Advertisement
Saluran Van Der Wijck dan Mataram Dimatikan, Ribuan Hektare Lahan di Sleman Terancam Kekeringan
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman memrediksi ada 1.500 hektare lahan yang terdampak pematian aliran Selokan Van Der Wijk dan Mataram. Penghentian sementara saluran irigasi ini mulai 1 Oktober hingga 2 Desember 2024.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Siti Rochayah mengatakan penghentian operasi sementara aliran Selokan Van Der Wijck dan Mataram sudah melalui koordinasi bersama lintas sektor.
Advertisement
Meski demikian, pematian tidak bersamaan karena Selokan Van Der Wijck dimatikan terlebih dahulu selama satu bulan mulai 1-31 Oktober 2024. “Untuk Selokan Mataram dimatikan selama 1,5 bulan mulai 16 Oktober hingga 2 Desember 2024,” kata Siti, Selasa (1/10/2024).
Dia menjelaskan, kedua saluran irigasi merupakan akses penting di sektor pertanian di Kabupaten Sleman. Pasalnya Selokan Van Der Wijck menjadi penyokong utama sistem irigasi di wilayah Sleman Barat.
Adapun Selokan Mataram juga tak kalah penting karena menjadi penyokong area pertanian warga di sisi tengah hingga wilayah Sleman Timur. Oleh karena itu, dengan dimatikannya sementara kedua selokan akan berdampak terhadap sektor pertanian yang dilalui saluran irigasi tersebut.
Siti mencatat tak kurang ada sekitar 1.500 lahan yang terkenda dampak karena penghentian operasional sementara waktu. Rinciannya, sekitar 1.000 hektare terdampak pematian Selokan Van Der Wijck yang merupakan lahan pertanian di wilayah Kapanewon Moyudan, Minggir dan lainnya.
“Untuk yang 500 hektare merupakan lahan pertanian di sepanjang aliran Selokan Mataram mulai dari Seyegan, Godean, Gamping ke timur hingga Kalasan,” katanya.
Menurut dia, lokasi di area terdampak tetap ditanami dengan komoditas yang bervariasi mulai dari padi hingga tanaman pangan lainnya. “Tetap ada tanamannya, tapi terancam kekurangan pasokan air sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas,” katanya.
Untuk mengantisipasi masalah ini sudah ada upaya koordinasi. Pasalnya, UPT BP4 di wilayah terkait bersama dengan PPL dan kelompok tani melakukan pengaturan kebutuhan air. Selain itu, juga ada upaya pemanfaatkan air sungai untuk pemeliharaan. “Mudah-mudahan hujan yang turun bisa membantu sehingga dampaknya bisa ditekan sekecil mungkin,” katanya.
BACA JUGA: Air Irigasi Selokan Mataram Kembali Dimatikan, Pemkab Berharap Tak Mengganggu Aktivitas Warga
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Syahril mengatakan, kebijakan mematikan Saluran Van Der Wijck dan Mataram untuk pemeliharaan rutin. Terlebih lagi, sambung Syahril, di 2023, kedua saluran juga mengalami perbaikan skala besar sehingga butuh pengecekan guna memastikan tidak ada kerusakan.
“Kalau tidak ada airnya bisa dilakukan pengecekan secara menyeluruh. Jadi, saat ada kerusakan dapat langsung diperbaiki sehingga asat dioperasikan kembali berfungsi dengan normal,” katanya.
Ditambahkan dia, kebijakan mematikan sementara juga sudah melalui kajian serta persetujuan dari sejumlah pihak yang tertuang dalam berita acara. Syahril menyakini kebijakan ini tidak akan memberikan dampak karena diperkirakan saat selokan dimatikan sudah mulai turun hujan. “Mudah-mudahan semua lancar dan tidak ada kendala,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Sejumlah Kendaraan Hilang Tersapu Banjir Bandang di Sukabumi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal dan Tarif Bus Damri dari Bandara YIA ke Jogja, Parangtritis Bantul, dan Baron Gunungkidul
- Hujan Lebat Bongkahan Batu Berdiameter 2 Meter Menimpa Atap Rumah Warga di Gunungkidul
- UNISA Mulai Uji Coba Makan Bergizi ke Siswa TK Aisyiyah dan SD Muhammadiyah
- Anggota DPRD DIY Agus Sumaryanto Meninggal Dunia
- Triwulan Pertama 2025, Akses Jalan Masuk TPST Dingkikan Bantul Ditargetkan Sudah Siap
Advertisement
Advertisement