi di Malioboro.

Ia satu dari sekian pebecak yang mendapatkan hibah becak listrik dari Pemda DIY belum lama ini. Sebelumnya, warga Danurejan ini menarik becak motor (bentor) untuk mencari nafkah. Lantaran tertarik dengan program becak listrik, ia menjajal nasib menarik becak dengan moda transportasi itu. "Programnya bagus dan ramah lingkungan. Ini juga upaya untuk mengurangi kendaraan karena Malioboro akan menjadi kawasan pedestrian," katanya.

Menurut Petrus, becak listrik yang baru sebatas program uji coba itu masih banyak kekurangan. Namun, ia tidak membeberkan secara detail apa perbedaan ketika dirinya menaiki bentor atau becak listrik tersebut berikut kekurangan yang perlu menjadi masukan untuk pemerintah. "Lebaran kemarin sudah saya coba membawa wisatawan, lumayan banyak yang suka. Mungkin karena tidak terlalu berisik," ujarnya.

Secara tampilan, becak listrik itu memang cukup mentereng. Desainnya sederhana tapi elegan tetapi fungsional karena bisa memuat tiga penumpang dewasa. Dua orang bisa duduk jok di bagian depan dan satu di belakang pebecak. Tempat duduk penumpak juga sudah dilengkapi dengan pelindung atap. Keamanan cukup terjamin dengan rem cakram di roda bagian depan. "Mesinnya pakai baterai yang bertahan 40-50 kilometer kalau penuh," ujarnya.

Jika baterai habis, dayanya bisa diisi ulang di TKP Ketandan. Baterai akan penuh setelah diisi selama kurang lebih empat sampai lima jam. Stasiun pengisian daya becak itu baru berada di satu lokasi. Tukang becak bisa memakainya secara gratis.

BACA JUGA: Penyelenggara Pemilu Wajib Patuhi Putusan MK, Bawaslu: Kami Harus Siap

"Kalau untuk tarif naik becak, saya menyesuaikan jauh dekat, belum ada patokan resmi. Paling murah Rp20.000," katanya.

Digunakan Bergantian

Ketua Paguyuban Becak Wisata Paimin Ahmad Sarjono menyebut koperasinya menjadi salah satu kelompok yang menerima hibah 10 unit becak listrik. Lantaran jumlah becak listrik masih terbatas, para pebecak memakainya bergantian, sesuai urutan anggota yang sudah membayar simpanan pokok dan simpanan wajib per bulan. "Anggota yang mendaftarkan sudah banyak," ujarnya.

Menurut Paimin, untuk menempuh perjalanan jauh, becak listrik ini tidak memiliki kendala. Bahkan cadangan baterainya hanya berkurang setengah saja. "Sangat awet. Teman saya ada yang bawa dari rumah ke Malioboro, dayanya masih cukup banyak," kata Paimin.

Ia mengaku tidak mau sembarangan mematok tarif. Tarif harus tetap menyesuaikan jarak. Paguyuban ini mangkal di sekitar Hotel Khas Malioboro yang tak jauh dari SMAN 10 Jogja. "Kalau dari pangkalan ke Stasiun Tugu Rp30.000, ke Kraton Jogja Rp20.000 sampai Rp25.000. Ini sebagai tarif pedoman," ujarnya.

Rata-rata abang becak telah 20-40 tahun mengayuh becak tradisional di kawasan Sumbu Filosofi.

Pengganti Bentor

Kepala Dinas Perhubungan DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, menjelaskan program becak listrik yang dibiayai Dana Keistimewaan itu merupakan upaya Pemda DIY membuat Malioboro atau Sumbu Filosofi menjadi kawasan rendah emisi. Sejak diluncurkan akhir tahun lalu, sudah ada 50 becak listrik yang beroperasi di area Malioboro. Becak-becak tersebut adalah purwarupa pertama dan akan terus disempurnakan.

"Masukan untuk becak listrik memang banyak, misalnya jok, roda yang bagian jari-jari kurang stabil. Itu menjadi evaluasi kami," kata Made.

Made berharap becak listrik bisa mengganti bentor yang sebenarnya tidak boleh beroperasi di Malioboro. Pemda DIY mencanangkan bentor sepenuhnya digantikan becak listrik pada 2025 atau 2026.  "Kami juga menerapkan syarat. Untuk mendapatkan becak listrik, pebecak harus menukarnya dengan bentor," jelas dia.

Hibah becak listrik itu diberikan kepada tiga koperasi becak wisata. Made berharap para pebecak motor menggantikan modal bekerja mereka dengan membeli atau membuat becak listrik sesuai standar yang berlaku.

"Kami akan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Jogja untuk mengecek kelayakan becak secara berkala demi keselamatan dan kenyamanan," ujarnya. 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina

News
| Jum'at, 22 November 2024, 07:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement