Advertisement

Saluran Van Der Wijck dan Mataram Dimatikan, Ribuan Hektare Lahan di Sleman Terancam Kekeringan

David Kurniawan
Selasa, 01 Oktober 2024 - 18:27 WIB
Arief Junianto
Saluran Van Der Wijck dan Mataram Dimatikan, Ribuan Hektare Lahan di Sleman Terancam Kekeringan Selokan Mataram Jogja - dok - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman memrediksi ada 1.500 hektare lahan yang terdampak pematian aliran Selokan Van Der Wijk dan Mataram. Penghentian sementara saluran irigasi ini mulai 1 Oktober hingga 2 Desember 2024.

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Siti Rochayah mengatakan penghentian operasi sementara aliran Selokan Van Der Wijck dan Mataram sudah melalui koordinasi bersama lintas sektor.

Advertisement

Meski demikian, pematian tidak bersamaan karena Selokan Van Der Wijck dimatikan terlebih dahulu selama satu bulan mulai 1-31 Oktober 2024. “Untuk Selokan Mataram dimatikan selama 1,5 bulan mulai 16 Oktober hingga 2 Desember 2024,” kata Siti, Selasa (1/10/2024).

Dia menjelaskan, kedua saluran irigasi merupakan akses penting di sektor pertanian di Kabupaten Sleman. Pasalnya Selokan Van Der Wijck menjadi penyokong utama sistem irigasi di wilayah Sleman Barat.

Adapun Selokan Mataram juga tak kalah penting karena menjadi penyokong area pertanian warga di sisi tengah hingga wilayah Sleman Timur. Oleh karena itu, dengan dimatikannya sementara kedua selokan akan berdampak terhadap sektor pertanian yang dilalui saluran irigasi tersebut.

Siti mencatat tak kurang ada sekitar 1.500 lahan yang terkenda dampak karena penghentian operasional sementara waktu. Rinciannya, sekitar 1.000 hektare terdampak pematian Selokan Van Der Wijck yang merupakan lahan pertanian di wilayah Kapanewon Moyudan, Minggir dan lainnya.

“Untuk yang 500 hektare merupakan lahan pertanian di sepanjang aliran Selokan Mataram mulai dari Seyegan, Godean, Gamping ke timur hingga Kalasan,” katanya.

Menurut dia, lokasi di area terdampak tetap ditanami dengan komoditas yang bervariasi mulai dari padi hingga tanaman pangan lainnya. “Tetap ada tanamannya, tapi terancam kekurangan pasokan air sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas,” katanya.

Untuk mengantisipasi masalah ini sudah ada upaya koordinasi. Pasalnya, UPT BP4 di wilayah terkait bersama dengan PPL dan kelompok tani melakukan pengaturan kebutuhan air. Selain itu, juga ada upaya pemanfaatkan air sungai untuk pemeliharaan. “Mudah-mudahan hujan yang turun bisa membantu sehingga dampaknya bisa ditekan sekecil mungkin,” katanya.

BACA JUGA: Air Irigasi Selokan Mataram Kembali Dimatikan, Pemkab Berharap Tak Mengganggu Aktivitas Warga

Pelaksana Tugas Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Syahril mengatakan, kebijakan mematikan Saluran Van Der Wijck dan Mataram untuk pemeliharaan rutin. Terlebih lagi, sambung Syahril, di 2023, kedua saluran juga mengalami perbaikan skala besar sehingga butuh pengecekan guna memastikan tidak ada kerusakan.

“Kalau tidak ada airnya bisa dilakukan pengecekan secara menyeluruh. Jadi, saat ada kerusakan dapat langsung diperbaiki sehingga asat dioperasikan kembali berfungsi dengan normal,” katanya.

Ditambahkan dia, kebijakan mematikan sementara juga sudah melalui kajian serta persetujuan dari sejumlah pihak yang tertuang dalam berita acara. Syahril menyakini kebijakan ini tidak akan memberikan dampak karena diperkirakan saat selokan dimatikan sudah mulai turun hujan. “Mudah-mudahan semua lancar dan tidak ada kendala,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Debat Perdana Pilkada Jakarta, Rano Karno Biasa-Biasa Saja

News
| Selasa, 01 Oktober 2024, 21:07 WIB

Advertisement

alt

Menyusuri Assos, Permata di Aegean Utara Turki

Wisata
| Sabtu, 28 September 2024, 01:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement