Advertisement

Mengintip Berdayanya Perempuan Gunungkidul, Ini 3 Srikandi Senopati Perang Bumi Handayani

Andreas Yuda Pramono
Kamis, 02 Januari 2025 - 21:47 WIB
Arief Junianto
Mengintip Berdayanya Perempuan Gunungkidul, Ini 3 Srikandi Senopati Perang Bumi Handayani Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih. - Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kabupaten Gunungkidul bisa menjadi salah satu contoh wilayah di mana perempuan dapat memimpin dengan baik dan berdaya. Barangkali, Bumi Handayani bisa memperoleh penobatan sebagai kabupaten emansipasi.

“Di dunia politik itu lebih kejam daripada pemerintahan. RA Kartini bisa-bisa menangis kalau emansipasi kita gagal,” kata Endah dengan suaranya yang parau.

Advertisement

Endah mendaku dirinya sebagai Srikandi. Dalam dunia pewayangan, Srikandi merupakan Senopati Perang Pandawa di Bharatayudha. Di depan rumahnya, dia bahkan memasang sebuah patung Srikandi setinggi 5 meter.

Tekad dan ilmu perang Srikandi menginspirasi Endah, utamanya ketika dia terjun dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024 dan akhirnya keluar sebagai pemenang.

Dia bercerita panjang lebar mengenai sepak-terjangnya di dunia politik kepada Harianjogja.com. Endah lahir di Dusun Geblug, Kalurahan Kenteng, Ponjong, Gunungkidul. Persis di perbatasan DIY – Jawa Tengah.

Bapaknya adalah lurah dan ibunya petani. Eyang buyutnya juga lurah. Endah kecil rutin ngarit di sawah untuk memberi pakan ternak. “Bapaknya bapak saya juga lurah. Lurah zaman dulu itu istilahnya punya kelebihan secara spiritual, sehingga Endah kecil terbiasa melihat orang asing yang tidak kami kenal selama bertahun-tahun. Bapak saya mejang murid atau memberi teladan atau ajaran,” katanya.

Sikap kepemimpinan yang Eyang Buyut Endah dan bapaknya lakukan menurun dalam darahnya. Sikap dan keteladanan mereka menjadi bekal Endah di dunia politik. Bermodal keberanian dan keyakinan, Endah berhasil menduduki kursi Ketua DPC PDIP Gunungkidul selama dua periode.

Dengan bangga, Endah mengaku dapat menaklukkan para lelaki dan simpatisan partai dengan perawakan besar, gondrong, dan bertato. Hal ini dapat dia lakukan bukan dengan pertempuran berdarah dan saling sikut, tapi dengan menunjukkan sosok keibuannya yang berani dan kokoh.

“Saya selalu berpikir, perempuan boleh gagal menjadi seorang istri, tapi perempuan tidak boleh gagal menjadi seorang ibu,” ucapnya.

Menurut dia, seorang perempuan akan menurunkan genetiknya lebih banyak ke anak-anak mereka daripada laki-laki. Maka, perempuan perlu berdaya dan tidak tergantung pada laki-laki. Dengan begitu, tak ada lagi slogan diskriminatif yang disematkan pada perempuan, mlumah, mamah, manak, masak.

Dengan pengalaman sebagai Ketua DPRD dan Ketua DPC PDIP, Endah siap memimpin Bumi Handayani selama lima tahun ke depan.

Keberanian yang menyelamatkan. Tekad dan keberanian nyatanya harus menjadi dasar dalam memimpin, terutama apabila harus memutus sebuah perkara di persidangan.

Ketua Pengadilan Negeri Wonosari, Annisa Noviyati. (Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono)

Antigentar di Ruang Persidangan

Palu seorang hakim barangkali hanya terbuat dari kayu. Namun, mengangkat palu ini bisa jadi akan seberat mengangkat cakram beban. Annisa Noviyati masih ingat betul ketika dia memimpin persidangan pada Oktober 2023.

Saat itu, dia menjadi penentu hidup dan mati Briptu M Kharisma yang secara tidak sengaja melepaskan peluru ke leher bagian bawah hingga menembus dada bawah Aldi Aprianto, 19, di Padukuhan Wuni, Kalurahan Nglindur, Girisubo pada Minggu (14/5/2023).

“Kita tidak boleh gentar ketika memimpin persidangan yang menarik perhatian khalayak. Ketika persidangan, hati nurani tetap kita pakai,” kata Annisa Noviyati, Ketua Pengadilan Negeri (PN) Wonosari.

Maka sikap tersebut yang Annisa turunkan kepada hakim-hakim muda melalui pergantian pimpinan sidang. Tidak ada perlakukan khusus antara laki-laki dan perempuan. Mereka perlu sama-sama menguasai perkara persidangan. Profesionalitas dan integritas.

Sebagai seorang hakim perempuan, Annisa juga mengalami jalan terjal. Kesulitan utama yang Annisa hadapi masih berputar pada perannya sebagai seorang ibu di tengah masyarakat maskulin dalam budaya patriarki. “Perempuan itu kalau meninggalkan keluarga pasti sepaket dengan keluarganya. Padahal hakim itu penempatannya pindah-pindah,” katanya.

Dia bercerita bahwa seorang hakim perempuan yang mengikuti proper test sebagai syarat menduduki jabatan struktural di Pengadilan Negeri (PN) besar kemungkinan mengundurkan diri dengan mempertimbangkan anak yang masih kecil dan penempatan pekerjaan suami.

Proper test ini bukan kemauan sendiri, namun permintaan dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung. Artinya, seorang hakim dianggap layak dan siap memimpin.

Hal tersebut sempat dialami Annisa. Anak dan suaminya sempat ikut Annisa ketika harus bertugas di Pengadilan Negeri Sekayu, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Beruntung, suami Annisa bukan Aparatur Sipil Negara (ASN), sehingga mudah dan fleksibel apabila harus pindah-pindah tempat tinggal.

Tidak jauh beda dengan Endah, Annisa mengaku sisi seorang ibu kadang keluar mengambil alih dasar tindakannya. Meski tidak secerewet tokoh Bu Tejo dalam Film Tilik, tapi Annisa merasa lebih cerewet apabila menyinggung relasi antarangggota PN Wonosari. “Setiap Jumat pagi kami kan gerak jalan. Saya absen satu-satu. Kalau laki-laki mungkin tidak setelaten itu. Perempuan lebih cerewet, tapi cerewetnya lebih ke biar lebih dekat dan guyub,” ucapnya.

Ternyata bukan Annisa saja yang merasa hidup di tengah masyarakat maskulin. Dia bercerita Ikatan Hakim Perempuan Indonesia sempat menggelar seminar dengan mengundang hakim perempuan dari negara lain seperti Filipina. “Hakim perempuan lain juga sama, faktor keluarga dan suami menjadi salah satu pilihan sulit dalam keputusan-keputusan dalam karier,” lanjutnya.

Berdaya sejak dalam pikiran. Begitu kira-kira slogan yang Asih Nuryanti terapkan sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gunungkidul. “Pekerjaan rumah bukan lagi tugas perempuan. Apa yang terjadi di rumah, itu tanggung jawab bersama. Konsep saya dalam menjalankan rumah tangga begitu,” kata Asih.

Ada satu kelebihan yang dapat berguna dalam memimpin penyelenggaraan Pemilu sebagai orang perempuan. Perempuan lebih terorganisir, meski tidak serta-merta dapat mengatakan sebaliknya untuk laki-laki.

Perempuan terbiasa mengelola banyak persoalan, pikirannya terbagi-bagi, utamanya dalam urusan rumah tangga. Pekerjaan tuntas tidak hanya di permukaan, namun ke akarnya. Perempuan lebih teliti dan telaten.

“Di Gunungkidul juga tidak begitu patriarkis masyarakatnya. Saya berkoordinasi dengan pimpinan lembaga yang laki-laki, penerimaan mereka juga sudah biasa saja, tidak ada perbedaan,” katanya.

Ketua DPRD Gunungkidul, Endang Sri Sumiyartini. (Harian Jogja/Andreas Yuda Pramono)

Filosofi Momong

Ikhtiar. Sata kata ini merangkum perjalanan Endang Sri Sumiyartini yang memulai perjalanannya sebagai seorang pemimpin perempuan mulai dari Lurah hingga Ketua DPRD 2024-2029. “Sulit dan tidak sulit tergantung niat. Bismillah untuk menuju alhamdullilah. Pemimpin itu jadi panutan dan penuntun. Landasannya ibadah,” kata Endang.

Endang menjadi Lurah Karangasem, Paliyan selama dua periode sejak 2003. Selesai pada 2013, setahun setelahnya Endang meraih kursi di DPRD Gunungkidul. Dia masih menjadi anggota. Bukan ketua, bukan pula wakil ketua.

Selain ikhtiar, ada satu kata yang juga dia hidupi, yaitu momong. Momong atau mengasuh begitu lekat dengan sosok ibu. Maka momong menjadi salah satu kunci bagi Endang dalam mengarahkan anggota Dewan guna mengawal dan menyusun peraturan daerah bersama eksekutif.

Selain Endah, Annisa, Asih, dan Endang, masih ada Ary Murtini yang kini menjabat Kepala Kepolisian Resor Gunungkidul. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari juga dijabat perempuan, Diah Prasetyorini.

Meminjam pernyataan Endah, genetik seorang ibu akan menurun ke anaknya. Kabupaten Gunungkidul mungkin bisa diibaratkan seorang anak. Maka kepribadian dan karakter anak akan sangat ditentukan oleh mereka, melalui kepemimpinan dan keteladanan yang mereka berikan. Sang Srikandi Gunungkidul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri PU: Irigasi Metode Hemat Air Akan Diterapkan Seluruh Indonesia

News
| Minggu, 05 Januari 2025, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul

Wisata
| Kamis, 02 Januari 2025, 15:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement