Advertisement

PRAKTIK RENTENIR GUNUNGKIDUL : Rentenir Tumbuh Subur di Pasar Tradisional

David Kurniawan
Senin, 18 Juli 2016 - 11:55 WIB
Nina Atmasari
PRAKTIK RENTENIR GUNUNGKIDUL : Rentenir Tumbuh Subur di Pasar Tradisional Ilustrasi uang tunai rupiah. (Rahmatullah/JIBI - Bisnis)

Advertisement

Praktik rentenir di Gunungkidul tumbuh subur di Pasar Tradisional

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Masyarakat Gunungkidul diminta berhati-hati saat melakukan proses simpan pinjam. Hal itu dilakukan agar terhindar dari praktik renternir yang saat ini sudah marak.

Advertisement

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan, keberadaan renternir sudah sangat mengkhawatirkan. Kondisi ini tak hanya terjadi di Gunungkidul, namun di daerah lain juga mengalami hal yang sama. Sebagai buktinya, kata dia, praktik ini sangat marak dan tumbuh subur di pasar-pasar, di mana tukang tagih maupun peminjam mendatangi setiap pedagang yang ada di lokasi tersebut.

Diakuinya, keberadaan rentenir menjadi suatu hal yang dilematis. Di satu sisi, praktik ini memberikan berberapa kemudahan kepada pemijam. Berbeda dengan keberadaan bank atau pun lembaga simpan pinjam, renternir memberikan pinjaman tidak ribet dan tanpa ada anggunan.

Hal inilah yang menjadi satu daya tarik sehingga usaha ini dapat tumbuh subur di masyarakat. Namun jika warga jeli, menurut Immawan, usaha ini sangat tidak lazim dan dijalankan secara sepihak, khususnya saat menentukan bunga pinjaman.

“Dalam praktiknya, bunga yang diminta renternir sangat tinggi. Kondisi ini yang membuat dilematis, apalagi dalam menjalankan tidak kenal waktu dan bisa dilakukan kapan saja,” kata Immawan kepada Harianjogja.com, Minggu (17/7/2016).

Dia pun berharap masyarakat untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap modus yang ditawarkan oleh renternir. Hal ini dilakukan agar warga terhindar dari jeratan utang-utang dengan bunga yang sangat tinggi.

Politikus PAN ini mengibaratkan, jika sudah terjerat dalam lingkaran itu, maka kerja keras yang dilakukan seseorang hanya akan dinikmati oleh pemberi utang. “Jangankan mengembalikan utang, untuk membayar bunganya sudah sangat susah. Parahnya lagi ada angsuran yang dilakukan dalam hitungan per hari sehingga sangat memberatkan,” ungkapnya.

Untuk menghindarkan praktik ini, Immawan meminta kelompok masyarakat membuat lembaga koperasi. Keberadaan lembaga ini akan sangat bermanfaat, karena hasil dari usaha tersebut akan dinikmati oleh para anggotanya sendiri, sehingga uang yang beredar tidak keluar dari kelompok tersebut.

“Saya kira ini perlu dilakukan dan saya juga memberikan apresiasi beberapa dusun di Kecamatan Patuk yang sudah mendeklarasikan diri bebas renternir,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Perang Iran dan AS, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sarankan Pemerintahan Prabowo Lakukan Ini

News
| Senin, 23 Juni 2025, 12:27 WIB

Advertisement

alt

Lion Air Buka Penerbangan Langsung YIA-Tarakan, Pariwisata Jogja Diproyeksikan Kian Maju

Wisata
| Jum'at, 20 Juni 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement