Advertisement
Angka Kematian Ibu di Bantul Capai 6 Kasus dalam 7 Bulan Terakhir, Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat ada beberapa ibu yang meninggal pasca melahirkan selama Januari-Juli 2024. Dinkes Bantul menduga penyakit bawaan ibu menjadi penyebab kasus tersebut.
Dinkes Bantul mencatat angka kematian ibu (AKI) pada Januari-Juli 2024 atau tujuh bulan terakhir mencapai 6 kasus. Adapun tahun 2023, AKI mencapai 9 kasus. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Bantul, Siti Marlina mengatakan kasus AKI tersebut disebabkan karena beberapa penyakit bawaan ibu selama masa kehamilan.
Advertisement
BACA JUGA : Waktu yang Tepat untuk Berhubungan Intim Agar Cepat Hamil
Di antaranya beberapa ibu yang akan melahirkan mengalami kardiomiopati atau kelainan otot jantung dan hipotiroid atau penyakit akibat kadar tiroid yang terlalu tinggi. "Ada pula yang karena pendarahan otak, anemia, dan kekurangan gizi kronis yang menjadi faktor risiko [AKI]," ujarnya, Senin (12/8/2024).
Dinkes Bantul berupaya menekan kasus AKI tahun ini. Dia menuturkan tingginya AKI berhubungan dengan kondisi ibu selama kehamilan. Kasus AKI tersebut terjadi saat ibu menjalani masa nifas. Ia berharap kasus AKI tahun ini tidak setinggi tahun lalu. Saat ini di Bantul ada sekitar 7-8 ribu ibu hamil. Bagi ibu hamil yang berisiko saat hamil maka harus rutin memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) yang ada.
Ketika usai melahirkan, ibu harus menjalani pemeriksaan rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) empat kali dalam jangka waktu 40 hari. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan di puskesmas, atau apabila diperlukan bisa diberikan rujukan ke rumah sakit (RS).
"Puskesmas memiliki tugas pelayanan dan pemantauan [ibu] selama masa nifas, untuk memantau proses perkembangan penyakit [ibu]," ujarnya.
BACA JUGA : Bukan Cuma Mual, Ini Tanda-tanda Hamil Muda yang Sering Tidak Disadari
Kepala Dinkes Bantul, Agus Tri Widyantara menambahkan kasus ibu hamil yang mengalami kondisi kegawatdaruratan dapat dirujuk ke RS. Hal itu dilakukan untuk menekan jumlah kasus AKI di Bantul.
“[Apabila ditemukan] Kasus kegawatdaruratan bisa langsung ke rumah sakit. Bisa dilakukan ke sana, kalau kegawatdaruratan ditemukan di puskesmas, bisa dilakukan upaya stabilisasi di puskesmas. Lalu dirujuk di RS yang berkompeten,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Periksa Mantan Ketua KPU Arief Budiman Terkait Kasus Hasto Kristiyanto
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- DPRD Kota Jogja Umumkan Penetapan Walikota Jogja Terpilih, Jadwal Pelantikan Masih Menunggu
- Menu MBG di Sleman Hari Kedua: Lauk dan Sayur Tetap Nikmat Meski Tanpa Susu
- Banyak Sampah Dibuang di Hutan Gunungkidul Akibat Minimnya Kesadaran Warga
- Perbaikan Jalan Sentolo-Nanggulan Rp2 Miliar, Warga Minta Libatkan Tenaga Kerja Lokal
- Datangi DPRD Kota Jogja, Pedagang Teras Malioboro 2 Minta Pengundian Diulang
Advertisement
Advertisement