Advertisement

Promo November

Fenomena Musiman Ulat Jati, Dispar Gunungkidul Mengaku Aman dan Tak Mengganggu Kawasan Wisata

Andreas Yuda Pramono
Selasa, 19 November 2024 - 17:22 WIB
Andreas Yuda Pramono
Fenomena Musiman Ulat Jati, Dispar Gunungkidul Mengaku Aman dan Tak Mengganggu Kawasan Wisata

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Gunungkidul mengimbau agar masyarakat, utamanya wisatawan tetap tenang menindaklanjuti fenomena ulat jati yang saat ini sedang marak.

Advertisement

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dispar Gunungkidul, Supriyanta mengatakan ulat-ulat yang muncul di sejumlah wilayah utamanya di kawasan hutan jati merupakan fenomena musiman. Ulat ini tidak berbahaya. Bahkan sejumlah warga memburu ulat ini untuk diolah menjadi makanan.

Meski begitu, dia tidak menampik bahwa kontak langsung dengan ulat tersebut berpotensi menimbulkan iritasi kulit. Tidak semua orang dapat mengalami iritasi.

Apabila wisatawan ragu pergi ke kawasan wisata akibat takut mengalami iritasi, wisatawan dapat mengenakan pakaian lebih tertutup seperti berlengan panjang, celana panjang, dan sepatu tertutup.

“Kalau memang ketemu ulat itu kami imbau agar tetap membiarkannya begitu saja, tidak perlu menyentuh,” kata Supriyanta dihubungi, Selasa (19/11).

Selain menggunakan pakaian lebih tertutup, Supriyanta menyarankan agar wisatawan yang merasa memiliki kulit sensitif dapat membawa salep anti alergi atau antihistamin. Petugas wisata pun akan memberi panduan dan informasi situasi kawasan wisata.

Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta, Sabam Benedictus Silalahi mengaku ulat jati tidak berhaya dan tidak dapat menyebabkan iritasi kulit. Ulat yang berprotein tinggi itu saat ini marak muncuk di pohon-pohon jati.

Dia menjelaskan ulat ini muncul untuk memakan daun muda Pohon Jati. Adapun kawasan hutan jati di Gunungkidul yang dikelola Balai KPH mencapai 13.500 hektar (ha).

“Kawasan hutan yang dikelola KPH memang ada kemitraan dengan warga sekitar. Kami memang peruntukkan ke warga juga. Ada tanaman semusim yang mereka kelola dalam kawasan,” kata Benedictus.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polisi Sebut Lab Narkoba Hasis dan Happy Five di Bali Mampu Raup Rp1,5 Triliun dalam 3 Bulan

News
| Selasa, 19 November 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement