Advertisement

Promo November

Pameran The Dagingtumbuh, Bawa Pengunjung Masuk ke Dunia Komik Fotokopi

Catur Dwi Janati
Sabtu, 22 Juni 2024 - 06:47 WIB
Ujang Hasanudin
Pameran The Dagingtumbuh, Bawa Pengunjung Masuk ke Dunia Komik Fotokopi Tim pameran menceritakan sejumlah karya dan instalasi komik fotokopi dari versi cetak The Dagingtumbuh Vol. 21 ke ruang pamer pada Senin (10/6/2024). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN -- Tak semua orang pernah mendengar komik fotokopi. Padahal karya ini punya tempat tersendiri di hati para penikmatnya. Dengan konsep visualisasi di ruang pamer, Pameran The Dagingtumbuh Vol. 21. Partai Komik Fotokopi bakal membawa pengunjung seakan masuk ke dunia komik. 

Berlokasi di Versus Project DGTMB Shop, visualisasi komik fotokopi terinstal di lantai dua bangunan. Di dalam ruang pamer berukuran kurang lebih 3x4 meter beragam karya komik fotokopi dipampang. 

Advertisement

Sesuai namanya yang "fotokopi" nuansa hitam putih mendominasi dua ruang pamer. Karya-karya dari yang jenaka hingga membawa pesan duka, dari yang rumit hingga sederhana, dari yang menggelitik sampai penuh kritik saling mengisi di berbagai penjuru ruangan. Seperti lembar demi lembar halaman sebuah komik yang tak habis-habis dibaca.

Instalasi karya yang dipasang di lantai, dinding sampai langit-langit ruangan membuat penikmat seni tak terasa mengunjungi ruang pamer yang berukuran mini. Malahan, rasanya para pengunjung dibawa masuk ke dunia komik yang penuh gambar dan goresan.

Sebanyak 21 kontributor yang terlibat dalam komik fotokopi The Dagingtumbuh Vol. 21. Mereka ialah Arwin Hidayat, Imas Ajriana, Agus Sam Suga, Patub Porx, Ezresk Pabita, Arfan, Dankuhuy, Kama, KomikhasFren, Rama Fajar, Mogo Fresha, Gilar, Alfandrf, Anggi Mw, Yayan AP., Terra Bajraghosa, Kepin, Laboer, Gozi Afdoli, Galih Kurniawan, Nayara Ananda, Bawana, Jun Rizky Saragih, Bobbysatyar, Pillar, Timmur, R Force, Ersadana, Zoey dan Ipinside. Karya-karya mereka yang diterbitkan dalam komik ini selanjutnya berlaih media ke tembok, lantai dan langit-langit ruang pamer. 

Salah satu kontributor yang terlibat Anggi MW punya sorotannya tersendiri atas eksistensi komik fotokopi. Menurutnya, komik fotokopi baru dinikmati segelintir orang. Mereka yang masih setia dengan lini seni ini sebagian besar disebut Anggi merupakan insan yang melihat komik sebagai wujud yang masih bisa diraba. 

"Menurut saya eksistensi komik fotokopi secara umum saat ini hanya dinikmati beberapa kalangan saja, bagi mereka yang masih melihat komik sebagai wujud visual yang dapat diraba. Tapi hal itu berlaku hanya untuk beberapa penikmat saja," kata Andi pada Kamis (20/6/2024).

Kehadiran gawai yang bisa digapai di segala waktu, menarik tangan para pembaca komik dari versi cetaknya. "Karena tidak dapat dipungkiri kecanggihan gawai saat ini mampu mengkaver semua kebutuhan pembaca komik dalam versi digital yang dinilai lebih praktis dan tidak memakan banyak ruang," lanjutnya. 

Beda halnya dengan Anggi yang sudah menggandrungi komik fotokopi sejak lama. Keakrabannya dengan buku fisik ketimbang digital, membawa Anggi menikmati media ini.

"Ketertarikan saya dengan wujud visual komik fotokopi karena latar belakang saya yang lebih suka membaca buku fisik, dari pada digital," ujarnya. 

Anggi merasa lebih bisa mengeksplor detail coretan yang terbentuk dalam setiap lembar cetak fotokopi. "Karena dengan adanya karya fisik, saya dapat lebih mengeksplorasi detail goresan yang dihasilkan dari proses cetak fotokopi," imbuhnya. 

Di ruang pamer salah satu karya Anggi turut ditampilkan. Dalam medium kardus, karya Anggi digambar ulang, dipotong dengan presisi sesuai objek yang dibuatnya. 

BACA JUGA: Suluh Sumurup Art Festival: Keterbatasan Bukan Jadi Penghalang untuk Berekspresi

Karya Anggi yang terlihat seperti entitas mirip centaurus berkaki empat dengan dua tangan mungil, berbadan entah bulu atau awan, namun yang jelas nampak kepulan asap keluar dari mulut gambar tadi. Objek ini kini seolah timbul dan melayang di ruang pamer yang lebih mirip seperti dunia komik. Anggi pun punya pesan tersendiri dari karya yang dia gambarkan. 

"Yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana kita sebagai individu yang mempunyai hak hidup, tidak perlu takut menyuarakan kebenaran yang menurut kita benar, karena seringkali kebenaran justru ditutupi atau diabaikan demi tujuan segelintir individu. Tidak ada klaim atas diri kita dari siapapun itu, maka jalani apa yang menurut kita benar, tanpa harus melihat stigma sekitar tentang apa yang kita kerjakan saat ini," tegasnya. 

Bagi Anggi saya, visualisasi komik fotokopi yang beralih rupa dalam ruang pamer dapat memicu kreativitas perupa muda. Baik mereka yang masih memulai debut ataupun yang sudah lama berkecimpung di dunia seni rupa. 

Adanya agenda semacam ini setiap tahunnya yang menghadirkan karya kolektif dari para perupa, dinilai Anggi membuat event seperti ini selalu ditunggu kehadirannya. Malahan kalau perlu menurut Anggi event ini bisa diadakan setiap bulan.

"Saya yakin teman-teman akan lebih senang, karena selain dapat menambah portofolio karya, event seperti ini akan selalu menghadirkan karya-karya yang fresh dengan karakter unik tiap individu," tandasnya.

Di lain sisi, adanya pameran ini dinilai Anggi juga dapat memikat para penikmat baru di dunia komik fotokopi. "Dengan konsep seperti ini, para penikmat seni di rentang usia muda dapat mengapresiasi dengan leluasa apa yang mereka lihat, tanpa harus melihat karya siapa yang ada di situ, tapi penggabunggan seluruh karya menjadi sebuah identitas baru, adalah sebuah inovasi menjaring minat para penikmat baru, apalagi mereka yang sangat senang berswafoto," ungkapnya. 

Lebih jauh Anggi berpandangan jika pameran yang digelar The Dagingtumbuh bisa menambah panjang napas eksistensi dari komik fotokopi. "Karena proses kreatif yang terjadi disini tidak hanya sekedar mengumpulkan karya dan memproduksinya menjadi sebuah komik, melainkan menginterpretasikan nilai-nilai kolektif yang ada dalam karya tersebut menjadi sebuah karya baru yang disajikan pada ruang display pameran. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa karya menjadi sarana interaksi antara perupa dan penikmat karya," tandasnya. 

Staf Marketing DGTMB, Adhi Thia Nur Rohman mengungkapkan visualisasi yang ada di ruang pamer merupakan hasil alih rupa dari karya dalam komik The Dagingtumbuh Vol. 21. Karya-karya menarik ini akan disuguhkan dalam pemeran 8 Juni-7 Agustus 2024. 

"Animonya cukup lumayan baik, di luar itu penggemar komik, orang yang awam itu juga bisa datang ke sini juga," ujarnya. 

Staf Teknis Studio, Eri kuswanto mengaku tidak menemui kesulitan untuk mengaplikasikan karya dari komik ke ruang pamer. Hanya saja untuk instalasi karya di lantai, tim melapisi lantai dengan triplek dan menuangkan visualisasi komik di atas triplek tersebut dengan bahan cat. 

Di sisi lain karya yang divisualkan dalam ruang pamer tak bisa identik dengan versi komiknya. Khususnya pada elemen guratan dan arsiran yang tentu tak 100 persen sama. Namun benang merah gambar tetap diusung dan bisa tervisualisasi.  

BACA JUGA: Melihat Wajah Kota Jogja dari Masa ke Masa dalam Pameran Metamorfosa

BACA JUGA: Kisah Subandi Giyanto, si Penjaga Napas Seni Lukis Kaca

Dosen ISI Yogyakarta yang juga seorang komikus, Terra Bajraghosa dalam pengantar pameran menceritakan bagaimana perjalanan komik fotokopi ini. The Dagingtumbuh Volume 1 bertajuk "Segar" terbit pada bulan Juni tahun 2000 mengambil format kompilasi untuk pola penerbitannya. Dagingtumbuh digagas oleh Eko Nugroho sebagai sebuah konsep bentuk galeri seni yang berjalan. Sebuah sikap kritis terhadap kondisi minimnya ruang galeri seni rupa di Jogja dan Indonesia. 

"Saat itu Eko masih menyandang status sebagai mahasiswa Seni Lukis di ISI Yogyakarta. Dagingtumbuh disebut sebagai komik karena formatnya yang berbentuk buku, berisi urutan gambar-gambar, diproduksi dengan teknik fotokopi. Ciri-ciri tersebut identik dengan komik indie pada masa itu seperti terlihat pada karya tunggal Athonk, kompilasi dari kolektif Core Comic dan Apotik Komik yang telah ada sebelum Dagingtumbuh," tuturnya. 

Format isi komik The Dagingtumbuh yang menampilkan segala macam bentuk visual dan beragam bentuk ceritanya dengan format difotokopi, cukup membuat kaget pembacanya. Apalagi para pembaca yang sebelumnya hanya memahami bahwa bentuk komik itu seperti komik superhero Amerika, komik petualangan Eropa, atau komik drama dan aksi ala manga Jepang saja. 

Keunikan komik The Dagingtumbuh terus ditunjukkan dalam penerbitan-penerbitan volume berikutnya. Mulai dari para kontributor dengan ragam karyanya, dengan aneka gaya gambar, kolase, variasi teknik fotokopi, hingga fotokopi benda-benda. Belum lagi pilihan materi covernya yang disablon, memakai kain bulu, emblem, plastik daur ulang, bonus-bonusnya dari sticker, postcard, foto, kaset hingga CD. 

Lalu cara pendistribusiannya dan keterlibatannya dalam sejumlah pameran seni kontemporer, dalam rupa game fotokopi, mural, video art maupun objek. Termasuk menyelenggarakan lomba, award, acara musik dan pameran yang khas The Dagingtumbuh. 

"Kini dalam rentang waktu 24 tahun, tepat di bulan Juni Dagingtumbuh telah menembus hingga volume 21. Perisitiwa ini di-selameti, dengan launching buku dan pameran The Dagingtumbuh Vol.21 "Partai Komik Fotokopi". Memang harus ada selametan, harus dirayakan, karena tidak banyak terbitan (komik) indie berkala yang mampu bertahan hingga sepanjang ini. Mungkin tirakatan juga akan digelar jika perlu," kata Terra.

Karya-karya yang divisualkan dalam volume 21 dipindahkan ke dinding-dinding, langit-langit, dan lantai-lantai yang ada. Pilihan ini dianggap Terra membuat siapapun yang masuk ke dalam ruang pameran tidak lagi merasa berada dalam ruang fisik bangunan serupa galeri. Namun lebih seperti masuk ke dalam komik, masuk ke dalam lukisan, masuk ke dalam gambar, masuk ke dalam cerita dan menjadi bagian dari 30 karya yang serba hitam putih. 

Teks-teks yang digoreskan kini kian besar, garis-garis menebal, gambar dan objek menjadi lebih masif dari pada kita, ada di sekeliling. Gambar-gambar tak lagi tinggal di dalam kertas dan buku saja kata Terra. 

"Kisah-kisah gambar dan ekspresi-ekspresi visual, yang disampaikan oleh masing-masing pencerita, oleh seniman peserta pameran, melingkupi kita. Siapkan diri anda merasakan sensasi hidup bersama dalam lindungan dan di bawah naungan’ (karya-karya) Partai Komik Fotokopi " tandasnya.

Pada agenda ini, Terra juga banyak menaruh harap. Bagaimana ruang galeri alternatif yang bebas bersikap kristis dapat terus eksis sampai nanti.

"Bolehlah pula memanjatkan harapan, bahwa bersama para kontributor karya yang kiriman-kirimannya tak terduga dan semua lolos seleksi, Dagingtumbuh dapat terus mewujudkan gagasan sebagai ruang galeri alternatif, bersikap kritis, menggoyang seni rupa mapan dan menunjukkan semangat kebebasan," lanjutnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pakar Hukum Sebut Penegak Hukum Harus Kejar hingga Tuntas Pejabat yang Terlibat Judi Online

News
| Kamis, 21 November 2024, 19:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement