Advertisement
Kejar Target Luas Tanam, Ini yang Dilakukan DKPP Bantul

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul mencatat hampir seluruh kapanewon mulai menanam padi pada masa tanam (MT) terakhir tahun ini. Langkah ini diharapkan mampu mengejar target luas tanam tahun 2024.
Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo mencatat pertanian padi mulai dilakukan pada 2 ribu hektare lahan di Bantul pada September-Oktober 2024. Joko berujar dengan luas tanam tersebut, pihaknya optimis dapat mengejar target luas tanam yang telah ditetapkan mencapai 3 ribu hektare.
Advertisement
BACA JUGA: Dukung Ketahanan Pangan, Harda Kiswaya Kunjungi Lahan Pertanian di Dero Wetan Pakem
Joko menjelaskan kondisi debit air sungai di Bantul mulai menurun. Kondisi tersebut menurutnya berpengaruh pada produktivitas pertanian. "Ini jelas berpengaruh pada luasan tanam, seharusnya sudah tanam tetapi belum tanam. Ini berpengaruh pada luasan tanam di akhir tahun," kata Joko, Selasa (8/10/2024).
Joko memaparkan petani memanfaatkan pompa mekanik untuk menyedot air sungai. Dari situ, air dialirkan ke lahan-lahan pertanian. Menurut Joko apabila kondisi ini terus berlanjut, maka akan membuat pertumbuhan padi tidak optimal.
"Kebutuhan air cukup besar, debit air terbatas, otomatis akan mempengaruhi pertumbuhannya [padi]," papar Joko.
Joko mengklaim ini seluruh kelompok tani (Poktan) di Bantul telah memiliki pompa air. Pompa tersebut, dapat dimanfaatkan Poktan untuk mengairi lahan persawahan selama musim kemarau.
Joko menjelaskan saat ini penanaman padi tengah dilakukan secara merata hampir di seluruh kapanewon di Bantul. Di sana petani mengoptimalkan pengairan dengan pompa air. Menurut Joko, sejauh ini belum ada petani yang melaporkan mengalami kekeringan selama masa tanam ini.
"Kita tidak ada [lahan sawah kekeringan di masa tanam ini], karena masih ada sedikit air. Air masih sedikit, tetapi belum bisa mencukupi [untuk penanaman] maksimal," katanya.
Saat ini, menurut Joko hanya kapanewon Imogiri yang belum melakukan penanaman lantaran disana menggunakan lahan sawah tadah hujan. Lahan sawah di sana masih mempersiapkan pembibitan.
Dia memastikan ketersediaan beras di Bantul masih mencukupi untuk konsumsi dalam daerah. “Beras tidak masalah, karena kepemilikan luas lahan sawah di Bantul hanya kecil, petani tidak menjual gabah waktu panen, hanya untuk kebutuhan konsumsi sendiri. Kalau butuh digilingke,” ujarnya.
Sementara Lurah Selopamioro, Imogiri, Sugeng menuturkan 80% dari total 2.275 hektare lahan sawah di wilayahnya merupakan lahan sawah tadah hujan. Sambil menunggu musim hujan tiba, petani telah mempersiapkan penanaman padi.
“Di Selopamioro banyak petani tadah hujan, dan sudah mempersiapkan tanaman padi satu tahun sekali. Ini di 18 padukuhan [sawah tadah hujan],” ujarnya.
Sugeng menjelaskan wilayahnya konturnya berbukit-bukit, maka setiap tahun di sana ajek mengalami kekeringan. Karena itu, petani telah mempersiapkan diri seperti tahun tahun sebelumnya. (Stefani Yulindriani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR RI Setujui Revisi RAPBN 2026, Belanja Negara Rp3.842,7 Trilun
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Nelayan Kulonprogo Jarang Melaut karena Angin dan Ombak Tinggi
- Kuota Sampah Kota Jogja di TPA Piyungan Tersisa 2.400 Ton
- Sampah dari Jogja Dibuang ke TPST Piyungan, Sultan: Sampai Akhir 2025
- Pemkot Jogja Tingkatkan Kesehatan Masyarakat melalui Perbaikan RTLH
- Catat Rangkaian Kegiatan Menarik Selama HUT ke-74 Pemkab Kulonprogo
Advertisement
Advertisement