Advertisement

Petani Dlingo Ubah Strategi Tanam Hadapi Kemarau, Andalkan Kacang-Kacangan dan Pompa Air

Yosef Leon
Rabu, 25 Juni 2025 - 22:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Petani Dlingo Ubah Strategi Tanam Hadapi Kemarau, Andalkan Kacang-Kacangan dan Pompa Air Ilustrasi kedelai. - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL – Menghadapi musim kemarau yang diprediksi berlangsung Juli-Agustus mendatang, petani di wilayah Dlingo, Bantul mulai mengubah strategi budidaya mereka.

Salah satu petani setempat, Wasto Nurhadi, mengungkapkan bahwa banyak petani kini memilih menanam tanaman yang tahan kekeringan seperti kacang hijau, koro, tolo, hingga benguk.

Advertisement

“Teman-teman petani masih membaca situasi. Biasanya di musim tanam ketiga (MT3), kami menanam tanaman yang tahan cuaca kering. Benguk dan kacang-kacangan jadi andalan,” ujar Wasto, Rabu (25/6/2025).

BACA JUGA: Konsumsi Ikan Masyarakat Bantul Naik, Capai 32,2 Kg per Kapita di 2024

Langkah ini diambil sebagai antisipasi atas kemungkinan berkurangnya curah hujan dan sulitnya akses air di sejumlah wilayah non-irigasi. Menurut Wasto, meski ribuan pompa air telah dibagikan oleh pemerintah, manfaatnya tetap bergantung pada ketersediaan sumber air di lokasi.

“Pompa memang sudah ada, tapi percuma kalau sumber airnya tidak ada. Sumur-sumur di sini dalam, dan hanya beberapa tempat yang ada sumber air seperti Kali Oyo,” ungkapnya.

Selain memilih tanaman tahan kering, petani juga mengandalkan varietas padi berumur pendek seperti M70 untuk memaksimalkan panen sebelum kemarau semakin panjang. Di beberapa lokasi yang masih memiliki pasokan air cukup, jagung juga menjadi alternatif.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo memastikan bahwa kawasan pertanian wilayahnya secara umum aman dari ancaman kekeringan. Hal ini didukung oleh distribusi lebih dari 4.000 unit mesin pompa air sejak 2022 ke seluruh kapanewon.

“Insyaallah Bantul untuk kemarau aman, karena hanya beberapa kapanewon yang terdampak seperti Dlingo, Imogiri, sebagian Piyungan, dan Pajangan,” kata Joko.

Ia juga mendorong petani untuk memilih komoditas berumur pendek yang hemat air, khususnya pada masa tanam ketiga (MT3) yang telah dimulai Juni ini.

Meski memasuki musim kemarau, Joko optimistis panen padi tetap berlangsung normal. Bahkan, panen raya diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus 2025. “Ini kemarau basah, jadi padi tidak terlalu terdampak,” pungkasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ricuh! Penumpang Pesawat Trans Nusa Jakarta-Jogja Ungkap Kekesalan Seusai Menunggu 10 Jam Tidak Diberangkatkan

News
| Kamis, 26 Juni 2025, 03:17 WIB

Advertisement

alt

Pendaki Asal Brasil Jatuh di Gunung Rinjani Dievakuasi

Wisata
| Sabtu, 21 Juni 2025, 17:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement