Advertisement
INDUSTRI KREATIF : Ada Idealisme dalam Setiap Karya Afnia Rosa

Advertisement
Industri kreatif oleh Afnia Rosa ini menampilkan idealisme dalam setiap karyanya
Harianjogja.com, SLEMAN—Brand fashion AFHJ Indonesia mengeluarkan koleksi terbaru yang merupakan karya ketiga dengan tema Emeraude atau dalam Bahasa Indonesia berati Zamrud. Dalam setiap karya, ia menyematkan idealismenya dan itu pula yang membuatnya unik.
Advertisement
Desainer sekaligus pemilik brand AFHJ Indonesia Afnia Rosa mengatakan, koleksi kali ini berbeda dengan koleksi sebelumnya. Dua karya sebelumnya lebih terkesan formal dan karya ketiga ini lebih kasual untuk dikenakan dalam kegiatan sehari-hari.
“Bahan yang saya gunakan tetap memakai bahan andalan saya yang jadi ciri khas yakni jetblack dan pakai katun rayon,” kata dia ketika ditemui di Inspiring Dining, Sleman, akhir Agustus 2016.
Ia memilih tema Emeraude karena ingin mengampanyekan untuk menjaga kelestarian bumi. Ia memadukan warna hijau dan warna hitam yang juga menjadi ciri khasnya. Ada enam koleksi dengan tema ini. Dalam setiap karya, ia selalu menyematkan warna hitam dan seringkali mendominasi.
“Saya menyematkan warna hitam agar kita selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik terus. Saya ibaratkan hitam sebagai kesalahan atau dosa kita sehingga kita akan ingat dan memacu untuk terus memperbaiki diri,” kata dia.
Baju-bajunya dibuat dengan longgar yang nyaman dikenakan meskipun memiliki aktivitas yang banyak. Adapun sasarannya muslimah aktif usia 25 tahun hingga 35 tahun.
Bersambung halaman 2
Afnia memulai bisnis di dunia fashion tiga tahun lalu setelah menikah. Namun, saat itu ia masih berjualan jilbab yang sesuai tren. Barulah pada 1,5 tahun lalu ia memulai melahirkan brand untuk memuaskan idealismenya dalam AFHJ Indonesia. Ia sengaja memakai nama Indonesia untuk identitas bahwa produknya berasal dari Indonesia.
Pengerjaan karya-karyanya dilakukan di dua rumah produksi yang terletak di Berbah dan Kalasan. Dalam waktu satu bulan, ia bisa memproduksi hingga 100 baju dengan harga mulai Rp250.000. Pemasaran dilakukan 100% secara online. Namun, ia juga bercita-cita ingin memiliki gerai sendiri.
“Saya memilih online karena jangkuan pasar sangat luas sampai luar negeri. Baju saya pernah dipesan hingga Taiwan dan London,” ungkap dia.
Pembuatan produk dilakukan secara made by order. Namun, ia mulai berpikir untuk membuat ready stock sehingga ketika ada barang yang dipesan, ia bisa segera mengirimnya. Ia yakin, potensi bisnis busana muslim masih sangat besar.
“Tapi, persaingan sangat berat karena pemainnya sudah sangat banyak. Oleh karena itu kita harus memiliki identitas yang keunikan. Selain itu, kualitas harus dipertahankan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Mantan Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Kanker Prostat, Sudah Menyebar ke Tulang
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Ditetapkan Melalui SK Bupati Gunungkidul, Ini Lokasi Pantai yang Jadi Habitat Penyu
- DPP Golkar Bangun Asrama Santri di Kampus Terpadu Muallimin, Bahlil: Ini Amal Jariah, Bukan Transaksi Politik
- Warga Wonosari Gunungkidul Ditemukan Meninggal Dunia di Ladang
- Tujuh Makam di Baturetno Bantul Dirusak, Warga Masih Cari Pelaku Lewat Rekaman CCTV Sekolah
- Bupati Kulonprogo Tolak Mobil Dinas Baru
Advertisement