Advertisement

Wow! Permintaan Besek di Bantul Meningkat Jelang Iduladha

Jumali
Senin, 17 Juni 2024 - 09:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Wow! Permintaan Besek di Bantul Meningkat Jelang Iduladha Salah satu perajin besek di Pedukuhan Kaliputih, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Narimo Sugito - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Permintaan wadah organik dari bambu atau besek di tingkat perajin jelang Iduladha mengalami peningkatan. Pasalnya, sejak krisis sampah yang menerpa DIY, banyak panitia penyembelihan hewan kurban menggunakan besek sebagai tempat daging, karena dinilai lebih ramah lingkungan.

Salah satu perajin besek di Pedukuhan Kaliputih, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Narimo Sugito, 75, mengaku kewalahan menerima orderan besek. Dalam sepekan, dirinya bisa mendapatkan order sebanyak dua ratus besek. Padahal, tenaga yang membantu untuk membuat besek tidak banyak, hanya sekitar 10 orang.

Advertisement

"Jadi ya, kewalahan. Biasanya untuk tempat daging itu yang ukuran 30x30 sentimeter. Karena biasanya setelah potong hewan kurban, banyak yang bungkus pakai besek," katanya, Minggu (16/6/2024).

BACA JUGA: Tips Mengolah Daging Kambing Tak Menimbulkan Bau Menyengat

Selain ukuran 30x30 sentimeter yang dijual dengan harga Rp180.000 per kodi, dia juga membuat besek berukuran 21x21 sentimeter dengan harga Rp70.000 untuk satu kodinya.

"Untuk ukuran yang 21x21 sentimeter juga lumayan banyak yang laku. Karena, besek yang kecil banyak untuk mantenan dan hajatan," lanjutnya.

Menurut Mbah Gito-panggilan akrab Narimo Sugito, usaha membuat besek dimulai sejak tahun 1980an. Sebelum memutuskan membuka usaha sendiri, dirinya sempat belajar dari tetangganya untuk menganyam bambu menjadi besek.

"Setelah itu baru berani buka. Untuk besek saya biasa dijual di sekitar DIY saja," terang Mbah Gito.

Sebelumnya, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan wadah organik atau yang ramah lingkungan saat membagikan daging kurban. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi sampah selama Iduladha.

BACA JUGA: Ide Masakan ala Betawi untuk Mengolah Daging Kurban

"Jadi sudah sejak setahun yang lalu, kami sudah imbau untuk menggunakan kemasan organik. Kemasan dari bambu, atau dari daun jati, atau kemasan organik lainnya," kata Halim.

Bupati Halim menambahkan, jika terpaksa tidak bisa menggunakan kemasan organik, pihaknya meminta masyarakat agar menggunakan plastik yang pantas untuk tempat daging.

"Bukan plastik hitam. Tapi plastik yang diperuntukkan untuk makanan. Dan plastiknya dikumpulkan. Dipilah sendiri di rumah atau pedukuhan. Tapi, kami lebih rekomendasikan pakai yang organik, semisal besek dan godong jati," kata Halim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Gempur Rokok Ilegal

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PPATK Ungkap Ribuan Anggota DPR dan DPRD Main Judi Online

News
| Rabu, 26 Juni 2024, 14:27 WIB

Advertisement

alt

Inilah Rute Penerbangan Terpendek di Dunia, Naik Pesawat Hanya Kurang dari 2 Menit

Wisata
| Sabtu, 22 Juni 2024, 11:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement