Advertisement

SMA NEGERI 9 JOGJA : Dulu Tawuran, Sekarang Suka Seni dan Budaya

Abdul Hamied Razak
Selasa, 31 Desember 2013 - 19:30 WIB
Nina Atmasari
SMA NEGERI 9 JOGJA : Dulu Tawuran, Sekarang Suka Seni dan Budaya

Advertisement

Dulu, pelajar SMAN 9 Jogja dikenal suka tawuran. Tapi, dua tahun terakhir mereka berupaya mengubah stigma tersebut dengan mencintai seni dan budaya lokal.

Nama Ganza atau Sagan Zatoe identik dengan geng pelajar SMAN 9 Jogja. Lambat laun, suara Ganza mulai tak terdengar seiring perubahan sistem pendidikan yang dilakukan pihak sekolah agar lebih terdidik dan mencintai seni serta budaya lokal.

Advertisement

“Dua tahun terakhir, tak ada lagi pelajar kami yang terlibat tawuran. Saya berani menjamin itu,” cerita Kepala Sekolah SMAN 9 Maman Surakhman kepada Harianjogja.com, Sabtu (28/12/2013) pagi.

Bagaimana sekolah mampu mengubah perilaku tersebut? Selain pendidikan dan penegaran peraturan, kunci perubahan tersebut terletak pada penanaman nilai seni dan budaya kepada para siswa.

Pada hari itu, SMAN 9 Jogja mendeklarasikan diri sebagai sekolah berbasis seni dan budaya atau The Art and Culture School. Ini merupakan satu-satunya sekolah negeri yang memiliki potensi dan keunggulan khususnya bidang seni dan budaya.

Deklarasi tersebut bukan tanpa proses yang muncul secara tiba-tiba. "Dua tahun terakhir, kami menganalilisis potensi anak-anak. Disimpulkan, potensi yang paling besar berada di bidang seni dan budaya. Kami pun sepakat mengangkat keunggulan lokal sekolah budaya Jogja," ujar Maman, yang saat itu mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan blangkon di kepala dan keris di pinggangnya.

Alasan lain, lanjut Maman, terkait realitas generasi muda saat ini. Menurut dia, budaya lokal semakin ditinggalkan sebagai dampak globalisasi dan perkembangan teknologi.

Fenomena itu, ujarnya, menimbulkan kekawatiran tersendiri di kalangan para guru. Sekolah pun mengambil sikap untuk menanamkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal tanpa menghilangkan nilai-nilai akademis.

Caranya, sekolah memberi ruang studi bidang seni budaya seperti karawitan dan membatik. Selain itu, setiap kali pergantian jam pelajaran dan istirahat, para siswa diperdengarkan dengan musik-musik karawitan.
"Kalau anak-anak sudah menyenangi seni dan budayanya, maka saat lulus nanti mereka akan menyebarkan virus positif, minimal di lingkungan keluarganya," ujar Maman.

Pihaknya pun mulai menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan di luar negeri. Salah satunya, dengan Albany Senior High School, Western dan College Lectures Melbourne di Australia. Alasannya, kata Maman, kedua lembaga pendidikan tersebut sangat tertarik terhadap kesenian dan kebudayaan yang diterapkan di sekolah itu.

"Agustus lalu, kami mengirim lima anak dan satu guru ke College Lecture Melbourne dan Oktober 2013 sebanyak 23 siswa, dua guru dan kepala sekolah ke Albani High School selama dua minggu. Mereka, termasuk saya, hidup dengan orang tua angkat," ujarnya.

Bagaimanapun, lanjutnya, leading sector Jogja adalah pendidikan dan pariwisata. Banyak warga asing yang tertarik untuk belajar sejarah dan budaya lokal Jogja.

"Dengan deklarasi ini, bukan berarti kami ingin mencetak aktor theater yang ulung, penabuh gamelang dan pembatik yang baik. Tapi kami ingin memperdalam agar anak-anak cinta terhadap budaya lokal. Sebagai sekolah SMA, prioritas utama akademis," tukasnya.

Sementara, dukungan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) juga tak kalah penting. Menurut Ketua OSIS SMAN 9 Jogja, Aruda Fitrah Sukoco awalnya tidak mudah meneguhkan identitas tersebut kepada para siswa.

Namun, setelah diberi tauladan dan pengertian dari para anggota OSIS, lambat laun siswa pun memahami. Saat musik karawitan dibunyikan pada jam istirahat, banyak yang mempertanyakan fungsi dan kegunaannya. Anggota OSIS pun bergerak untuk melakukan sosialisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Waspadai Potensi Banjir dan Longsor Saat Puncak Musim Hujan

Waspadai Potensi Banjir dan Longsor Saat Puncak Musim Hujan

News
| Jum'at, 12 September 2025, 23:47 WIB

Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata
| Rabu, 10 September 2025, 18:22 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement