Advertisement
Gumbregi, Tradisi Memberi Makan Ketupat Pada Ternak

Advertisement
Gumbregi menjadi tradisi memberi makan ketupat pada ternak
Harianjogja.com, KULONPROGO – Mensyukuri nikmat Tuhan atas hasil panen yang melimpah, warga Dusun Sabrang, Desa Giripurwo menggelar upacara adat gumbregi.
Advertisement
Upacara adat yang diselenggarakan di pematang sawah itu dilaksanakan dengan memberi makan ketupat pada hewan-hewan ternak.
Tokoh Masyarakat setempat Atmokarsono, 75, mengatakan, ritual ini merupakan tradisi yang sudah yang sudah turun temurun diselenggarakan desa tersebut. Upacara adat ini merupakan salah satu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen.
“Biasanya upacara ini dilaksanakan setelah selesai panen. Warga membawa ternaknya ke sawah dan warga membawa ketupat dan sesaji lainnya,” ujar Atmo, Jumat (1/5/2015).
Warga berbondong-bondong membawa ketupat dan beberapa diantaranya membawa ternak seperti kambing dan lembu atau sapi. Di tengah sepetak sawah beralaskan terpal, warga berkumpul sambil mengumpulkan ketupat yang mereka bawa dari rumah.
Tokoh adat desa tampak membacakan doa-doa dan ritual dilanjutkan dengan memberikan makan dan melemparkan ketupat ke hewan ternak.
Sumirah, 67, salah satu pemilik ternak mengatakan, upacara gumbregi dilakukan agar hewan ternak dan hasil pertanian mendapatkan hasil yang lebih baik ke depannya. Ketupat tersebut dimaknai agar hewan yang diternak dapat berkembang sehat dan gemuk seperti ketupat.
“Ketupatnya diberikan ke ternak biar dimakan, tujuannya, agar ternak juga bisa merasakan hasil panen yang didapatkan. Lalu ketupat dilemparkan atau dikalungkan ke ternak, tujuannya, agar ternak dapat tumbuh sehat dan gemuk seperti ketupat,” papar Sumirah.
Camat Girimulyo Purwono mengatakan, acara ini merupakan tradisi yang rutin digelar setiap tahunnya. Tradisi gumbregi merupakan upacara adata yang merupakan implementasi rasa syukut warga atas hasil bumi yang melimpah dan ternak yang berkembang biak dengan baik. Upaya pelestarian budaya ini merupakan upaya warga untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan.
“Kegiatan ini merupakan upaya untuk nguri-nguri kabudayan seperti yang diamanahkan dalam undang-undang keistimewaan DIY. Biasanya dilakukan pada Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon,” jelas Purwono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Diduga Diserang Anjing Liar, Sejumlah Hewan Ternak Milik Warga Nanggulan Mati di Kandang
- Satpol PP Bantul Sita 13.000 Batang Rokok Ilegal dari Rumah hingga Warung
- Ini Alasan Bupati Bantul Mewajibkan ASN Buat Biopori untuk Sampah
- Jaga Stabilitas Harga, Operasi Pasar Digelar di Pasar Argosari Wonosari Gunungkidul
- Kekurangan Siswa, SMP Ma'arif Yani Kulonprogo Resmi Ditutup, Siswanya Diminta Pindah Sekolah
Advertisement
Advertisement