Advertisement

Kasus Leptospirosis di Sleman Terus Bertambah, Rata-Rata Banyak Ditemukan di Kapanewon Ini

Catur Dwi Janati
Rabu, 12 Juni 2024 - 18:37 WIB
Arief Junianto
Kasus Leptospirosis di Sleman Terus Bertambah, Rata-Rata Banyak Ditemukan di Kapanewon Ini Dinkes melakukan upaya pengecekan tikus dan pengendalian vektor pembawa leptospirosis. - Istimewa/Dinkes Sleman. 

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Leptospirosis masih saja menghantui di Sleman. Jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira tersebut terus bertambah. Hingga Mei 2024, jumlah kasusnya bertambah 1 kasus menjadi 20 kasus dengan jumlah suspek mencapai 21 pasien.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Khamidah Yuliati menjelaskan masa inkubasi leptospirosis berkisar antara 7-13 hari dengan rerata 10 hari. Saat menjangkiti seseorang, leptospirosis mempunyai dua fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.

Advertisement

"Gejala awal fase leptospiremia secara umum berupa sakit kepala, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang. Fase ini berlangsung sekitar 4-7 hari," kata Yuli, Rabu (12/6/2024).

Sementara itu fase imun dijelaskan Yuli akan ditandai dengan demam yang mencapai suhu 40 derajat Celsius disertai menggigil dan kelemahan umum. Lebih lanjut Yuli menyebutkan bila pada fase ini juga bisa terjadi perdarahan, gejala kerusakan ginjal dan hati, serta uremia dan ikterik. 

Pengobatan yang diberikan kepada penderita leptospirosis bisa efektif apabila dilakukan dengan cepat. Meski begitu,  tindakan pencegahan merupakan hal utama yang harus dilakukan untuk mengantisipasi penyakit tersebut.

Di sisi lain berdasarkan data hingga pekan ke-22 2024 atau bulan Mei 2024, terdapat 20 kasus Leptospirosis di Sleman dan suspek sebanyak 21. Kasus tersebut rata-rata ditemukan di Kapanewon Moyudan, Kapanewon Seyegan, Kapanewon Cangkringan, dan Kapanewon Prambanan dengan masing-masing tiga kasus Leptospirosis.

Bahkan kasus Leptospirosis telah menyebabkan tiga kasus kematian di wilayah Kapanewon Gamping, Kapanewon Berbah dan Kapanewon Prambanan. 

Secara umum, Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang terkandung dalam urin hewan utamanya tikus.  

Bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terdapat luka atau selaput lendir. Selanjutnya bakteri ini memasuki aliran darah dan berkembang hingga menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia atau nyeri otot. "Bagi masyarakat yang mengalami gejala demam, sakit kepala, nyeri otot betis atau paha silakan segera periksa di Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat," tegas Yuli. 

BACA JUGA: Waspadai Leptospirosis di Sleman! Tiga Orang Meninggal Dunia

Pengendalian vektor pembawa leptospirosis dapat dilakukan masyarakat dengan membudayakan PHBS. Beberapa langkah PHBS yang dapat dilakukan di antaranya dengan menerapkan hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, membasmi tikus dan sarangnya baik di rumah atau lingkungan sekitar. 

Setelah beraktivitas masyarakat diimbau untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir juga membersihkan dengan desinfektan benda-benda yang terindikasi terkena kencing tikus. Yuli juga mengimbau warga untuk menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus secara tertutup. Warga juga diminta untuk menggunakan alat pelindung diri saat berkontak dengan hewan atau lingkungan yang berisiko tinggi seperti menggunakan sepatu boot, sarung tangan dan masker. 

"Kami mengajak masyarakat membudayakan PHBS mulai dari keluarga terutama untuk mengendalikan tikus di rumah. Makanan atau sumber air yang tercemar urine tikus berisiko menjadi penularan leptospirosis."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tantangan GenRe Menuju Indonesia Emas, 1 dari 3 Remaja Indonesia 10-17 Tahun Miliki Masalah Kesehatan Mental

News
| Kamis, 19 September 2024, 11:27 WIB

Advertisement

alt

Mie Kangkung Belacan Jadi Primadona Wisata Kuliner Medan

Wisata
| Selasa, 17 September 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement