Advertisement

Pakar Mitigasi Bencana Beri Strategi Hadapi Potensi Bencana Kekeringan

Catur Dwi Janati
Jum'at, 20 September 2024 - 20:47 WIB
Maya Herawati
Pakar Mitigasi Bencana Beri Strategi Hadapi Potensi Bencana Kekeringan Ilustrasi kekeringan - Foto dibuat oleh AI - StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pakar Mitigasi Bencana Fakultas Geografi UGM, Djati Mardiatno mengungkapkan gejala iklim yang berubah-ubah, baik di rumpun regional maupun rumpun global bisa berdampak terhadap perubahan musim di Indonesia.

Djati berpandangan di tengah-tengah musim kemarau yang berlangsung mulai Mei sampai Oktober ini, gejala el nino kemungkinan tidak terlalu parah. "Tingkat keparahannya itu tidak seperti yang diprediksikan sebelumnya," kata Djati, Jumat (20/9/2024).

Advertisement

Perubahan iklim yang dinamis lanjut Djati disebabkan oleh kondisi geografi dan hidrogeologi Indonesia yang beragam. Hal ini dinilai Djati menyebabkan beberapa tempat mengalami kekeringan, sedangkan tempat lain belum dapat dikategorikan sebagai bencana kekeringan.

Untuk menilai potensi kekeringan suatu daerah, terlebih dahulu harus melihat tipe dan zona iklim regional, material penyusun geologis, serta sistem alam yang terdapat di suatu daerah tersebut. Selain itu, perubahan iklim ini juga mempengaruhi curah hujan yang turun di beberapa daerah di Indonesia.

Perkiraan iklim sebelumnya menyatakan bahwa puncak musim kemarau akan berlangsung pada bulan Agustus hingga September.

Menurut Djati bulan September akan menjadi waktu di mana sumber mata air cenderung menjadi asat. Kendati demikian adanya perubahan iklim tidak menutup kemungkinan adanya turun hujan di bulan Agustus-September, meskipun sedikit.

Sektor pertanian menjadi lini yang kemungkinan dirugikan dari perubahan iklim. Tanpa pengairan yang cukup, tanaman tidak akan bisa tumbuh dan sawah akan mengering.

Hal ini akan berimbas pada kelangkaan stok bahan pangan dan kenaikan harga sembako. "Kemarau panjang itu tidak terlalu ekstrim sehingga kemungkinan gagal panen itu rendah," katanya.

BACA JUGA: TikTok Disebut Mengabaikan Peran Pengguna untuk Perlindungan Data

Menghadapi situasi ini, pengairan sawah diusahakan tidak bergantung hanya kepada air hujan. Pemerintah kata Djati dapat membangun sistem irigasi yang berasal dari sungai, danau, atau embung. Apabila kondisi geologis suatu wilayah tidak terdapat sumber air alami, Djati mengatakan upaya antisipasi dapat dilakukan dengan penanaman komoditas yang tidak membutuhkan banyak air.

Cara lain menghadapi ancaman kekeringan adalah penyediaan air oleh pemerintah setempat. Misalnya di Gunungkidul, Djati mengungkapkan daerah tersebut memiliki potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan.

Secara geologis, tanah di Gunung Kidul memiliki material batan yang mudah larut. Material ini membuat air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Air disimpan di sungai-sungai bawah tanah dan gua-gua yang memiliki kedalaman mencapai 100 meter. "Itu paling dangkal saja sekitar 50 meter, jadi sungainya itu dalam sekali," katanya. 

Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghadapi kekeringan kata Djati adalah membuat sumber air buatan, seperti embung atau bendungan. Cara ini sering digunakan di daerah Nusa Tenggara Timur sebagai persiapan musim kemarau dan bencana kekeringan.

"Embung-embung itu untuk menampung air saat musim hujan, untuk kemudian bisa dimanfaatkan pada musim kemarau," tegasnya.

Di sisi lain, upaya mitigasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, Djati mengatakan jika masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan air di musim kemarau secara mandiri.

Cara yang paling mudah yakni dengan membuat sistem penampungan air hujan di tandon-tandon air. Air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan irigasi dan domestik seperti MCK dan masak apabila sudah dijernihkan.

"Tidak selalu harus menunggu dari pemerintah, sebetulnya secara mandiri masyarakat bisa dilibatkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Ingin Rumah Sakit Curangi Dana BPJS Didenda 300 Persen dari Kerugian

News
| Jum'at, 20 September 2024, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Tempat-Tempat Wisata di Vietnam yang Jadi Favorit Wisatawan

Wisata
| Kamis, 19 September 2024, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement