Advertisement
KENAIKAN HARGA BBM : Nelayan Bingung dengan Biaya Operasional

Advertisement
[caption id="attachment_417753" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/06/20/kenaikan-harga-bbm-nelayan-bingung-dengan-biaya-operasional-417751/nelayan-bbm-ilustrasi-antara-2" rel="attachment wp-att-417753">http://images.harianjogja.com/2013/06/nelayan-BBM-ilustrasi-antara1-370x246.jpg" alt="" width="370" height="246" /> Foto Ilustrasi
JIBI/Harian Jogja/Antara[/caption]
KULONPROGO-Para nelayan di pesisir pantai Kulonprogo mengeluhkan http://www.harianjogja.com/baca/2013/06/19/kenaikan-harga-bbm-di-kota-jogja-harga-bensin-eceran-masih-rp5-000-417459" target="_blank">rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Hal itu meningkatkan biaya operasional.
Advertisement
Ketua Kelompok Nelayan Tani Maju Hadi Trisik, Banaran, Galur Sunaryom, 48, mengatakan, para nelayan di kelompoknya merasa kebingungan dengan rencana kenaikan BBM oleh pemerintah.
Menurutnya, jika BBM naik tidak bisa dipungkiri lagi biaya operasional para nelayan untuk melaut juga ikut naik. Hal tersebut dinilai akan semakin membebani kehidupan para nelayan yang selama ini mempunyai pendapatan paling kecil.
“Kami para nelayan yang sebagai warga kecil merasa bingung. Kami juga tidak habis pikir, kenapa nasib kami yang selama ini berpendapatan paling rendah masih harus dibebani kenaikan BBM, padahal kami sangat tergantung dengan itu,” ungkapnya, Kamis (20/6/2013).
Hadi menjelaskan, dalam masa bagus para nelayan bisa melaut setiap hari sekali. Menurutnya, untuk sekali melaut saja para nelayan membutuhkan biaya operasional sebanyak Rp150.000 hingga Rp200.000.
Biaya tersebut hanya untuk membeli bensin dan keperluan lauk pauk untuk melaut, belum ditambahkan dengan biaya tambahan seperti ongkos tenaga pendorong dan retribusi Tempat pelelangan Ikan (TPI).
Hadi juga mengaku, kebutuhan bensin para nelayan untuk sekali melaut yakni dari subuh hingga pukul 15.00 WIB mencapai 15 liter hingga 20 liter bensin.
“Sekarang masih Rp4.500 per liter itu pun kalo dapat, misal dapat Rp200.000 itu baru impas dengan biaya operasional. Kalau untung masih dapat Rp200.000 kita imbas, kalau masa paceklik kadang hanya Rp75.000 sampai Rp100.000. Kalau ditambah kenaikan harga BBM yang tidak terkendali dengan kemampuan kami, belum bisa bayangkan kehidupan nelayan ke depan,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ada Potensi Kerugian Negara Rp18,19 Triliun, Berikut 5 Fakta Temuan BPK
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD 2024, Belanja Negara di DIY 2024 Naik 12,08 Persen
- Soal Video Ade Armando Senggol Keistimewaan DIY, GKR Hemas: Pasti Itu Pesanan, Tapi Yo Gak Popo
- Dishub Jogja Petakan Titik Parkir Liar Jelang Libur Akhir Tahun, Ini Salah Satunya
- Desentralisasi Pengelolaan Sampah, ORI DIY: Penutupan TPA Piyungan Tidak Sesuai Perda
- Pasar Murah di Alkid, Cabai Rp5 Ribu per Ons Habis Diserbu Warga
Advertisement
Advertisement