Advertisement

Kemarau Basah, Harga Jual Melon Pesisir Kulonprogo Anjlok, Petani Merugi

Khairul Ma'arif
Selasa, 10 Juni 2025 - 19:27 WIB
Ujang Hasanudin
Kemarau Basah, Harga Jual Melon Pesisir Kulonprogo Anjlok, Petani Merugi Petani Melon - Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO - Nasib kurang mengenakan dialami para kalangan petani di pesisir Kabupaten Kulonprogo. Pasalnya, mengalami kerugian jutaan rupiah akibat hasil panen yang tidak laku ke pasaran. Penyebab utamanya karena adanya kemarau basah sehingga melon dan semangka tidak menarik minat di pasaran.

Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo menganggap kondisi ini bukan berarti gagal panen. Meskipun, serapan hasil pertanian di bagian pesisir yang mayoritas tanaman melon dan semangka ada juga yang juga terkena penyakit.

Advertisement

Ketua Tim Kerja Pengawas Mutu Hasil Pertanian DPP Kulonprogo, Udiarto Iswaluyo menjelaskan, petani melon dan semangka di pesisir tersebut meliputi Kapanewon Galur, Panjatan, Wates, dan Temon. Luasan lahan pertanian melon dan semangka di pesisir empat kapanewon tersebut sekitar 35 hektare. "Bukan gagal panen, karena hujan terus-menerus harganya anjlok," katanya, Selasa (10/6/2025).

Dia mengungkapkan, ketika cuaca hujan melon dan semangka tidak diminati konsumen.

Sebab karena kondisi udara yang dingin sehingga hasil petani melon dan semangka di pesisir Kulonprogo tidak ada yang dibawa ke pasar karena minatnya minim. Efek dominonya penebas buah enggan menebusnya meskipun sudah memberikan DP ke petani karena takut rugi lebih banyak.

"Harga tebasan hanya 20 persen sampai 50 persen dari modal yang dikeluarkan petani. Akhirnya banyak yang tidak dipanen petani dibiarkan lepas dari tangkainya karena kena hujan," sambungnya.

BACA JUGA: Perahu Nelayan di Pantai Glagah Karam, Tiga ABK Dapat Diselamatkan

Padahal, Udiarto mengatakan, melon dan semangka tersebut sudah terlanjur diethrel atau pemasakan buah. Menurutnya, risiko seperti ini biasa terjadi ketika hujan terus-menerus. Petani sudah jelas merugi sehingga banyak tani yang akhirnya tidak diobati sampai terkena penyakit.

"Jadi seolah-olah kesannya gagal panen, padahal bukan," ucapnya. Udiarto tidak membantah, akibat kejadian ini para petani melon dan semangka alami kerugian mencapai jutaan rupiah. Pasalnya, dari luasan lahan yang ditanami hanya 80 persen saja yang bisa dijual. Itu pun harganya tidak utuh hanya 40 persen dari nilai jual normal.

"Modal petani Rp10 juta panen lakunya hanya Rp4 jutaan sampai nilai maksimalnya mentok Rp6 jutaan," ungkap Udiarto. Menurutnya, nilai kerugian itu bisa saja lebih besar. Itu lantaran harga normalnya ketika penebas membeli 400-500 tanaman minimal membayar Rp5 juta ke petani. Besaran harga tersebut modal yang dikeluarkan petani untuk menanam melon dan semangka sekitar Rp2 jutaan.

Namun, pada kemarau basah ini penebas membeli 400-500 tanaman hanya Rp1 juta-Rp1,5 juta padahal modal yang dikeluarkan Rp2 jutaan.

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi dan Perlindungan Tanaman Pangan DPP Kulonprogo, Juliwati menambahkan, kondisi tersebut bukan gagal panen. Melainkan memang harga jualnya yang murah karena ketika panen diguyur hujan selama tujuh hingga 10 hari. "Hujan terus-menerus akhir-akhir ini karena ada siklus kemarau basah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Puluhan Jemaah Haji Asal Jawa Tengah Meninggal Dunia di Tanah Suci, Dimakamkan di Sejumlah Lokasi

News
| Rabu, 11 Juni 2025, 21:02 WIB

Advertisement

alt

Destinasi Wisata Puncak Sosok Bantul Kini Dilengkapi Balkon KAI

Wisata
| Jum'at, 06 Juni 2025, 16:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement