Advertisement
Sosiolog Sayangkan Ada Hunian di Jogja Tak Pro Pluralisme

Advertisement
Hunian khusus muslim ditawarkan di Sleman
Harianjogja.com, SLEMAN-- Hunian berkonsep rumah susun yang mengkhususkan diri untuk muslim muncul di Jl. Kaliurang km 12,5 di Ngaglik, Sleman. Iklannya yang sudah banyak bermunculan di sosial media juga menyebutkan jika hanya orang yang lolos seleksi yang bisa tinggal di properti ini.
Advertisement
Hunian dengan konsep enam lantai ini memiliki kapasitas 833 ruang. Iklannya juga menjanjikan jika hunian ini bisa dimiliki tanpa riba dan tanpa bunga. Damai Islamic Living, demikian nama hunian ini, menyatakan diri cocok bagi muslim karena banyak kajian serta lingkunga yang kondusif termasuk program hapalan alquran 30 juz. Kompleks hunian khusus muslim saleh dan saleha, demikian klaimnya, dikatakan sudah didukung penuh pemerintah Sleman, ustaz ternama dan para ulama.
Keberadaan hunian ini beserta iklannya sendiri sudah banyak menuai polemik di dunia maya. Meski demikian, Rahmawati, marketing dari Damai Islamic Living mengatakan tidak ada niat menjadi eksklusif ataupun upaya islamisasi dengan menerapkan sekat tertentu. Properti itu juga dikatakan bisa dimiliki oleh warga non-muslin asalkan mengikuti persyaratan yang erlaku. “Kita punya konsep sholat berjemaah, kajian dan sebagainya sehingga yang berdiam di situ tetap harus ikut aturan yang ada,” ujarnya ketika dikonfirmasi pada Rabu (25/10/2017).
Ia juga menampik anggapan jika bisnis tersebut tidak pro dengan pluralisme karena dikhususkan bagi pemeluk agama Islam saja. Dikatakan pula jika polemik yang ada dianggap normal, tegantung penerima informasi tersebut. Sejauh ini, peminatnya sendiri cukup banyak mencapai 100 orang. Lebih lanjut, Rahma mengatakan jika properti yang ditawarkannya hanya menciptakan solusi bagi lingkungan kondusif yang diimpikan. “Tidak ada niat Islamisasi, konsepnya baik, Islami,” katanya. Meski demikian, pihaknya tidak melakukan seleksi tertentu untuk oknum calon penghuni dengan bibit radikalisme.
Menanggapi hal ini, Sosiolog UGM, Prof Koentjoro menyayangkan konsep marketing yang diusung oleh pengembang properti itu. Menurutnya, eksklusivitas yang ditawarkan tidak memberikan dampak positif dan bisa mencederau semangat Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan dalam agama disebutkan untuk membuat bukan membatasi diri terhadap kalangan tertentu.
Akademisi ini mengatakan jika Jogja sebagai kota pelajar yang berasal dari berbagai daerah dikuatkan sebagai kota toleran dengan perbedaan. Namun, mendadak muncul hunian yang dengan label eksklusif itu. “Kalau mau bikin pesantren silahkan tapi kalau hunian eksklusif itu esensinya apa,,tidak menduga-duga tapi daro brosur sudah terlihat jelas arahnya, apalagi ada kalimat tetangga kanan kiri terpilih dalam tanda kutip, ini sudah menyimpang,” ujarnya.
Ia juga menilai jika konsep hunian ini justru menjebak penghuninya terjebak pada pola pikir dan cara pandang yang sama. Imbasnya, upaya mewujudkan toleransi tidak berjalan ideal karena dinamikan masyarakat tidak tergambar. Lebih lanjut, ia meminta pihak pengembang bisa menjelaskan maksud eksklusif tersebut yang diharapkan tidak bertentangan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pembangunan Sekolah Rakyat Ditargetkan Rampung Sebanyak 135 Lokasi pada 2026
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Pria Paruh Baya Tersengat Listrik Saat Tengah Bekerja di Banguntapan Bantul
- Pembangunan Jalan Alternatif Sleman-Gunungkidul Segmen B Segera Dimulai, Pagu Rp73 Miliar
- Luncurkan SPPG di Tridadi Sleman, Menko Muhaimin Ungkap Efek Berantai Bagi Masyarakat
- Produk UMKM Kota Jogja Diminati Peserta Munas VII APEKSI 2025
- Investasi di Sektor Utara Gunungkidul Bakal Digenjot
Advertisement