Puluhan Pelaku Teroris Tertangkap di DIY, Begini Sebarannya
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Densus 88 mencatat sudah ada 52 warga di DIY yang ditangkap karena terlibat aksi terorisme.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Unit Indentifikasi dan Sosialisasi, Satgas Wilayah DIY, Densus 88, Kompol Pranoto Bimo saat menjadi pembicara dalam acara sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme DIY di Pondok Pesantren Sunan Ampel di Padukuhan Banjeng, Maguwoharjo, Depok, Senin (20/5/2024).
Advertisement
“Penangkapan dilakukan karena sudah memiliki dua alat bukti yang mencukupi,” katanya.
Dia menjelaskan jaringan teroris yang tertangkap paling banyak berasal dari Bantul sebanyak 20 orang. Selanjutnya, ada Kabupaten ada 19 orang, Kota Jogja sebanyak tujuh orang, Kabupaten Gunungkidul lima orang dan Kulonprogo ada satu orang.
“Selain aksi penangkapan, kami juga melakukan upaya pencegahan yang melibatkan organisasi keagamaan di Masyarakat,” katanya.
Menurut Bimo upaya pencegahan dengan program deradikalisasi serta mencabut paham baiat yang bisa berujung ke misi final, yakni aksi bunuh diri. Total sejak 2022-2023 sudah dilakukan terhadap 30 orang yang bisa terserumus ke dalam aksi-aksi terorisme.
“Organisasi terorisme ini masih ada di wilayah DIY dengan bergerak di bawah tanah. Mereka siap untuk melakukan rekrtumen agar bisa tetap eksis sehingga harus dilakukan pencegahan,” katanya.
Baca Juga
Menteri Keamanan AS Sebut Terorisme Kembali Muncul dan Jadi Ancaman
Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang
Teror di SMKN 3 Jogja Kembali Terjadi, Polisi Didesak Ungkap Pelaku
Hasil dari idenfiksi, kelompok anak muda menjadi salah satu sasarannya. Hal ini dikarenakan generasi muda sedang dalam proses pencarian jati diri.
Di sisi lain juga ada semangat untuk menjaga kebersamaan bisa menjadi celah yang dimanfaatkan oleh organisasi teroris dalam rekrutmen. “Terkadang juga ada anak muda yang ingin dianggap sebagai pahlawan dengan cara memperbaiki rasa ketidakadilan,” katanya.
Berbagai potensi ini bisa dicegah dengan membentu sinergitas yang baik antara Masyarakat, pemerintah dan pihak keamanan. Bimo menyambut baik adanya sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorirsme DIY.
“Yang terpenting tetap mengedepankan asas praduga tidak bersalah dan saat ada tindakan yang mencurigakan ke pihak berwajib. Cara lain bisa dilakukan dengan menyaring setiap permintaan sumbangan melalui infak, sebab model seperti ini menjadi salah satu modus dalam pendanaan aksi terorisme,” katanya.
Salah seorang mantan napi teroris asal Bantul, Dwi Sosiadi mengatakan, awal masuk jaringan teroris karena terlalu fanatik terhadap salah satu organisasi sehingga ikut dalam proses pembaiatan sebagai anggota. Akhirnya tersadar pada saat ditangkap di akhir 2019 lalu.
“Langsung dibawa ke Jakarta hingga merasa terasingkan karena jauh dari keluarga dan orang tua,” katanya.
Di titik ini, Dwi mengakui mulai terbuka wawasan apa yang dilakukan adalah salah. Ia pun menganggap apa yang terjadi merupakan proses perjalanan hidup yang harus dilalui.
“Di penjara akhirnya membuka diri hingga akhirnya bisa kembali ke keluarga. Saya pun siap membantu dalam upaya pencegahan aksi terorisme agar Masyarakat tidak salah jalan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Berlakukan Status Siaga Banjir dan Longsor hingga 31 Desember 2024
- 150 Kader Adiwiyata SMP N 3 Banguntapan Dilantik, Siap Bergerak Lestarikan Lingkungan
- Polres Bantul Kerahkan 228 Personel untuk Mengamankan Masa Tenang Pilkada 2024
- Terlapor Tak Datang Klarifikasi, Penelusuran Dugaan Politik Uang di Pilkada Jogja Dihentikan
- Spanduk Tolak Politik Uang Ramai di Sleman Jelang Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement