Advertisement
Syukuran Ditetapkan Sebagai WBTB, 3.025 Bakmi Ludes Disantap Warga
Proses memasak bakmi dalam festival Gunungkidul Lautan Bakmi di Taman Budaya Gunungkidul. Kamis (11/12/2025) - Harian Jogja/David Kurniawan
Advertisement
Festival Gunungkidul Lautan Bakmi sukses digelar di area parkiran Taman Budaya Gunungkidul, Kalurahan Logandeng, Playen, pada Kamis (11/12/2025). Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur atas ditetapkannya Bakmi Jawa Gunungkidul sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Kebudayaan. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, David Kurniawan.
Suasana berbeda terlihat di area parkiran Taman Budaya Gunungkidul pada Kamis sore. Belasan gerobak bakmi Jawa berjejer di bawah tenda-tenda yang dipasang secara dadakan. Tepat di depan Joglo Taman Budaya, deretan warga tampak mengantre untuk mendapatkan kupon gratis yang dipersiapkan untuk acara makan bersama. Total, sekitar 1.000 kupon dibagikan pada hari pelaksanaan tersebut.
Advertisement
Semakin larut, suasana semakin meriah. Kerlap-kerlip lampu menghiasi stan di gerobak bakmi maupun aneka kuliner yang dijajakan oleh para pedagang yang hadir. Tepat sesaat azan Isya, 15 gerobak pedagang bakmi Jawa mulai mempersiapkan menu berupa bakmi goreng dan rebus.
Di setiap gerobak bakmi, terdapat tiga orang yang meracik. Masing-masing orang memiliki tugas yang berbeda: satu orang bertugas memasak, satu rekannya meracik bumbu-bumbu dan bahan, dan satu orang lagi menata olahan bakmi ke piring-piring yang siap disajikan kepada pengunjung. Di tengah proses memasak, warga terus berdatangan ke lokasi parkiran Taman Budaya Gunungkidul.
BACA JUGA
Panitia dikerahkan untuk mengatur warga agar dapat mengantre secara tertib dalam pembagian bakmi gratis. Peserta yang hadir pun dengan tertib saling berantrean untuk bergiliran mendapatkan menu bakmi goreng maupun rebus.
Acara festival dimulai dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sejumlah sambutan. Festival secara resmi dibuka dengan demo memasak bakmi rebus yang dilakukan oleh Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih.
Usai demo memasak, ribuan peserta dipersilakan mencicipi hidangan bakmi hasil racikan para pemasak. Guna mendapatkan menu ini, peserta wajib menukarkan kupon yang telah diperoleh sebelum acara dilangsungkan. Di sela-sela pengambilan menu, suara panitia sering terdengar mengingatkan peserta untuk membawa kupon dan diminta terus tertib agar penukaran berjalan lancar.
Selain kegiatan makan bakmi bersama, acara ini juga dimeriahkan dengan pentas campursari dan Tari Tayub sebagai hiburan bagi peserta maupun undangan yang hadir.
Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Chairul Agus Mantara, mengatakan pelaksanaan Festival Gunungkidul Lautan Bakmi berlangsung sukses. Selain penyelenggaraan yang berjalan lancar, antusiasme kehadiran masyarakat juga tinggi.
Hal ini terlihat dari 2.025 porsi Bakmi Jawa yang disediakan ludes diserbu peserta. Mantara bahkan mengakui bahwa porsi yang disediakan lebih banyak dari yang direncanakan, karena hasil perhitungan menghabiskan 3.025 porsi mi goreng maupun rebus.
Jumlah menu yang disediakan lebih banyak dari yang ditargetkan sudah diprediksi sejak awal, terlihat dari proses penukaran kupon yang berlangsung sejak dua hari sebelum acara. Pada hari pertama penukaran, Selasa (9/12/2025), disediakan sebanyak 200 kupon. Hari kedua, Rabu (10/12/2025), ada 900 kupon, dan di hari-H pelaksanaan, sekitar 1.025 kupon diberikan kepada masyarakat.
“Acara selesai sekitar pukul 22.00 WIB. Warga yang hadir juga tertib untuk mengantre seporsi mi yang dipersiapkan,” kata Mantara usai pelaksanaan festival, Kamis malam.
Dia menjelaskan, 15 peracik mi berpartisipasi dalam festival ini. Mayoritas juru masak merupakan pedagang bakmi yang berasal dari Kalurahan Piyaman, Wonosari, dan Logandeng di Kapanewon Playen. “Bakmi Jawa Gunungkidul memang tersentra [terpusat] di dua kalurahan ini,” ungkapnya.
Mantara menambahkan, Bakmi Jawa Gunungkidul telah ditetapkan sebagai WBTB oleh Pemerintah Pusat karena memiliki kekhasan dan cita rasa tersendiri. Selain telah berusia lebih dari tiga generasi, proses memasaknya masih menggunakan peralatan tradisional anglo yang dibakar menggunakan arang. “Proses masaknya juga tidak banyak. Sebab, setiap porsi dimasak satu per satu. Tidak boleh dimasak berbarengan dalam sekali masakan,” katanya.
Melihat kesuksesan ini, Mantara mencetuskan ide agar festival dapat digelar setiap tahun. “Kami usulkan agar bisa digelar setiap tahun karena tidak hanya untuk pelestarian, tapi juga dalam rangka mendongkrak ekonomi di masyarakat,” katanya.
Di kesempatan ini, Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menunjukkan kebolehannya dalam memasak Bakmi Jawa. Menurutnya, Festival Gunungkidul Lautan Bakmi merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan atas penetapan kuliner ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda. “Makanya harus terus dilestarikan agar tetap eksis keberadaannya,” kata Mbak Endah, sapaan akrabnya.
Menurut Bupati, banyak kuliner yang berkembang di Gunungkidul. Selain Bakmi Jawa, ada juga Apel Contong yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya di Bumi Handayani.
Keberhasilan Bakmi Jawa Gunungkidul ditetapkan sebagai WBTB pada 2025 tidak lepas dari tradisi kuliner yang berlangsung secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Analisis Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Hadi Risma, mengatakan pihaknya terus berupaya melakukan pelestarian budaya, baik yang berwujud benda maupun tak benda.
“Makanya diselenggarakan festival mi bertajuk Gunungkidul Lautan Bakmi di Taman Budaya,” kata Hadi.
Menurutnya, keberadaan bakmi memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan Negeri China. Namun, Hadi memastikan bahwa Bakmi Jawa memiliki kekhasan tersendiri karena menggunakan bumbu kemiri yang digoreng sehingga memberikan rasa gurih dalam masakannya. “Selain bakmi rebus dan goreng, ada juga perpaduan nasi goreng dengan bakmi yang dikenal dengan Magelangan,” kata Hadi.
Berdasarkan penelusuran saat kajian pengusulan WBTB, Bakmi Jawa sudah ada sejak masa penjajahan. Lokasi sentralnya di Kalurahan Piyaman dan Logandeng. “Sudah berlangsung tiga generasi sehingga memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” katanya.
Berdasarkan cerita sejarah lisan, kata Hadi, diketahui ada warga Piyaman yang bekerja di Kota Jogja sebagai penjual mi milik orang China. Setelah mahir mengolah mi, warga tersebut membuat kreasi dengan resep yang lebih sederhana sehingga dikenal dengan Bakmi Piyaman Gunungkidul. “Hasil olahan ini tanpa kecap dan hingga sekarang dikenal Bakmi Jawa,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement





