Advertisement

Promo November

Prevalensi Stunting di Bantul Masih Tinggi, Dinkes Bantul Siapkan Kebijakan Ini

Stefani Yulindriani Ria S. R
Sabtu, 18 Mei 2024 - 20:57 WIB
Mediani Dyah Natalia
Prevalensi Stunting di Bantul Masih Tinggi, Dinkes Bantul Siapkan Kebijakan Ini Ilustrasi anak/anak mengukur tinggi badan. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat realisasi prevalensi stunting di Bantul 2023 mencapai 6,45% dari target 8,5%. Realisasi prevalensi stunting Bantul 2023 pun telah di bawah target akhir renstra 2026 yang mencapai 7%. Dinkes Bantul mendorong kerja sama berbagai pihak untuk penanganan stunting. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Agus Tri Widiyantara menyampaikan meskipun begitu angka stunting di Bantul masih dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan catatan Dinkes Bantul tahun 2023 jumlah balita pendek dan sangat pendek ada 2.863 orang, jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 3.001 orang. 

Advertisement

"Ada beberapa penyebab tingginya angka stunting di Bantul, antara lain karena pola asuh," katanya di RS Nur Hidayah, Sabtu (18/5/2024).

Baca Juga

Angka Stunting di Gunungkidul Diklaim Turun 1,3 Persen

15 Kelurahan di Jogja Masih Belum Mampu Tekan Stunting, Ini yang Dilakukan Pemerintah

Angka Stunting di Sariharjo Bantul Cukup Tinggi, Pemkab: Pola Asuh Jadi Penyebabnya

Menurut dia, ada banyak balita di Bantul yang diasuh oleh pengasuh atau kakek dan neneknya. Akibatnya, pola asuh yang terbentuk bukan hanya dari orang tua. Kemudian, tingginya angka stunting juga disebabkan pola makan yang tidak tepat. 

Karena itu, Dinkes Bantul berupaya mengintervensi hal tersebut dengan memberikan sosialisasi kepada kader mengenai pemberian makanan pada bayi dan anak sehingga dapat memberikan pendampingan kader posyandu dapat memberikan pendampingan kepada keluarga dengan balita stunting. 

Kemudian, beberapa balita stunting juga memiliki penyakit non infeksi dan kelainan bawaan yang berpengaruh pada tingginya angka stunting di Bantul. Selain itu menurutnya, ada pula bayi yang lahir dengan riwayat kelahiran dengan berat badan lahir rendah (BBLR dan panjang badan lahir rendah (PBLR). Untuk balita yang lahir dengan kondisi tersebut menurutnya, Dinkes Bantul melakukan intervensi dengan melakukan pemeriksaan dokter ahli, dan meningkatkan pemantauan kesehatan ibu hamil. 

Kemudian, di Bantul ada banyak ibu bayi yang bekerja sehingga kesulitan memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya. Hal itu juga diduga mempengaruhi angka stunting di Bantul. Dinkes Bantul pun berupaya mendorong agar ada pojok ASI di tempat kerja. Sehingga ibu bayi tetap dapat memberikan ASI pada bayinya. 

Selain itu, untuk menurunkan prevalensi balita stunting juga telah dilakukan kampanye dan deklarasi penanggulangan stunting, ada pula peraturan bupati Bantul terkait penanganan stunting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilkada 2024: Megawati Akan Mencoblos di TPS Kebagusan

News
| Senin, 25 November 2024, 07:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement