Advertisement
SEKATEN JOGJA : Dievaluasi, Kekhidmatan Berkurang
Advertisement
Sekaten Jogja 2014 dinilai kurang khidmat. Sebab pengajian memaknai kehidupan Nabi Muhammad hanya dapat didengar warga yang ada di Masjid Gede Kauman.
Harianjogja.com, JOGJA-Kekhidmatan Sekaten 2014 dirasakan berkurang, selain itu, sejumlah pedagang mengeluhkan terjadinya penurunan omzet dibanding pada Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) tahun sebelumnya.
Advertisement
Diutarakan oleh Ari Rusdiyantara, Anggota Forum Komunitas Kawasan Alun-alun Utara, bahwa pada tahun-tahun sebelumnya, begitu rangkaian PMPS ditutup oleh Pemerintah Kota dan jadwal kondhur gongso diawali dengan pengajian Maulid Nabi, maka suara yang ditimbulkan oleh semua wahana permainan, baik musik maupun suara khas wahana, dimatikan dan mulai hening. Sehingga kajian dan ceramah pengajian tak dapat ikut didengarkan oleh masyarakat umum.
"Kalau tahun ini, meski pengajian sudah dimulai, suara musik dan wahana masih ramai, jadi pengajian hanya bisa didengar oleh yang berada di Masjid Gede Kauman. Pesan Sekaten tak tersampaikan kepada khalayak umum," tuturnya, ditemui di area PMPS, Jumat (1/1/2015).
Karena, lanjut Ari, sesungguhnya pasar malam bukanlah inti acara dari Sekaten yang digelar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Melainkan apa yang disampaikan dalam pengajian, memaknai sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. FKKAU berharap, pada Sekaten di tahun berikutnya konten reliji lebih ditingkatkan lagi, sehingga makna Sekaten dapat tersampaikan ke seluruh masyarakat.
Sedangkan Anggota Tim Promosi dan Pemanfaatan Lahan PMPS 2014, sekaligus Kabid Perdagangan Disperindagkoptan Kota Jogja, Sri Harnanik mengatakan, Disperindagkoptan berharap, pada 2015 PMPS bisa lebih indah dan lebih tertata dibanding PMPS tahun ini maupun tahun-tahun sebelumnya. Dengan penyediaan tenda yang seragam bagi para pedagang.
Meski demikian, sejumlah pedagang mengeluhkan penurunan omzet dagang. Diungkapkan oleh Suparti misalnya, seorang pedagang batik. Ia menyatakan bahwa omzet penjualannya melesat turun hingga 75%. Hal ini diduganya karena menurunnya jumlah pengunjung.
"Soalnya sekarang bus sudah tidak boleh masuk ke area alun-alun utara, jadi kami juga merasakan wisatawan yang berkunjung dan membeli dagangan ikut menurun. Penjualan kami adalah oleh-oleh wisata, hanya bisa mengandalkan wisatawan," tutur Suparti yang juga mengaku sebagai penjual batik yang setiap harinya menjual batik di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 25 April 2024, Giliran Sleman, Kota Jogja dan Kulonprogo
- Top 7 News Harianjogja.com Kamis 25 April 2024: Kasus Penggelapan Pajak hingga Sosialisasi Tol Jogja-YIA
- Program Transmigrasi, DIY Dapat Kuota 16 Kepala Keluarga
- Korban Apartemen Malioboro City Bakal Bergabung dengan Ratusan Orang untuk Aksi Hari Buruh
- Warga Kulonprogo Ajukan Gugatan Disebut Nonpribumi Saat Balik Nama Sertifikat, Sidang Ditunda Lagi
Advertisement
Advertisement