Advertisement

Promo November

Gangguan Kesehatan Mental Kerap Dialami Anak Muda, Kebanyakan Masalah Bermula dari Rumah

Alfi Annisa Karin
Minggu, 28 April 2024 - 15:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Gangguan Kesehatan Mental Kerap Dialami Anak Muda, Kebanyakan Masalah Bermula dari Rumah Sejumlah mahasiswa UMY memperingati Hari kesehatan Mental, Selasa (10/10/2023). (IST - Humas UMY)

Advertisement

Harianjogja.com, UMBULHARJO—Isu kesehatan mental santer terdengar di tengah-tengah masyarakat dalam beberapa hari terakhir. Kejadian seperti bunuh diri hingga self harming juga sempat beberapa kali terjadi di Yogyakarta.

Aktivis kesehatan mental Rennta Chrisdiana menyebut belakangan kesehatan mental kerap dialami oleh anak-anak muda. Faktornya pun beragam. Menurutnya, gangguan kesehatan mental bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Namun, sejauh ini kondisi hubungan dalam keluarga merupakan faktor yang paling banyak ditemui.

Advertisement

BACA JUGA: Begini Kondisi Puluhan Siswi di Gunungkidul yang Sakiti Diri Sendiri untuk Ikuti Tren Tiktok

"Kebanyakan yang terjadi memang di keluarga dan kebanyakan masalah komunikasi seperti adanya jarak, tidak terbuka, tidak jujur, dan tidak hangat," jelas Ketua Lembaga Advokasi Keluarga Indonesia (LAKI) ini saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.

Kesimpulan itu dia ambil usai LAKI membuka layanan konseling selama satu tahun terakhir. Rennta juga mencoba spesifik menyentuh kesehatan mental remaja melalui berbagai kegiatan. Untuk mengetahui berbagai faktor pemicu gangguan kesehatan mental khususnya pada anak muda, dia turut melakukan asesmen di dua SMA, yakni SMAN 1 Sleman dan SMA Bias. Hasilnya menunjukkan, selain faktor internal keluarga di dalam rumah, pelajar juga kerap merasa tertekan saat menuntut ilmu.

"Kita melakukan asesmen, itu banyak sekali tekanan pada anak-anak. Mereka merasa yang mereka harapkan itu adalah dukungan dari orang dewasa," imbuhnya.

Selain upaya asesment dan penyediaan layanan konseling, Rennta bersama komunitasnya juga gencar melakukan kampanye. Terakhir, dia turut menggandeng mahasiswa membuat project film dengan tema kesehatan mental. Film sengaja dipilih untuk menjadi medium edukasi. Sebab, menurutnya pesan di dalam film akan jauh lebih efektif dan melengkapi berbagai upaya edukasi yang selama ini telah dia lakukan melalui sosial media.

Film, lanjutnya, tak hanya bisa menjadi wadah edukasi bagi penderita gangguan kesehatan mental. Namun, juga orang-orang di sekitar penderita, seperti keluarga, guru, ataupun orang terdekat.

"Edukasi semacam ini sebetulnya harapannya jadi solusi bersama untuk bisa mengangkat tema ini dan mengajak anak muda untuk lebih terbuka," tuturnya.

BACA JUGA: Dinkes DIY Catat Kasus Gangguan Mental Anak dan Remaja Terbanyak di Sleman

Dia berharap, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental semakin meningkat. Menurut Rennta, masyarakat tak perlu bingung, sebab kini ada berbagai fasilitas edukasi hingga layanan konseling yang bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Diharapkan muncul juga kolaborasi antar semua pihak untuk menciptakan iklim kesehatam mentak yang baik.

"Harapannta semakin banyak masyarakat dan anak muda yang makin mengerti dan sadar betapa berdampaknya kesehatan mental dalam membangun lingkungan yang positif dan saling mendukung," harapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Puncak Arus Mudik Liburan Natal Diprediksi Terjadi pada 24 Desember

News
| Jum'at, 22 November 2024, 18:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement