Wow! Permintaan Besek di Bantul Meningkat Jelang Iduladha
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Permintaan wadah organik dari bambu atau besek di tingkat perajin jelang Iduladha mengalami peningkatan. Pasalnya, sejak krisis sampah yang menerpa DIY, banyak panitia penyembelihan hewan kurban menggunakan besek sebagai tempat daging, karena dinilai lebih ramah lingkungan.
Salah satu perajin besek di Pedukuhan Kaliputih, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Narimo Sugito, 75, mengaku kewalahan menerima orderan besek. Dalam sepekan, dirinya bisa mendapatkan order sebanyak dua ratus besek. Padahal, tenaga yang membantu untuk membuat besek tidak banyak, hanya sekitar 10 orang.
Advertisement
"Jadi ya, kewalahan. Biasanya untuk tempat daging itu yang ukuran 30x30 sentimeter. Karena biasanya setelah potong hewan kurban, banyak yang bungkus pakai besek," katanya, Minggu (16/6/2024).
BACA JUGA: Tips Mengolah Daging Kambing Tak Menimbulkan Bau Menyengat
Selain ukuran 30x30 sentimeter yang dijual dengan harga Rp180.000 per kodi, dia juga membuat besek berukuran 21x21 sentimeter dengan harga Rp70.000 untuk satu kodinya.
"Untuk ukuran yang 21x21 sentimeter juga lumayan banyak yang laku. Karena, besek yang kecil banyak untuk mantenan dan hajatan," lanjutnya.
Menurut Mbah Gito-panggilan akrab Narimo Sugito, usaha membuat besek dimulai sejak tahun 1980an. Sebelum memutuskan membuka usaha sendiri, dirinya sempat belajar dari tetangganya untuk menganyam bambu menjadi besek.
"Setelah itu baru berani buka. Untuk besek saya biasa dijual di sekitar DIY saja," terang Mbah Gito.
Sebelumnya, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan wadah organik atau yang ramah lingkungan saat membagikan daging kurban. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi sampah selama Iduladha.
BACA JUGA: Ide Masakan ala Betawi untuk Mengolah Daging Kurban
"Jadi sudah sejak setahun yang lalu, kami sudah imbau untuk menggunakan kemasan organik. Kemasan dari bambu, atau dari daun jati, atau kemasan organik lainnya," kata Halim.
Bupati Halim menambahkan, jika terpaksa tidak bisa menggunakan kemasan organik, pihaknya meminta masyarakat agar menggunakan plastik yang pantas untuk tempat daging.
"Bukan plastik hitam. Tapi plastik yang diperuntukkan untuk makanan. Dan plastiknya dikumpulkan. Dipilah sendiri di rumah atau pedukuhan. Tapi, kami lebih rekomendasikan pakai yang organik, semisal besek dan godong jati," kata Halim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gunung Ibu di Halmahera Erupsi, Keluarkan Api Setinggi 350 Meter
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Korban Apartemen Malioboro City Syukuri Penyerahan Unit, Minta Kasus Tuntas
- Tak Gelar Kampanye Akbar Pilkada Sleman, Tim Paslon Harda-Danang Bikin Kegiatan Bermanfaat di 17 Kapanewon
- Kembali Aktif Setelah Cuti Kampanye, Ini Pesan KPU Kepada Bupati Halim dan Wabup Joko Purnomo
- Semarak, Ratusan Atlet E-Sport Sleman Bertarung di Final Round E-Sport Competition Harda-Danang
- Tahun Ini Hanya Digelar Sekali, STTKD Mewisuda 691 Lulusan
Advertisement
Advertisement