Advertisement

Pemkab Sleman Gelar Festival Rujak untuk Warisan Budaya di Bidang Kuliner

Media Digital
Sabtu, 07 September 2024 - 14:37 WIB
Maya Herawati
Pemkab Sleman Gelar Festival Rujak untuk Warisan Budaya di Bidang Kuliner Pelaksanaan Festival Rujak di Museum Gunung Merapi di Kapanewon Pakem, Sleman. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya menggali warisan budaya di bidang kuliner, Sabtu (7/9/2024). - Harian Jogja - David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Sleman terus menggali potensi warisan budaya di Bumi Sembada. Pasalnya, hingga saat ini warisan budaya yang dimiliki belum lengkap karena tidak ada yang ditetapkan dari bidang kuliner.

Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, Edy Winarya mengatakan upaya pelestarian kebudayaan di Kabupaten Sleman terus dilakukan. Hal ini sejalan dengan amanat dalam Undang-Undang No.5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Advertisement

Menurut dia, langkah ini sebagai upaya menjaga kelestarian terhadap warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Edy tidak menampik sudah banyak benda maupun tak benda yang ditetapkan sebagai warisan budaya.

Dia mencontohkan, untuk warisan tak benda yang sudah ditetapkan seperti upacara adat Bekak, Wot Galeh dan lain sebagainya. Kendati demikian, Edy mengakui, keberadaan di Kabupaten Sleman dinilai masih belum lengkap.

“Sesuai dengan Undang-Undang tentang Kemajuan Kebudayaan ada sepuluh objek. Hingga saat ini, kita [Kabupaten Sleman] belum memiliki warisan budaya dari bidang kuliner,” katanya.

BACA JUGA: Gempa Magnitudo 4,9 di Gianyar Bali, BPBD Bergerak Cepat Melakukan Kajian Dampak

Menurut dia, upaya penggalian terus dilakukan untuk menemukan kuliner khas dan asli Sleman yang bisa diajukan menjadi warisan budaya ke Pemerintah Pusat. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan telah ada kuliner yang bisa dimasukkan sebagai warisan budaya.

Kuliner ini antara lain penganan cenil dan jadah tempe yang banyak beredar di masyarakat hingga sekarang.

“Sudah dikaji dan dalam proses pengusulan agar cenil dan jadah tempe bisa ditetapkan sebagai warisan budaya kuliner di Sleman,” katanya.

Selain itu, penggalian juga dilakukan dengan menggelar Festival Rujak yang diselenggarakan di Museum Gunung Merapi di Kapanewon Pakem, Sabtu. Rujak dipilih karena sudah ada secara turun temurun serta tertuang dalam manuskrip di Serat Centhini.

“Mudah-mudahan dengan festival ini, rujak juga bisa ditetapkan sebagai warisan budaya di Sleman,” katanya.

Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan dan Hukum, Anton Sujarwo mengatakan, berbagai peninggalan warisan nenek moyang di Sleman harus dilestarikan. Pasalnya, keberadaan berbagai warisan ini bisa menjadi ciri khas yang dimiliki di Kabupaten Sleman.

“Memang belum semua bisa teregister sebagai warisan budaya. Misalnya untuk kuliner belum ada, tapi dengan upaya yang terus dilakukan maka bisa dilakukan,” katanya.

Anton mengungkapkan, penetapan sebagai warisan budaya merupakan bentuk komitmen dari pemkab agar keberadaan seni adat tradisi hingga kuliner yang ada bisa dilestarikan. “Manfaatnya akan sangat luar biasa dan semoga kegiatan pelestarian bisa terus dilakukan sehingga keberadaannya bisa eksis dan tidak kalah dengan budaya luar,” katanya.

Menaikkan Pamor Buah Lokal Hargobinangun

Lurah Hargobinangun, Amin Sarjito mendukung penuh penggalian warisan budaya di bidang kuliner yang salah satunya dilakukan melalui Festival Rujak. Dari segi bahan-bahannya, upaya ini dapat mengangkat potensi buah lokal yang dibudi dayakan di lingkungan masyarakat.

"Kami mendukung adanya kegiatan itu, karena juga mengangkat potensi lokal yang ada di situ. Terutama terkait dengan buah-buahan lokal sehingga ini nanti juga memberikan kontribusi pada kami, baik nanti pada wisatawan yang berkunjung ke wilayah kami," kata Amin, Senin (9/9/2024).

Tak hanya aspek ekonomi dan wisata, penelusuran warisan budaya bidang kuliner bisa menjadi media edukasi. Masyarakat bisa tahu bahwa warisan budaya bentuknya beragam, salah satunya bisa berupa kuliner.

"Bisa menjadi salah satu media pembelajaran bagi warga masyarakat, ternyata buah itu bisa diolah sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan rujak dan minuman yang benar-benar bisa mempunyai nilai tambah," ungkapnya.

Kehadiran potensi rujak sebagai warisan budaya disebut Amin bakal menjadi pelengkap keberadaan kuliner ikonik jadah tempe di Hargobinangun

"Ini sebagai pelengkap, di wilayah kami sudah ada makanan tradisional kayak jadah tempe yang sudah terkenal, ini rujak ini ternyata juga bisa diperkenalkan sebagai salah satu warisan kebudayaan yang perlu kami lestarikan," katanya.

Rujak sebagai warisan budaya akan ditopang keberadaan buah lokal di Hargobinangun. Selama ini buah-buahan lokal yang ada belum diserap pasar secara optimal. Keberadaan rujak sebagai warisan budaya bisa mendongkrak pemanfaatan buah lokal yang dibudi dayakan masyarakat.

"Buah-buahan sendiri sebenarnya sudah banyak di wilayah kami, tapi kan tidak mempunyai nilai jual hasil. Adanya festival ini kan otomatis nanti buah-buah lokal ini bisa mempunyai nilai jual," ungkapnya.

Dampak adanya Festival Rujak yang digelar di Hargobinangun disebut Amin langsung memantik semangat masyarakat. Warga yang sebelumnya tidak membudi dayakan buah-buahan, pasca festival ini bersemangat untuk menanam buah-buahan. Amin mencatat di Hargobinangun ada sejumlah tanaman buah yang ditanam, di antaranya salak lokal, pakel lokal hingga jambu-jambuan.

“Salah satunya pakel sudah sangat jarang yang memiliki. Makanya dengan festival aneka rujak, bisa mengangkat potensi buah-buahan lokal,” katanya.

Upaya untuk mendorong eksistensi warisan budaya rujak ini bakal dilakukan kalurahan dengan mengenalkannya pada wisatawan. "Warga masyarakat yang saat ini berjualan rujak nanti bisa kenalkan wisatawan yang berkunjung ke tempat kami," ujarnya.

Setelah adanya festival ini, Kalurahan Hargobinangun, lanjut Amin akan memetakan terlebih dahulu para warga yang benar-benar berminat untuk menjajakan rusak.

Nantinya para pedagang ini akan diajarkan bagaimana pengemasan rujak yang baik, sehingga bisa dibawa wisatawan keluar daerah tak hanya bisa dinikmati di tempat.

"Saat ini sebenarnya sudah ada beberapa warga yang berjualan rujak, tapi masih ala kadarnya belum dikelola. Karena di tempat kita kawasan wisata kita coba mengenalkan dengan kemasan yang lebih bagus," katanya.

Agar juga bisa dikenal semua kalangan termasuk anak-anak, Amin berencana mengenalkan rujak ini di berbagai agenda kalurahan.

"Mungkin nanti akan kami kenalkan dulu dalam agenda-agenda yang diselenggarakan kalurahan. Mungkin nanti kami adakan lomba level RT dan sebagainya yang mungkin akan lebih menggugah semangat warga," katanya.

Menurut dia, Festival Aneka Rujak baru pertama kali digelar. Diharapkan pelaksanaan bisa dilakukan secara rutin serta melibatkan seperti Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UKM hingga instansi lainnya.

“Tentunya dengan kegiatan ini menjadi motivasi untuk pelestarian serta bisa mengangkat potensi buah lokal di masyarakat,” katanya.

Amin menambahkan, ada komitmen dari Pemerintah Kalurahan Hargobinangun untuk berperan dalam upaya pelestarian terhadap buah-buahan lokal. Salah satunya dengan menggelar kegiatan yang membuat sebuah produk yang bersumber dari potensi lokal.

“Tentunya juga ada upaya edukasi ke Masyarakat berkaitan dengan warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan seperti hasil olahan makanan dan minuman,” katanya. (***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Didukung Koalisi Besar, RK-Suswono targetkan Menang Satu Putaran di Pilgub Jakarta

News
| Senin, 16 September 2024, 22:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Jogja Masih Jadi Magnet Wisatawan

Wisata
| Minggu, 08 September 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement