Advertisement
GERHANA MATAHARI TOTAL : Umat Islam Diimbau Salat Dulu, Baru Nonton Gerhana

Advertisement
Gerhana matahari total di Jogja, ratusan warga berkumpul di Tugu untuk menikmati fenomena alam tersebut
Harianjogja.com, JOGJA- Lajnah Falakiyah (LF) PWNU DIY menyelenggarakan sholat gerhana matahari atau sholat kusuf dan pengamatan gerhana matahari bersama warga di beberapa lokasi.
Advertisement
Sekretaris Lajnah Falakiyah PWNU DIY Abdul Mughits di Alun-alun Utara Jogja LF PCNU Jogja akan melakukan pengamatan bekerjasama dengan Jogja Astro Club (JAC). Selain itu, pihaknya juga menggelar kegiatan yang sama di Masjid Krapyak Lor (LF PCNU Sleman), Masjid Darul Hikmah kompleks Kecamatan Depok (MWC NU Depok), Pantai Glagah (LF PCNU Kulonprogo), Gedung Bapendan Wonokromo Pleret (LF PCNU Bantul), masjid Pondok Pesantren Darul Qur'an (LF PCNU Gunung Kidul) dan beberapa lokasi lainnya.
Mughits menjelaskan, beberapa wilayah di Indonesia mengalami peristiwa alam yang sangat langka terjadi. Gerhana matahari total (GMT) melewati sekitar 10 propinsi atau 11 daerah di Indonesia. Untuk wilayah DIY dan sekitarnya, hanya mengalami gerhana matahari sebagian, yaitu sekitar 84%. "Proses GMT akan dimulai pada pukul 06.20 WIB, puncaknya terjadi pukul 07.23 WIB dan berakhir pada pukul 08.35 WIB," jelasnya di PWNU DIY, Selasa (8/3).
Ketua LF PWNU DIY, KH. Djawahir Fahrurrozi menambahkan, kegiatan ini sangat penting untuk warga karena dua alasan. Pertama, gerhana matahari total (GMT) yang berlangsung merupakan peristiwa yang sangat langka terjadi. Peristiwa tersebut juga menjadi sarana untuk beribadah, bertafakkur, belajar dan menghayati ayat-ayat kauniyah Tuhan.
Kedua, GMT juga untuk memverifikasi metode hisab yang dipakai dalam menentukan waktu gerhana matahari, sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.
"Jika umat Islam ingin melaksanakan sholat kusuf dan juga ingin menyaksikan puncaknya gerhana, sebaiknya sholat dilakukan terlebih dahulu lalu menyaksikan gerhana sehingga tidak kehilangan momentum puncaknya gerhana," kata Djawahir.
Dia mengingatkan, agar mata aman dari bahaya ultraviolet sinar matahari, warga dihimbau agar menggunakan alat pengaman, seperti kacamata gerhana. Alat itu dapat dibeli di beberapa tempat atau dibuat dari bahan-bahan yang sederhana.
"Misalnya, menggunakan kaca mata las nomor 14 warna hijau yang dapat dibeli di toko-toko besi. Bisa juga menggunakan bagian gelap dari film hasil rongten yang dirangkap dua, atau film asa 100 atau 200," usulnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tebing Longsor, Kereta Jakarta-Jogja Dialihkan lewat Bandung, Ini Daftarnya
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Permudah Pelanggan KRL, KAI Commuter Line Luncurkan Aplikasi C-Access
- 100 Pemuda Ikuti Latihan Kepemimpinan di Jogja
- Dispar DIY Genjot Kunjungan Wisatawan di Desember Ini
- Tak Melulu di Malioboro, Dispar DIY Sebut Desa Wisata Kini Jadi Favorit Wisatawan
- Tak Kantongi Izin Kepolisian, Empat Agenda Kampanye di Jogja Batal
Advertisement
Advertisement