Sepuluh Kalurahan di Bantul Masuk Daftar Rintisan Budaya

Harianjogja.com, BANTUL - Pemerintah Kabupaten Bantul kembali menambah daftar kalurahan yang ditetapkan sebagai Rintisan Budaya. Tahun ini, sebanyak 10 kalurahan resmi menerima Surat Keputusan (SK) penetapan pada Rabu (27/8/2025).

Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, menyampaikan rasa syukur karena program rutin tahunan ini terus berjalan.

“Hari ini kita menyerahkan Surat Keputusan penetapan Rintisan Kelurahan Budaya di Bantul, kegiatan ini kita selenggarakan setiap tahun, dan Alhamdulillah tahun ini ada 10 kelurahan yang jadi Rintisan Budaya,” ujarnya usai acara penyerahan.

Daftar penerima SK tahun ini meliputi Kalurahan Sumbermulyo Bambanglipuro, Terong Dlingo, Imogiri Imogiri, Donotirto Kretek, Tirtohargo Kretek, Karangtalun Imogiri, Bangunharjo Sewon, Potorono Banguntapan, Sumberagung Jetis, serta Triharjo Pandak.

Menurut Aris, sebelum diputuskan, seluruh kalurahan telah melalui proses verifikasi tim akreditasi dan dinyatakan layak mengembangkan potensi budaya masing-masing.

“Dan sampai sekarang ini dari 75 kelurahan di Bantul, sudah 51 kelurahan rintisan desa budaya, kita masih kurang 24 desa, karena itu melalui Dinas Kebudayaan ke depan sesuai aturan akan kita seleksi lagi, agar semuanya menjadi rintisan desa budaya,” katanya.

BACA JUGA: SPPG Mulyodadi Salurkan Makan Bergizi Gratis untuk 2.788 Siswa, Ada Surat Minta Tambahan Rokok

Aris menambahkan, setelah ditetapkan, pemerintah kalurahan bersama masyarakat diharapkan aktif menjaga dan mengembangkan tradisi serta seni yang ada.

“Dan tentu saja kita dari pemerintah selalu memberikan pendampingan-pendampingan melalui Dinas Kebudayaan, jadi intinya kita selalu memberikan pendampingan kepada seluruh kelurahan budaya,” tegasnya.

Dari daftar hari ini, Kapanewon Imogiri turut menyumbang dua nama, yaitu Kalurahan Imogiri dan Karangtalun.

Penewu Wukirsari, Slamet Sentosa, menyebut keberhasilan keduanya bukanlah hal instan.

“Bagi kami, delapan kalurahan di Imogiri itu semuanya sudah berstatus kalurahan budaya, minimal Rintisan Budaya. Saat ini tinggal satu yang belum, yaitu Kalurahan Kebunagung,” ungkapnya.

Slamet merinci, satu kalurahan di Imogiri telah menjadi Kalurahan Mandiri Budaya yakni Wukirsari, kemudian satu Kalurahan Pamor Budaya yakni Girirejo, dua Kalurahan Budaya yaitu Selopamioro dan Srimulyo, serta tiga Kalurahan Rintisan Budaya, yaitu Karangtengah, Imogiri, dan Karangtalun.

“Tinggal Kebunagung yang terus kami dorong agar bisa menyusul minimal menjadi Rintisan Kalurahan Budaya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Slamet menilai bahwa setiap kalurahan memiliki potensi berbeda. Imogiri, misalnya, dianggap strategis karena termasuk kawasan inti budaya bersama Wukirsari dan Girirejo.

Karangtalun sendiri berperan sebagai kawasan penyangga dengan kekayaan budaya lokal.

“Di Karangtalun banyak potensi budaya lokal, mulai dari tradisi, kuliner, pengobatan tradisional, permainan rakyat, hingga sastra,” tuturnya.

Meski demikian, ia tidak menampik adanya hambatan. Persoalan administrasi masih sering menjadi penghalang untuk memperoleh pengakuan resmi.

“Kami sebenarnya sudah punya potensi, tetapi untuk bisa meraih penetapan sebagai Kalurahan Budaya itu harus didukung administrasi yang lengkap. Kadang-kadang kesulitannya ada di situ,” jelasnya.

Pemerintah kabupaten, lanjut Slamet, telah berkomitmen mendukung pengembangan kalurahan budaya.

“Tentunya juga ada pembinaan yang dilakukan pemerintah kabupaten terhadap lokasi-lokasi budaya yang ada. Selain itu ada alokasi gamelan kuningan, program pendampingan, serta fasilitasi event budaya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News