Advertisement

13 Kapanewon di DIY Masuk Zona Rawan Tsunami Jika Terjadi Gempa Megathrust, BPBD Siapkan Mitigasi

Lugas Subarkah
Jum'at, 20 Juni 2025 - 20:37 WIB
Abdul Hamied Razak
13 Kapanewon di DIY Masuk Zona Rawan Tsunami Jika Terjadi Gempa Megathrust, BPBD Siapkan Mitigasi Ilustrasi megathrust Indonesia. - Bisnis.com

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sebanyak 13 kapanewon di kawasan pantai selatan DIY masuk zona rawan tsunami jika terjadi gempa megathrust. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY telah siapkan upaya mitigasi dan edukasi.

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, menjelaskan tercatat sebanyak 13 kapanewon masuk dalam zona rawan yang tersebar di Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo. “Untuk Kabupaten Kulonprogo meliputi empat kapanewon yakni Temon, Wates, Panjatan dan Galur,” katanya, Jumat (20/6/2025).

Advertisement

BACA JUGA: Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Wilayah Garut Hari Ini

Untuk Kabupaten Bantul ada tiga kapanewon, yakni Srandakan, Sandeng dan Kretek. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul ada enam kapanewon, meliputi Purwosari, Saptosari, Panggang, Tanjungsari, Tepus dan Girisubo.

“Berdasarkan kajian BMKG tahun 2006 lalu, skenario terburuk adalah terjadinya gempa megathrust berkekuatan 8,8 magnitudo. Gempa ini bisa memicu tsunami dengan gelombang setinggi 18 sampai 22 meter. Waktu penyelamatan diri diperkirakan hanya sekitar 38 hingga 42 menit menuju ke zona aman,” ujarnya.

Zona aman ditentukan minimal 4 Km dari garis Pantai dengan lokasi fasilitas umum seperti kalurahan, masjid, atau musala yang berada di dataran lebih tinggi. BPBD DIY bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan ekspedisi tsunami sejak 2019. Di dalamnya dilakukan sosialisasi, pemasangan papan peringatan hingga pembangunan jalur evakuasi.

“Sirene peringatan tsunami juga sudah dipasang dan terkoneksi dengan sistem deteksi dini di laut. Begitu ada sinyal dari laut, BPBD kabupaten akan menerima notifikasi dan segera membunyikan sirene untuk memperingatkan masyarakat,” paparnya.

Terdapat dua jenis titik evakuasi yang disiapkan yakni Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA). TES bisa berupa bangunan perlindungan sementara kawasan pantai, sedangkan TEA berupa fasilitas umum di wilayah perbukitan.

BPBD DIY juga melakuakn edukasi kepada masyarakat di zona merah agar memahami rute evakuasi dan prosedur saat terjadi gempa atau tsunami. “Warga tidak perlu panik, tetapi harus tahu prosedur. Ketika sirene dibunyikan, mereka tahu harus ke mana. Semua jalur evakuasi sudah dipasang di kelurahan-kelurahan di sepanjang pantai,” kata dia.

Staf Pengolah Data dan Informasi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bantul, Budianta, mengatakan sebagai upaya mitigasi, BPBD Bantul telah menggencarkan program Kalurahan Tangguh Bencana (KTB), dengan sasaran terutama semua wilayah rawan tsunami.

“Kalurahan zona merah sudah menjadi KTB dan bahkan mendapatkan pengakuan internasional. Warga sudah tahu prosedur evakuasi jika terjadi tsunami. Ini bagian dari penguatan kapasitas masyarakat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

OTK Bakar 3 Unit Bangunan Perkantoran di Puncak Jaya Papua, dari DPRD, Dinkes hingga Kemenag

News
| Jum'at, 20 Juni 2025, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Lion Air Buka Penerbangan Langsung YIA-Tarakan, Pariwisata Jogja Diproyeksikan Kian Maju

Wisata
| Jum'at, 20 Juni 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement