Advertisement
Petani Kalasan Yakin Harga Jual Tembakau Kering Bisa Mencapai Rp50.000 Per Kg
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Petani tembakau di Kalasan, Sleman optimistis hasil penen mereka akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya karena hujan yang minim. Para pembeli dari luar Sleman mulai mendatangi petani dan bersiap bersiap membeli hasil tanam dengan harga yang bersaing.
Petani tembakau dari Dusun Dalem, Tamanmartani, Kalasan Muslih mengaku optimistis hasil penennya bisa lebih baik dibanding tahun lalu. Menurutnya, hasil panen tembakau di tahun-tahun sebelumnya anjlok.
Advertisement
Ia mengatakan di 2016, dari modal tanam 5 hektare lahan tembakau miliknya yang mencapai Rp100 juta, ia hanya bisa mendapatkan keuntungan Rp80 juta.
Menurut Muslih, di tahun ini, pada musim tanam tembakau, intensitas hujan relatif minim. "Kalau cuacanya panas seperti ini saya optimis bisa meraup untung," kata Muslih pada Selasa (18/9/2018). Ia mulai menanam dari Juli.
Sementara itu, petani lainnya dari Dusun Bulungasem, Desa Selomartani, Kalasan Suparjo mengatakan lahan 2 hektare yang ia tanami tembakau dari Juni sudah dipesan oleh pembeli dari Temanggung. Menurutnya, pembeli itu akan membeli dengan kualitas yang baik karena diperkirakan harga jual tembakau di tahun ini akan lebih baik.
"Kira-kira harga tembakau di tahun ini pada kisaran Rp40.000 sampai Rp50.000 [per kilogram ktembakau kering] lah," ujar Suparjo. Tahun lalu, menurut Suparjo harga tembakau anjlok karena kualitas panen yang jelek.
Harga di tahun lalu ada pada sekitar Rp25.000. Suparjo mengatakan, harga yang rendah membuat petani merugi dan enggan menanam tembakau. Hal tersebut terjadi sejak 2015, karena intensitas hujan yang cukup tinggi mengganggu hasil panen tembakau.
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman Edi Sri Hartanto memperkirakan panen tembakau akan banyak dimulai di September. Meski demikian dirinya tidak mematok target panen tembakau.
Ia mengatakan tren di tahun-tahun lalu, harga jual tembakau Kalasan anjlok karena intensitas hujan tinggi, dan membuat petani beralih menanam tanaman hortikultura lainnya seperti jagung dan cabai. "Harga yang tidak menentu bisa sampai mahal bahkan bisa anjlok membuat petani enggan menanam tembakau," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Kamis 25 April 2024, Tiket Rp50 Ribu
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Kamis 25 April 2024
- Jadwal dan Lokasi SIM Keliling di Jogja Kamis 25 April 2024
- DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
Advertisement
Advertisement