Advertisement

Rencana Insinerator Sampah Batal, Pemkab Sleman Andalkan PSEL Piyungan

Andreas Yuda Pramono
Jum'at, 28 November 2025 - 21:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Rencana Insinerator Sampah Batal, Pemkab Sleman Andalkan PSEL Piyungan Foto ilustrasi Waste to Energy. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman memutuskan membatalkan rencana pengadaan insinerator yang sebelumnya akan dikerjakan bersama pihak ketiga. Langkah ini diambil setelah Pemerintah Provinsi DIY memastikan akan membangun Pengolahan Sampah Energi Listrik (PSEL) di kawasan Kapanewon Piyungan, Bantul.

Bupati Sleman Harda Kiswaya menjelaskan rencana pembangunan PSEL di tingkat provinsi sekaligus menguatkan keputusan untuk tidak melanjutkan proyek Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Moyudan.

Advertisement

“Terkait penanganan sampah, Kabupaten Sleman ikut dengan Pemerintah Provinsi DIY. Kami sudah sepakat dengan Pemda DIY. Insinerator batal dan TPST Moyudan juga tidak jadi. Kita syukuri saja,” ujar Harda seusai rapat di RR Paripurna DPRD Sleman, Kamis (27/11/2025).

Pemkab Sleman kini terus melakukan koordinasi dengan Pemda DIY bersama pemerintah kabupaten/kota lain. Salah satu yang dibahas adalah penentuan kuota pembuangan sampah residu setiap daerah.

Sleman harus menyiapkan strategi untuk menangani sampah yang tidak terkelola melalui TPST, TPS3R, maupun bank sampah, termasuk residu dari pengolahan sampah rumah tangga. Hal itu penting mengingat PSEL Piyungan diperkirakan mulai dibangun pada pertengahan 2026 dan baru beroperasi pada 2028, sementara TPA Piyungan ditutup total pada Januari 2026.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Sugeng Riyanto mengungkapkan volume sampah residu yang tercatat dari Januari hingga September 2025 mencapai 2.051 ton. Data tersebut berasal dari tiga TPST—Tamanmartani, Minggir, dan Donokerto—serta tiga depo transfer di Panasan, Kragilan, dan Lempongsari.

Mengingat penutupan TPA Piyungan tinggal hitungan bulan, Sleman harus mencari pola pengelolaan residu secara lebih mandiri, meski masyarakat sudah cukup aktif melakukan pemilahan sampah.

Empat kapanewon menjadi penyumbang terbesar timbulan sampah, yakni Depok, Ngaglik, Gamping, dan Mlati. Keempat wilayah yang berada di kawasan aglomerasi Jogja itu menghasilkan sekitar 235,99 ton sampah per hari.

Berdasarkan kajian masterplan persampahan 2023, sebagian besar sampah di Sleman berasal dari rumah tangga dengan porsi 68,67%, disusul fasilitas publik 19,16%, dan pasar 9,34%. Jenis sampah yang paling mendominasi adalah sisa makanan, mencapai 46,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Satgas Nataru Cepat Aktif, Pertamina Dinilai Lebih Sigap

Satgas Nataru Cepat Aktif, Pertamina Dinilai Lebih Sigap

News
| Jum'at, 28 November 2025, 22:07 WIB

Advertisement

Selandia Baru Bangun Wisata Alam yang Sehat dan Inklusif

Selandia Baru Bangun Wisata Alam yang Sehat dan Inklusif

Wisata
| Rabu, 26 November 2025, 16:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement