Advertisement
Pemerintah Terus Genjot Produksi Padi, Jagung dan Kedelai

Advertisement
Pemerintah Pusat terus menggenjot produksi padi
Harianjogja.com, JOGJA--Pemerintah Pusat terus menggenjot produksi padi, jagung dan kedelai agar cita-cita swasembada ketiga pangan tersebut bisa tercapai.
Advertisement
Swasembada ketiga pangan itu dibutuhkan sebagai salah satu syarat menuju kedaulatan pangan. Peningkatan kedaulatan pangan merupakan salah satu dari enam poin yang terdapat dalam Nawacita ketujuh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Kedaulatan pangan tercerminkan pada kekuatan mengatur masalah pangan secara mandiri. Untuk mencapai kedaulatan pangan perlu didukung dengan ketahanan pangan, yaitu kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan.
Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Hasanuddin Rumra mengungkapkan pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti memberikan bantuan berupa pompa air dan monitoring secara berkala, mulai dari pembibitan hingga panen.
“Saat ini pemerintah sedang melakukan sistem penanaman setiap hari. Setiap kali panen. Lahan langsung diolah. Terus menerus. Jadi tiada hari tanpa penamanan. Dulu pemerintah tidak langsung memantau, tapi sekarang pemerintah wajib memonitoring setiap prosesnya. Tentu juga dengan didukung peningkatan sarana dan prasarana,” jelasnya ketika ditemui di Unversity Club, UGM, Minggu (3/9/2017).
Apa yang dilakukan Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Pertanian, kata Hasanuddin Rumra saat ini sudah mulai membuahkan hasil. Hal tersebut terbukti dengan peningkatan produksi padi dan jagung.
Ia mengungkapkan, tahun 2015, produksi padi Indonesia sebesar 75,4 juta ton. Jumlah ini naik menjadi 79,1 juta ton ditahun berikutnya. Sementara jagung, sambungnya, juga mengalami kenaikan. Tahun 2015 produksi jagung sebanyak 19,6 juta ton, lalu meningkat jadi 23,2 juta ton di tahun 2016.
Jumlah impor kedua pangan tersebut juga mengalami penurunan. Tahun 2015 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 3,22 juta ton. Jumlah ini turun menjadi 1,07 juta ton tahun 2016. Bahkan, lanjutnya, pada tahun 2016 Indonesia sama sekali tidak mengimpor beras. Malah sebaliknya, mengekspor sebanyak 2.506 ton.
“Beras sudah mencapai tahap ketahanan pangan secara nasional. Kalau jagung yang kami datangkan dari luar hanya untuk pakan ternak saja. Untuk konsumsi sudah mencukupi. Yang susah itu adalah kedelai, karena per satu hektar kita hanya bisa panen 2 ton saja,” jelas Hasanuddin Rumra.
Ia menambahkan untuk kedelai target swasembada dicanangkan terwujud pada tahun 2019. Sementara padi tahun 2016 dan jagung tahun 2017. Swasembada ketiga pangan tersebut, imbuhnya, merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2014-2019.
Namun ia mengatakan upaya untuk swasembada bukan tanpa halangan. Menurutnya ada beberapa masalah yang kerap menghambat seperti alih fungsi lahan, kurangnya sumber daya manusia, dan perubahan iklim.
“Rumah tangga petani 10 tahun terakhir menurun dari 31 juta menjadi 26 juta. Padahal pemerintah sudah berupaya meningkatkan kesejahteraan petani. Misalnya, harga gabah sudah diatas Rp3.000, dulu kan dibawahnya. Hanya saja anak muda memang sukanya yang cepat menghasilkan. Sementara pertanian membutuhkan waktu untuk panen,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kerugian Negara Akibat Kasus yang Menjerat Tom Lembong Rp194 Miliar
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting di Gunungkidul, Warga Diberikan Bantuan Indukan Ayam Petelur
- Jalur dan Titik Keberangkatan Trans Jogja Melewati Kampus, Sekolah, Rumah Sakit, dan Malioboro
- Ubur-ubur Sudah Bermunculan di Sejumlah Pantai Kulonprogo, Wisatawan Diminta Waspada
- Disnakertrans Bantul Alokasikan Anggaran JKK dan JKM untuk Masyarakat Miskin Esktrem
- Sekolah Rakyat di DIY Masih Kekurangan Guru, DPRD Nilai Terlalu Terburu-Buru
Advertisement
Advertisement