Advertisement

Proyek Ipal Tahu-Batik di Jogja Gagal Dilelang, Ini Penyebabnya

Abdul Hamied Razak
Senin, 30 Juli 2018 - 18:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
Proyek Ipal Tahu-Batik di Jogja Gagal Dilelang, Ini Penyebabnya Ilustrasi IPAL - Harian Jogja/Rheisnayu Cyntara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Proyek pembangunan instalasi pengolahan air limbah (Ipal) untuk pelaku UKM tahu dan batik tidak dapat direalisasikan tahun ini. Proyek yang menggunakan dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp588 juta tersebut dinyatakan gagal lelang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jogja Suyana mengatakan meski dilelang beberapa kali namun tidak ada peserta yang mengajukan penawaran. Pihaknya akan melaporkan hal tersebut ke pemerintah pusat karena proyek tersebut berasal dari DAK. Laporan tersebut disampaikan juga untuk mengetahui status proyek tersebut selanjutnya. "Kami masih menunggu keputusan dari pusat terkait masalah ini," katanya, Minggu (29/7/2018).

Advertisement

Suryana mengaku belum mengetahui penyebab tidak adanya peserta yang mengajukan penawaran. Padahal Ipal yang dibangun sebanyak tiga unit, dua unit untuk Ipal batik di Kelurahan Notoprajan dan satu unit Ipal tahu di Wirobrajan. Dia menyayangkan tidak ada kontraktor yang berminat untuk mengajukan penawaran.

Anggaran pengerjaannya pun disiapkan masing-masing untuk Ipal batik sebesar Rp350 juta dan Ipal tahu Rp238 juta. Kedua proyek tersebut seharusnya dikerjakan mulai Juni hingga Agustus. “Pembangunan Ipal semacam ini bukan yang pertama. Ada beberapa yang sudah dibangun dan seluruh spesifikasinya pun tidak ada yang sulit,” katanya.

Menurut Suyana, pembangunan Ipal tersebut dinilai penting untuk memfasilitasi pelaku usaha batik dan tahu agar bisa mengolah limbah dengan baik. Alasannya, selama ini pelaku usaha batik dan tahu kategori UKM hanya mengolah limbah secara sederhana. "Limbahnya cuma diendapkan sebelum dibuang. Dibuang melalui aliran sungai di sekitarnya. Ini berpotensi mencemari sungai," ujarnya.

Limbah kimia batik yang dibuang ke sungai bisa mempengaruhi tingkat chemical oxygen demand' (COD). Begitu juga dengan pelaku usaha produksi tahu yang menghasilkan limbah organik yang akan mempengaruhi biological oxygen demand (BOD). Jika sungai tercemar, maka angka COD maupun BOD bisa tidak memenuhi baku mutu," katanya.

Oleh karenanya, lanjut Suyana dibutuhkan penanganan pengolahan limbah yang baik agar unsur kimiawi dari limbah tahu dan batik tidak mencemari lingkungan. Jika dibiarkan limbah yang dibuang ke sungai bisa mempengaruhi warna air sungai menjadi lebih keruh. "Misalnya limbah dari pewarna kimia yang dihasilkan oleh industri batik, kalau dibuang ke sungai itu bisa mencemari sungai," katanya.

Sebelumnya Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) Jogja Endang Rohjiani mengatakan menemukan limbah yang mencemari sungai di sisi selatan Jogja. Ada beberapa titik pencemaran akibat limbah dibuang ke sungai. Mulai dari limbah babi, sapi, pabrik tahu yang tidak hanya masuk aliran sungai namun juga masuk ke aliran irigasi menuju Bantul.

"Selain masalah limbah yang masih dibuang ke sungai kami menemukan beberapa titik rawat longsor dan titik sampah. Ini menjadi masalah bersama yang harus dituntaskan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Amankan Aksi Demo di Jakarta, Ribuan Personel Gabungan Polri, TNI dan Dishub Diterjunkan

News
| Jum'at, 19 April 2024, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement