Advertisement
Populasi Nyamuk ber-Wolbachia Disebut Efektif Menekan Jumlah Kasus DBD di Kota Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Populasi nyamuk ber-Wolbachia masih efektif membantu menekan persebaran kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Jogja.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Jogja Endang Sri Rahayu yang dihubungi di Jogja, Senin, mengatakan populasi nyamuk dengan bakteri Wolbachia di Kota Gudeg masih bertahan di angka 86 - 87 persen berdasarkan hasil survei akhir 2024.
Advertisement
"Insyaallah masih efektif. Terakhir populasi nyamuk yang ber-Wolbachia masih kisaran 86 - 87 persen," ujar dia, Senian (14/4/2025).
Ia menjelaskan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia berfungsi menekan kemampuan virus dengue berkembang biak dalam tubuh nyamuk. Dengan begitu, potensi penularan ke manusia dapat ditekan.
Namun demikian, Endang mengingatkan upaya utama pengendalian DBD di Kota Jogja tetap digencarkan bersama masyarakat lewat gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
"Itu yang paling efektif dan efisien. Yang lain-lain seperti nyamuk ber-Wolbachia, larvasida, dan 'fogging' (pengasapan) itu sifatnya hanya mendukung," ujarnya.
BACA JUGA: Tiga Polisi Diduga Melakukan Pungli kepada Tahanan di Polda Jateng
Menurut Endang, dinkes melalui puskesmas terus mengedukasi masyarakat agar konsisten menjalankan PSN, terutama memasuki masa pancaroba yang dinilai masih menyisakan kelembaban tinggi dan berpotensi mendukung perkembangan nyamuk.
"Musim hujan memang puncaknya peningkatan populasi nyamuk, tapi masa pancaroba ini tetap harus diwaspadai karena pengaruh musim hujannya masih ada," imbuhnya.
Untuk mendukung deteksi dini DBD, Dinkes Kota Jogja juga menyediakan alat tes spesifik (NS1) DBD secara gratis di seluruh puskesmas di kota ini.
"Itu semacam cek darah. Untuk yang bergejala panas, dicek dengan NS1 apakah panasnya karena terinfeksi DBD atau bukan," jelas Endang.
Dari data Dinkes, kasus DBD di Kota Jogja tercatat sebanyak 127 kasus. Angka tersebut menurun dari bulan ke bulan, yakni 57 kasus pada Januari 2025, 48 kasus pada Februari, dan 22 kasus pada Maret. "Hingga pertengahan April belum ada laporan kasus masuk," kata dia.
Secara rinci, Kelurahan Kricak mencatat jumlah kasus tertinggi dengan sembilan kasus, disusul Wirobrajan dan Gedongkiwo masing-masing tujuh kasus, serta Kelurahan Suryatmajan dan Tegalrejo masing-masing lima kasus.
Menurut dia, sebaran kasus terjadi hampir merata di seluruh wilayah, dengan sebagian besar kelurahan mencatat rata-rata tiga kasus.
Pemerintah Kota Jogja mencatat jumlah kasus DBD terendah sepanjang sejarah pada 2023 yakni hanya 67 kasus setelah penerapan teknologi nyamuk ber-Wolbachia yang dimulai sejak 2016. Efektivitas teknologi tersebut telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Jogja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Waspadai Penipuan Arisan Online Ilegal, Begini Modus dan Ciri-cirinya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kapolresta Sleman Tegaskan Tak Ada Keterlibatan Polisi Dalam Penggantian Plat Nomor BMW yang Tabrak Mahasiswa FH UGM
- Januari-Mei 2025 Ada 22 Kejadian Kebakaran di Kota Jogja, Paling Banyak Karena Korsleting Listrik
- Tujuh Sekolah di Bantul Dipasangi Marka Zona Selamat Sekolah
- Nilai Produksi Ikan di Sleman Caturwulan I 2025 Menyentuh Rp603 Miliar
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini Sabtu 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Palur hingga Stasiun Tugu Jogja
Advertisement