DPKP DIY Siapkan Bantuan Benih Padi untuk Petani yang Sawahnya Terendam Banjir
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA–Hujan deras yang mengguyur wilayah DIY beberapa hari terakhir mengakibatkan sejumlah daerah terendam banjir, termasuk lahan pertanian. Dinas Pertanian dan Pangan (DPKP) DIY menyiapkan bantuan benih padi untuk para petani yang terdampak.
Kepala DPKP DIY, Syam Arjayanti menyampaikan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi lahan pertanian yang terendam banjir, terutama di wilayah Bantul. Luas area persawahan yang terdampak diperkirakan mencapai 140 hektare.
Advertisement
“Tanaman padi yang terendam rata-rata baru berusia dua minggu. Melihat kondisi ini, kami segera mengupayakan bantuan benih padi untuk para petani,” ujar Syam, Selasa (17/12/2024).
Lokasi persawahan yang terdampak paling parah terpusat di wilayah Poncosari dan Srandakan, Bantul. Jenis benih padi yang akan diberikan adalah varietas Inpari 32, yang dinilai cocok untuk kondisi tanah dan iklim di wilayah tersebut.
“Benih-benih ini akan kami salurkan melalui gabungan kelompok tani (gapoktan) agar pendistribusiannya lebih efektif dan tepat sasaran,” kata Syam.
BACA JUGA: ITF Bawuran Beroperasi Februari 2025, Ini Tanggapan Bupati dan Ketua DPRD Bantul
Bantuan benih padi dari DPKP DIY diharapkan dapat membantu para petani untuk segera melakukan penanaman ulang dan meminimalisir kerugian akibat banjir. Selain itu, langkah ini juga merupakan bentuk dukungan pemerintah daerah dalam upaya pemulihan sektor pertanian di wilayah yang terdampak bencana.
Lebih lanjut, Syam juga mengimbau kepada para petani untuk tetap waspada terhadap potensi bencana alam lainnya dan selalu memperhatikan informasi prakiraan cuaca. “Kami berharap dengan adanya bantuan ini, para petani dapat segera bangkit dan kembali produktif,” katanya,
Di sisi lain Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi terjadinya eskalasi cuaca ekstrem pada 16-23 Desember mendatang di Wilayah Jawa Tengah dan DIY.
"Terdapat beberapa fenomena yang terjadi bersamaan dan menyebabkan eskalasi cuaca ekstrem, mulai dari masuknya Monsun Asia yang membawa uap-uap air dan menurunkan hujan yang nyaris terjadi di puncak musim hujan," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dilansir dari laman BMKG.
Kemudian, diperparah dengan pengaruh dari Samudera Pasifik yang semakin mendingin karena wilayah perairan yang semakin menghangat sehingga terjadi peningkatan curah hujan yang diprediksi naik hingga 20% atau biasanya disebut fenomena La Nina lemah.
Selain itu, ada pula dinamika atmosfer lain yang mempengaruhi eskalasi cuaca ekstrem seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), aktifnya beberapa gelombang atmosfer di antaranya Equatorial Rossby dan Low Frekuensi, serta adanya daerah pertemuan angin (Konvergensi) serta labilitas lokal yang cukup kuat.
Masih aktifnya sirkulasi bibit siklon 93S juga perlu diwaspadai di wilayah Jawa Tengah dan DIY yaitu berupa peningkatan ketinggian gelombang di wilayah Perairan Selatan Jawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kantor Bank Indonesia Digeledah KPK Terkait dengan Korupsi Dana CSR
Advertisement
Waterboom Jogja Rayakan Ulang Tahun ke-9, Ada Wahana Baru dan Promo Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Anggaran Terbatas, Dinkes Bantul Hanya Buka Satu Pos Kesehatan di Libur Akhir Tahun ini
- Libur Natal dan Tahun Baru: Rumah Sakit dan Puskesmas DIY Buka Posko Kesehatan di Jalur Lalu Lintas 24 Jam
- Penambalan Jalan Rusak di Sleman Terkendala Hujan
- Taman Pintar Ulang Tahun ke-16 Berkomitmen Jadi Wisata Edukasi Favorit di Jogja
- Cuaca Ekstrem, BPBD Siaga Memantau Kawasan Wisata Rawan Bencana di Gunungkidul
Advertisement
Advertisement