Advertisement
Anggaran Cekak, Revitalisasi Telaga di Gunungkidul Belum Bisa Dijalankan

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kondisi ratusan telaga di Gunungkidul memprihatinkan dikarenakan mengalami pendangkalan akut. Meski demikian, pemkab belum bisa melakukan revitalisasi dikarenakan keterbatasan anggaran yang dimiliki.
Data Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul mencatat ada 359 telaga yang tersebar di Bumi Handayani. Meski demikian, ratusan telaga mengalami pendangkalan sehingga tidak berfungsi dengan baik.
Advertisement
Adapun yang masih berfungsi dengan baik, alias tidak mengering selama musim kemarau hanya ada 20 telaga. Kepala Bidang Sumber Daya Air, DPUPRKP Gunungkidul, Sigit Swastono mengatakan, ada ratusan telaga yang perlu diperbaiki karena masalah sedimentasi yang aku.
Hanya saja, ia mengakui, proses revitalisasi atau pemeliharaan tidak berjalan dengan baik karena masalah anggaran. Ia mencontohkan, di tahun ini ada banyak kegiatan yang terpaksa ditunda karena program efisiensi anggaran dari Pemerintah Pusat.
“Anggarannya terbatas sehingga proses perbaikan belum bisa dilakukan,” kata Sigit, Kamis (1/5/2025).
Menurut dia, perbaikan telaga terakhir dilaksanakan di 2023 berlokasi di Telaga Pudak di Kalurahan Giriwungu, Panggang. “Untuk selanjutnya belum ada telaga yang diperbaiki lagi,” katanya.
BACA JUGA: Musrenbang RPJMD Gunungkidul Fokus pada Penguatan Sektor Unggulan hingga Pemberdayaan
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, sudah mendapatkan laporan berkaitan dengan kondisi di Bumi Handayani. Ia mencatat ada ratusan telaga yang tak berfungsi dengan baik, karena dari catatan DPUPRKP hanya ada 20 telaga yang masih berfungsi saat kemarau.
“Lainnya pada mengering semua,” katanya.
Disinggung mengenai revitalisasi telaga, Bupati menekankan untuk tidak asal-asalan. Pasalnya, didalam merevitalisasi telaga harus dilaksanakan kajian dan riset yang mendalam.
“Harus ada riset dan teori bagaimana menahan air agar tidak habis, ini juga bisa dilakukan oleh Badan Riset. Apakah harus diperbaiki menggunakan geo membran atau ada teknologi lain yang bisa efektif agar telaga berfungsi dengan baik,” kata dia.
Menurut dia, sudah ada upaya pelestarian dengan model kearifan lokal. Sebagai contoh di Kalurahan Kepek, Saptosari melakukan kegiatan Edrek melibatkan ratusan warga untuk menangkap ikan di Telaga Dondong yang mengering.
Harapannya dengan adanya injakan-injakan dari aktivitas penangkapan dapat menutup pori-pori tanah sehingga tidak mengering. “Hal sama dilakukan di Telaga Ploso di Kalurahan Giritirto dengan tradisi Ngguyang Sapi di telaga, diharapkan dapat membantu dalam pelestarian. Tapi, kami tetap berkomitmen untuk revitalisasi, namun harus melalui kajian terlebih dahulu,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Dukono Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Letusan Tercatat 1,1 Km
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Sempat Alami Darurat Sampah, Kampung Suryoputran Jogja Sukses Olah Sampah Nyaris 1 Ton Per Bulan
- Ubah Sampah Menjadi Energi Alternatif, Solusi Bangun Indonesia dan dan Got Bag Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Pantai Teluk Awur Jepara
- Bamuskal hingga Panewu Akan Dilibatkan Tahapan Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah di Bantul
- DPRD DIY Apresiasi Realisasi APBD 2024, Dorong Optimalisasi Aset untuk Tambah PAD
- Porda XVII DIY 2025: Sleman Mulai Siapkan OPD Pendamping Cabor Demi Membidik Juara Umum
Advertisement
Advertisement